Penduduk Miskin GAMBARAN UMUM

Kabupaten yang laju pertumbuhan ekonomi maupun PDRB per kapitanya lebih kecil daripada LPE dan PDRB per kapita provinsi, karakteristik ekonominya ditopang oleh sektor pertanian, sedangkan kabupaten yang memiliki LPE dan PDRB per kapitanya lebih besar daripada LPE dan PDRB per kapita provinsi, perekonomiannnya didominasi oleh sektor industri dan perdagangan. Dari uraian tersebut, mengindikasikan daerah yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak utama perekonomian, cenderung tertinggal dari daerah lain. Bisa dikatakan secara umum, sektor pertanian di Jawa Barat masih belum maksimal produktivitas dan peranannya terhadap perekonomian Jawa Barat.

4.3. Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun secara cepat selama periode 1970­1996. Jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 70 juta orang pada tahun 1970 sekitar 60 persen dari seluruh penduduk. Jumlah penduduk miskin tersebut menurun hingga mencapai 22,5 juta orang pada tahun 1996, atau 11,34 persen dari seluruh penduduk BPS, 2006. Upaya penanggulangan tersebut mengalami hambatan pada pertengahan tahun 1997, seiring krisis ekonomi yang terjadi. Krisis tersebut kembali meningkatkan jumlah penduduk miskin Indonesia secara drastis. Pada tahun 1998, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 49,5 juta orang atau sekitar 24,2 persen dari seluruh penduduk. Meskipun kian tahun mengalami penurunan, tetapi dampak krisis ekonomi tersebut terhadap jumlah penduduk miskin masih terasa, atau dalam arti lain jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong besar. Pada periode 1998­2004 jumlah penduduk miskin di Indonesia masih mencapai 36,2 juta orang atau sekitar 16,7 persen dari seluruh penduduk. Tabel 4.2. Persentase Penduduk Miskin Indonesia 1976­2004 Tahun Jumlah Persentase 1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 54.2 47.2 42.3 40.6 35.0 30.0 27.2 25.9 22.5 49.5 47.9 38.7 37.9 38.4 37.3 36.2 40.08 33.31 28.56 26.85 21.64 17.42 15.08 13.67 11.34 24.23 23.43 19.14 18.41 18.20 17.42 16.66 Sumber: Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka BPS, 2006 Krisis ekonomi 1997 dapat dikatakan telah membalikkan penurunan tingkat kemiskinan yang dicapai sebelumnya. Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan BPS, sampai tahun 2004 tingkat kemiskinan masih lebih tinggi dari tingkat kemiskinan tahun 1996, kendati sudah lebih rendah dari pada tahun 1999. Secara khusus, demikian juga dengan provinsi Jawa Barat yang tergolong wilayah yang jumlah penduduknya cukup padat dibandingkan daerah lain di Indonesia, juga masih menghadapi permasalahan kemiskinan. Berikut merupakan gambaran perkembangan jumlah penduduk miskin di provinsi Jawa Barat, pada sebelum dan masa desentralisasi fiskal. Data kemiskinan pada penelitian ini hanya hanya sampai pada tahun 2004. Sebab data kemiskinan pada tahun 2005 akan diterbitkan oleh BPS pada akhir bulan September tahun 2006. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Barat Tahun 1999­2004 Jumlah Penduduk Miskin Ribuan KabupatenKota 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Kab. Bogor 73 76 47 45 47 45 Kab. Cianjur 47 49 42 36 38 35 Kab. Cirebon 63 49 34 38 35 34 Kab. Indramyu 34 36 15 30 28 27 Kab. Kuningan 26 23 23 20 20 19 Kab. Majalengka 20 27 18 21 20 20 Kab. Bekasi 26 27 20 11 12 12 Kab. Karawang 11 17 16 26 25 25 Kab. Subang 16 22 21 22 22 20 Kab. Bandung 89 73 88 49 51 48 Kab. Sumedang 15 17 10 14 13 12 Kab. Garut 64 49 62 32 33 33 Kab. Tasikmalaya 66 45 39 24 25 26 Kab. Ciamis 27 31 23 26 22 22 Kota Bogor 88 100 2 6 6 6 Kota Sukabumi 17 14 1 2 2 1 Kota Cirebon 5 4 3 2 2 2 Kota Bekasi 25 13 18 6 5 5 Kota Bandung 22 15 14 7 8 7 Sumber : BPS Jawa Barat, 1999­2004.

V. METODE PENELITIAN