Konsep Dana Alokasi Umum

1. Matching open­ended grants, pusat akan memberikan bantuan sejumlah dana tertentu kepada daerah untuk setiap alokasi yang dibelanjakan daerah untuk kegiatan tertentu. Misalnya, untuk pendidikan, Pemerintah Pusat akan membantu dalam jumlah yang sama atau dalam porsi tertentu. Pola bantuan seperti ini bisa mengakibatkan bantuan pusat terlalu besar, apabila pengeluaran daerah untuk program yang dibantu sangat besar, atau sebaliknya; 2. Matching closed­ended grants, pemerintah pusat menetapkan batas maksimum bantuan kepada daerah. Mekanisme semacam ini digunakan oleh banyak negara sebagai bgian dari upaya mengontrol anggaran. 3. Non­matching grants, pemerintah pusat menawarkan sejumlah dana bantuan untuk dibelanjakan pada sektor publik yang spesifik. Sedangkan untuk bantuan tidak bersyarat pemerintah pusat memberikan keleluasaan bagi daerah untuk memanfaatkan bantuan tersebut. Alasan utama pemberian bantuan tidak bersyarat ini adalah untuk mewujudkan pemerataan dalam kapasitas fiskal dari daerah­daerah guna menjamin penyediaan jasa publik yang layak bagi masyarakat Sumedi,2005.

2.2. Konsep Dana Alokasi Umum

Mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat dan daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan keuangan antara pusat dan daerah dengan kebijakan bagi hasil dan DAU minimal sebesar 25 persen dari penerimaan dalam negeri. Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber­sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya. DAU secara definisi merupakan dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan masyarakat didaerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil Brodjonegoro, dkk 2002. Sesuai dengan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep Fiscal Gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah fiscal needs dengan potensi daerah fiscal capacity. Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut, distribusi DAU kepada daerah­daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah­ daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar. Dengan konsep ini sebenarnya daerah yang fiscal capacity­nya lebih besar dari fiscal needs hitungan DAU akan negatif. Kebutuhan daerah paling sedikit dicerminkan dari variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat dengan memperhatikan kelompok masyarakat miskin. Sementara potensi ekonomi daerah dicerminkan dengan potensi penerimaan daerah seperti potensi industri, potensi Sumber Daya Alam SDA, potensi Sumber Daya Manusia, dan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB. Saragih, 2003 Formula dasar yang pertama kali digunakan dalam formula dasar DAU 2001 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 1042000 yang disusun oleh LPEM FE UI 2000 dalam Brodjonegoro, dkk 2002. LPEM FE UI merumuskan formula alokasi yang dinilai paling tepat untuk ditransfer dari pemerintah pusat kepada daerah. Formula yang digunakan berbentuk blok, yakni DAU yang diberikan untuk membiayai selisih antara kebutuhan daerah dengan potensinya. Formula tersebut disusun dengan memilih variabel­variabel yang datanya tersedia dan dianggap cukup akurat. Adapun yang dilakukan kemudian adalah dengan menghitung bobot lima variabel yang menentukkan kebutuhan fiskal daerah dan empat variabel potensi penerimaan daerah. Variabel kebutuhan daerah terdiri dari pengeluaran rata­rata daerah, indeks penduduk, indeks luas daerah, indeks harga bangunan dan indeks kemiskinan relatif. Formula tersebut dirumuskan sebagai berikut: Pengeluaran daerah rata­rata dihitung dari rasio total belanja daerah secara nasional dan dana Daftar Isian Kegiatan DIK yang didaerahkan dengan jumlah daerah. Indeks penduduk dihitung dari rasio populasi daerah dengan rata­rata populasi daerah secara nasional. Indeks luas diperoleh dengan membandingkan luas daerah dengan rata­rata luas daerah secara nasional. Indeks harga bangunan diperoleh dari indeks konstruksi daerah dibagi 100. Sedangkan indeks kemiskinan relatif daerah diperoleh dengan menghitung rasio antara jumlah penduduk miskin daerah dengan rata­rata jumlah penduduk miskin nasional. Penerimaan daerah rata­rata dilihat dari rasio Pendapatan Asli Daerah dan bagi hasil pajak dengan jumlah daerah. Indeks SDA diperoleh dari rasio sektor SDA daerah dengan PDRB daerah dibagi dengan rasio Produk Domestik Bruto PDB sektor SDA nasional dengan PDB nasional. Industri diperoleh dari rasio PDRB sektor nonprimer daerah dengan PDRB daerah dibagi dengan PDB sektor non primer nasional dengan PDB nasional. Sedangkan indeks SDM daerah dihitung dengan membandingkan rasio angkatan kerja daerah dengan populasi daerah dibagi rasio angkatan kerja nasional dengan populasi nasional. Seiring dengan penyesuaian dengan melihat pelaksanaan yang telah dilakukan, formula DAU mengalami revisi melalui UU No 33 tahun 2004 tetapi tidak terlalu drastis. Sejalan dengan amanat UU No 33 tahun 2004 Pasal 27 data daerah yang digunakan untuk mengukur kebutuhan fiskal daerah mengalarni perubahan menjadi jumlah penduduk, luas wilayah, PDRB per Kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan kapasitas fiskal diukur dengan data bagi hasil pajak dan bukan pajak serta PAD realisasi. Selanjutnya data jumlah kebutuhan belanja gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah yang sebelumnya digunakan sebagai acuan untuk memperhitungkan faktor penyeimbang dalam formula DAU, berdasarkan UU No 33 tahun 2004 data tersebut digunakan sebagai dasar penghitungan alokasi dasar dalam DAU. UU No 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Kebutuhan Fiskal · Jumlah penduduk · Luas Wilayah · Keadaan Geografis Kapasitas Fiskal · Potensi Industri · Potensi SDA · Potensi SDM · PDRB Variabel Kebutuhan Fiskal · PDRB Jasa · Bagi Hasil SDA · PBB · PPh Pribadi Variasi Kebutuhan Fiskal · Indeks Jumlah Penduduk · Indeks Luas Wilayah · Indeks Harga Formula DAU UU No 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Kebutuhan Fiskal · Jumlah penduduk · Luas Wilayah · Pembangunan SDM Kapasitas Fiskal · Potensi Ekonomi Daerah · Potensi SDA · Potensi SDM · PDRB Variasi Kebutuhan Fiskal · Index Jumlah Penduduk · Index Luas Wilayah · Index PDRB per Kapita Variabel Kebutuhan Fiskal · PAD · Bagi Hasil · PPh Pribadi Formula DAU Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah 2005 Gambar 2.1. Revisi UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

2.3. Konsep Kemiskinan