URSS = Unrestricted Residual Sum Square Merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect
N= Jumlah data cross section T= Jumlah data time series
K=Jumlah variabel penjelas Jika nilai CHOW Statistics F Stat hasil pengujian lebih besar dari F Tabel,
maka cukup bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol. Hasil dari uji chow test menunjukkan nilai CHOW Statistics lebih besar dari F table.
Sehingga model yang kita gunakan adalah model efek tetap fixed effect. Hasil estimasi dengan menggunakan model efek tetap fixed effect dijelaskan dalam Tabel
6.16 Tabel 6.11 Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap Fixed Effect
Variabel Koefisien
Standar Error tStatistik
Probabilitas DAU
0.001955 0.001366
1.431717 0.1557
PAD 0.010213
0.005690 1.795044
0.0760 BHS
0.006700 0.002241
2.990053 0.0036
Dummy 0.314793
0.029006 10.85262
0.0000 Weighted Statistics
Rsquared 0.998027
Mean dependent var 10.99827
Adjusted Rsquared 0.997550
S.D. dependent var 7.567080
S.E. of regression 0.374515
Sum squared resid 12.76377
Fstatistic 2092.749
DurbinWatson stat 2.065548
ProbFstatistic 0.000000
Unweighted Statistics Rsquared
0.868293 Mean dependent var
5.226940 Adjusted Rsquared
0.836452 S.D. dependent var
0.960292 S.E. of regression
0.388352 Sum squared resid
13.72438 DurbinWatson stat
2.242460 Keterangan: signifikan pada tingkat α 5 persen.
Sumber : Lampiran 4
6.5.2.1 Evaluasi Model
Tabel tersebut menunjukkan koefisien variabel yang sama untuk setiap individu dan intersep yang berbeda untuk setiap individu. Nilai R Squared R
2
atau koefisien determinasi sebesar 0.998027 menunjukkan bahwa 99 persen variabel
variabel Dana Alokasi Umum, PAD dan BHS mampu menjelaskan 99 persen variabel kemiskinan di kabupatenkota provinsi Jawa Barat. Hasil uji ini diperkuat dengan
tingginya F statistik yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen dan tingkat α 5 persen yaitu sebesar 0.000000.
Mendeteksi heteroskedastisitas karena menggunakan data cross section maka perlu dietsimasi dengan pendekatanmetode General Least Square Cross
Section Weights maka dapat dilihat dengan membandingkan Sum Square Resid Weighted Statistics dengan Sum Square Resid Unweighted Statistics yaitu Sum
Square Resid Weighted Statistics lebih kecil dibandingkan dengan Sum Square Resid Unweighted Statistics 12,7637713.72438. Untuk mendeteksi multikolinearitas,
menunjukkan tidak terdapat masalah multikolinearitas dengan memperhatikan hasil probabilitas t statistik regresi. Dimana semua variabel kecuali PAD dan DAU
memperlihatkan hasil yang signifikan pada taraf nyata 5 persen. 6.5.2.2 Interpretasi model
Hasil analisis panel menunjukkan koefisien bagi hasil mempunyai koefisien yang positif dan signifikan, dimana setiap kenaikan satu persen bagi hasil akan
menaikkkan penduduk miskin sebesar 0,006 persen. Kemudian variabel dummy juga signifikan, yang artinya apabila terjadi dummy desentralisasi fiskal diterapkan maka
akan menurunkan penduduk miskin sebesar 0,31 persen. Hal ini menandakan bahwa
kebijakan desentralisasi fiskal memang berpihak pada kemiskinan. Sesuai dengan analisis deskriptif dimana laju penurunan kemiskinan yang lebih baik pada masa
desentralisasi fiskal.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis desentralisasi fiskal, kinerja keuangan dan kemiskinan Jawa Barat sebelum dan sesudah masa desentralisasi fiskal, maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kinerja Keuangan Daerah
Ø Kinerja Keuangan dari Sisi Penerimaan Daerah Kontribusi DAU selama periode waktu analisis yaitu tahun 20012004 masih
sangat tinggi. Secara umum kontribusi DAU sangat tinggi dengan menyumbang ratarata 6090 persen dari penerimaan daerah. Hasil analisis
menunjukkan tingkat kemandirian daerah yang semakin rendah sesudah implementasi desentralisasi fiskal, terlihat dari kecenderungan pada umumnya
menampakkan menurunnya rasio PAD terhadap penerimaan. Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis memiliki tingkat kemandirian yang
rendah yaitu sedangkan Kota Bandung dan Kabupaten Bekasi tergolong mempunyai tingkat kemandirian yang tinggi. Meskipun demikian Kota
Bandung mengalami penurunan tingkat PAD sebesar 13 persen. Wilayah yang paling signifikan PADnya meningkat setelah desentralisasi fiskal adalah
Kabupaten Bekasi sebesar 62 persen. Tetapi bagaimanapun juga tingkat kemandirian di wilayah kabupatenkota provinsi Jawa Barat masih tergolong
rendah karena kontribusi dana transfer yang masih tinggi.