aktiva dapat dikatakan cukup baik. Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat adanya kenaikan DR pada saat Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas
kredit. Peningkatan nilai rasio ini dipengaruhi oleh pertumbuhan aktiva yang cukup tinggi. Aktiva Restoran XYZ mengalami kenaikan yang cukup signifikan
pada tahun 2007. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh kenaikan pada sisi aktiva tetap dan persediaan pada aktiva lancar. Pertumbuhan aktiva Restoran XYZ dapat
dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Aktiva Restoran XYZ Tahun 2005-2009
Tahun Aktiva
Perubahan Rupiah Pertumbuhan
2005 503.962.690
2006 577.730.866
73.768.176 15
2007 1.120.766.237
543.035.371 94
2008 1.165.390.887
44.624.650 4
2009 1.247.714.760
82.323.873 7
Sumber : Restoran XYZ, 2010
6.2.3 Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas yang diwakili oleh Asset Turn Over ATO yang digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pada Gambar 7 menunjukkan perkembangan Rasio
Aktivitas dengan menggunakan nilai Asset Turn Over pada periode 2005-2009.
2,21 2,62
1,95 2,35
2,37
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00
2005 2006
2007 2008
2009 ATO
Gambar 7. Rasio Aktivitas Restoran XYZ tahun 2005-2009
Sumber : Restoran XYZ, 2010
Berdasarkan perhitungan didapat bahwa nilai ATO sebelum menggunakan kredit yaitu tahun 2005 dan dan 2006 adalah sebesar 2,21 dan 2,62. Secara rata-
rata nilai ATO Restoran XYZ sebelum menggunakan kredit adalah sebesar 2,41. Angka ini berarti perusahaan mampu memutar setiap aset Rp 1,00 sebanayak 2,41
kali dalam penjualan. Nilai ATO Restoran XYZ setelah menggunakan fasilitas kredit adalah
sebesar 1,95 pada tahun 2007, 2,35 pada tahun 2008 dan 2,37 pada tahun 2009. Rata-rata ATO pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 2,22. Angka ini berarti
perusahaan mampu memutar setiap aset Rp 1,00 sebanayak 2,22 kali dalam penjualan.
Nilai ATO Restoran XYZ mengalami penurunan sedikit pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan
yang tidak terlalu tinggi setelah menggunakan kredit sedangkan dari sisi aktiva terus mengalami kenaikan. Ini berarti kurang efesiennya Restoran XYZ dalam
mengoperasikan aktiva nya untuk melakukan penjulan. Pertumbuhan penjualan Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penjualan Bersih Restoran XYZ Tahun 2005-2009
Tahun Penjualan Bersih
Perubahan Rupiah Pertumbuhan
2005 1.112.290.195
2006 1.516.401.138
404.110.943 36
2007 2.189.116.700
672.715.562 44
2008 2.736.395.875
547.279.175 25
2009 2.955.307.545
218.911.670 8
Sumber : Restoran XYZ, 2010
6.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yang diwakili oleh ROA, ROE dan NPM yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh tingkat
keuntungan sehubungan dengan investasi dan aset yang dimiliki. profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahaan dan
meminimalisir kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Pada Gambar 8 menunjukkan perkembangan Rasio Profitabilitas dengan menggunakan nilai Net
Profit Margin, Return On Asset dan Return on Equity pada periode 2005-2009.
Secara umum rasio profitabilitas mengalami peningkatan sejak tahun 2006. Tren ini terjadi pada ketiga rasio yang digunakan.
0,11 0,09
0,13 0,12
0,12 0,25
0,28 0,3
0,41 0,4
0,38 0,24
0,24 0,26
0,25
0,00 0,05
0,10 0,15
0,20 0,25
0,30 0,35
0,40 0,45
2005 2006
2007 2008
2009 NPM
ROA ROE
Gambar 8. Rasio Profitabilitas Restoran XYZ tahun 2005-2009
Sumber : Restoran XYZ, 2010
a. Net Proft Marjin NPM
Net profit margin menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Perhitungan nilai Net Profit
Margin NPM Restoran XYZ sebelum menggunakan fasilitas kredit yaitu tahun 2005 sebesar 0,11 dan tahun 2006 sebesar 0,09. Selama tahun tersebut rata-rata
NPM adalah sebesarn 0,10. Nilai ini menunjukkan bahwa dari setiap Rp 1,00 penjualan, Restoran XYZ mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp
0,10. Pada saat Restoran XYZ menggunakan fasilitas kredit tingkat NPM pun
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Nilai NPM nya adalah sebesar 0,13 pada tahun 2006, 0,12 pada tahun 2007 dan 0,12 pada tahun 2009.
Secara rata-rata NPM Restoran XYZ pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,12. Nilai ini berarti setiap Rp 1,00 penjualan mampu menghasilkan keuntungan
bersih sebesar Rp 0,12. Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa NPM Restoran XYZ
mengalami peningkatan setelah menggunakan fasilitas kredit. Namun bila dilihat secara angka peningkatannya tersebut tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan keuntungan restoran yang tidak terlalu meningkat dan dari sisi penjualan yang pertumbuhannya yang tidak terlalu besar. Penjualan Restoran
XYZ dapat dilihat pada Tabel 13 sedangkan pertumbuhan keuntungan bersih Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Keuntungan Bersih Restoran XYZ Tahun 2005-2009
Tahun Keuntungan Bersih
Perubahan Rupiah Pertumbuhan
2005 121.742.113
2006 139.639.000
17.896.887 15
2007 278.330.993
138.691.993 99
2008 321.222.520
42.891.527 15
2009 369.039.605
47.817.085 15
Sumber : Restoran XYZ, 2010
Berdasarkan Tabel 14 tersebut dapat dilihat bahwa penjualan dan keuntungan bersih Restoran XYZ mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Namun dengan adanya peningkatan pada kedua komponen tersebut belum tentu meningkatkan NPM karena harus memperhitungkan faktor-faktor pengurang yang
biasanya mengalami peningkatan. b.
Return on Asset Return on Asset menunjukkan tingkat pengembalian investasi
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aset yang telah ditanamkan ke dalam perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini pada tahun 2005 dan 2006 dimana pada saat itu belum menggunakan fasilitas kredit adalah sebesar
0,24 dan 0,24. Ini berarti setiap Rp 1,00 aktiva yang diinvestasikan, restoran menghasilkan keuntungan Rp 0,24.
Pada saat restoran ini menggunakan fasilitas kredit nilai ROA yang didapat adalah sebear 0,25 pada tahun 2007, 0,28 pada tahun 2008 dan 0,30 pada
tahun 2009. Rata-rata ROA pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,28. Berarti dalam setiap Rp 1,00 aktiva restoran yang diinvestasikan restoran
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,28. Secara keseluruhan terjadi peningkatan rasio pada saat sebelum dan
sesudah menggunakan fasilitas kredit, namun bila dilihat dari nilai tersebut peningkatan yang terjadi hanya sedikit.
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa keuntungan bersih Restoran XYZ meningkat tajam pada tahun 2007 sebesar 99 dari tahun 2006. Peningkatan
dipengaruhi oleh relokasi tempat yang berpengaruh terhadap penjualan dan banyaknya oreder catering yang masuk. Namun pada tahun 2008 dan 2009
pertumbuhan keuntungan mengalami penurunan yang cukup tajam karena dipengaruhi oleh telah banyaknya perkembangan bisnis restoran di kota Bogor.
c. Return on Equity
Return on equity mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal yang telah ditanamkan untuk pembiayaan
usaha. Nilai rasio ROE pada saat sebelum menggunakan kredit pada tahun 2005 dan 2006 adalah sebesar 0,25 dan 0,26. Ini berarti setiap Rp 1,00 modal sendiri
yang ditanamkan, restoran menghasilkan keuntungan Rp 0,255. Pada saat restoran ini menggunakan fasilitas kredit nilai ROE yang didapat
adalah sebear 0,41 pada tahun 2007, 0,40 pada tahun 2008 dan 0,38 pada tahun 2009. Rata-rata ROE pada ketiga tahun tersebut adalah sebesar 0,39. Berarti
dalam setiap Rp 1,00 modal sendiri restoran yang ditanamkan restoran menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,39.
Secara keseluruhan terjadi peningkatan rasio pada saat sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas kredit, namun bila dilihat dari nilai tersebut
peningkatan yang terjadi hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan keuntungan restoran yang tidak terlalu tinggi namun dari sisi aktiva selalu
meningkat. Keuntungan bersih Restoran XYZ dapat dilihat pada Tabel 14. Hasil rekapitulasi rasio keuangan sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas kredit
UKM dapat dilihat pada Tabel 15.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian tentang Analisis Kinerja Usaha Restoran XYZ Dengan Menggunakan Fasilitas Kredit UKM maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : 1.
Perkembangan kinerja pemasaran yang dilihat dari sisi penjualan dan pertumbuhan pejualan Restoran XYZ secara umum mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Setelah menggunakan fasilitas kredit yang digunakan untuk relokasi tempat dan modal kerja restoran, nilai penjualan Restoran XYZ
meningkat pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp 2,1 miliar. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat pertumbuhan penjualan Restoran XYZ tidak terlalu tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan penjualan Restoran XYZ tidak lepas dari adanya order catering dari hotel dan industri selama tahun 2007
dan berakhir pada tahun 2009. 2.
Perkembangan kinerja keuangan Restoran XYZ dari hasil analisa rasio yang dilakukan terhadap laporan keuangan Restoran XYZ berupa neraca dan
laporan laba rugi memperlihatkan bahwa secara umum rasio keuangan Restoran XYZ mengalami peningkatan setelah menggunakan fasilitas kredit
untuk pengembangan usahanya. Pada tingkat Likuiditas Restoran XYZ berada pada posisi yang cukup baik.
3. Tingkat leverage Restoran XYZ mengalami peningkatan yang cukup besar
pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit karena jaminan terhadap modal dan aset yang mengalami kenaikan. Pada tingkat aktivitas didapat
adanya kecenderungan penerunan terhadap Asset turn over pada saat setelah menggunakan fasilitas kredit. Ini berarti perusahaan belum mampu atau
belum efektif dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan penjualan yang maksimal. Pada tingkat profitabilitas dapat dilihat bahwa pada rasio laba
bersih cenderung mengalami peningkatan namun peningkatannya tersebut relatif kecil. Hal ini mencerminkan restoran mulai efesien dalam mengelola
sumberdaya perusahaan. Tingkat pengembalian modal atau ekuitas dan aset mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan ini disebabkan oleh