NegaraTujuan Bekerja dan Dinamika Jumlah Migran Internasional

Realitas di atas merupakan gambaran pendidikan migran sebelum melakukan migrasi internasional. Pasca migrasi internasional, para migran memperoleh pengalaman, dan keterampilan kerja. Walaupun berangkat dengan keterampilan yang kurang memadai, akan tetapi pasca kepulangan mereka membawa remitan sosial, berupa berbagai keterampilan seperti penguasaan Bahasa Arab, memasak makanan a la Timur Tengah, mengurus rumahtangga, etos dan disiplin kerja. Kedua hal ini baik langsung atau tidak langsung mempengaruhi dinamika kelembagaan dan ruang kewargaan emansipatif migran perempuan pedesaan.

4.5. NegaraTujuan Bekerja dan Dinamika Jumlah Migran Internasional

Terjadinya pergeseran migran ke luar negeri dari laki-laki kepada perempuan ini dikenal dengan istilah feminisasi migrasi. Data tahun 2007-2009 menunjukkan bahwa saat ini migrasi tenaga perempuan yang bekerja di luar negeri lebih banyak jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki. Menurut Hugo 1992; Raharto 2001 di Indonesia, pada periode 1989-1994 terdapat 442.310 migran perempuan, berbanding dengan 209.962 laki-laki. Jumlah tersebut meningkat tajam pada periode 1994-1999, yakni 2.042.206 migran perempuan dan hanya 880.266 migran laki-laki yang bekerja di luar negeri 56 . Tahun 2006, terdapat 10.203.266 orang 76,8 migran perempuan, dan migran laki-laki sebanyak 3.082.236 orang 23.2 57 . Data tahun 2007-2009 mengenai penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri menurut sektor pekerjaan formal dan informal dan jenis kelamin bisa diperhatikan pada tabel di bawah ini. 56 Angka-angka tersebut di luar migran ilegal yang tidak tercatat dan berangkat melalui calo-calo yang terorganisasi atau perseorangan. Dalam kasus tenaga kerja perempuan atau yang lebih dikenal TKW ilegal, lebih sulit melacak data dan menjadi persoalan serius bagi negara Indonesia sebagai negara pengirim maupun negara penerima terutama negara tetangga Malaysia manakala terjadi kasus-kasus penyiksaan, pemerkosaan, pembayaran gaji. Kasus-kasus yang menimpa TKW Indonesia di Malaysia telah mempengaruhi hubungan bilateral Indonesia- Malaysia dan mendapat sorotan tajam dari kalangan Pers, LSM kedua negara. 57 Data Dirjen TKLN, Disnakertrans 2007 seperti yang dikutip Lala M. Kolopaking dalam makalah bahan diskusi “Pengembangan Materi untuk dan Pengkonsolidasian Hasil Workshop Multi-Stakeholder Di Tiga Negara Tujuan Bekerja TKW” bertempat di Hotel Sofjan Betawi, Jakarta tanggal 19 Juni 2008. Tabel 4.13. Penempatan TKI di Luar Negeri Menurut Sektor dan Jenis Kelamin Tahun 2007-2009 ribuan orang Sektor 2007 2008 2009 Laki-laki Perempu an Jumlah Laki-laki Perem puan Jumlah Laki-laki Perempu an Jumlah Formal 132.755 63.436 196.191 - - 266.749 78.963 24.955 103.918 Informal 20.132 480.423 500.555 - - 482.076 24.225 504.029 528.254 Jumlah 152.887 543.859 696.746 200.188 548.637 748.825 103.188 528.984 632.172 Sumber: BNP2TKI dan Ditjen Binapenta, Diolah Pusdatinaker, 2010 Gambar 4.6. Penempatan TKI di Luar Negeri Menurut Jenis Kelamin dan Sektor Pekerjaan Tahun 2007-2009 Data yang terdapat pada tabel 4,13 dan grafik 4.6. di atas menggambarkan bawa pengiriman perempuan untuk bekerja di luar negeri selalu meningkat setiap tahunnya. Jika pada tahun 2007, terdapat 543.859 orang atau sekitar 78 persen perempuan yang bekerja di luar negeri, pada tahun 2008 menjadi 548.637 atau 73 persen, dan tahun 2009 naik 10 persen menjadi 528.984 orang. Sebagian besar yaitu 95 persen lebih, terserap dalam sektor informal yaitu sebagai tenaga pembantu rumahtangga PRT, dan hanya 5 persen yang bekerja di sektor formal. Mereka yang 2007 2008 2009 formal 196,191 266,749 103,918 informal 500,555 482,076 528,254 100 200 300 400 500 600 D a la m R ibu a n Ji w a Penempatan TKI di Luar Negeri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007-2009 Ribu Jiwa bekerja pada sektor formal umumnya tenaga kerja yang memiliki pendidikan dan keterampilan menengahantara lain sebagai tenaga perawat, pekerja industri, pekerja restauran. Negara Malaysia, dan Arab Saudi sampai saat ini masih merupakan negara tujuan bekerja yang paling banyak dipilih oleh para migran perempuan dari Indonesia, dengan pertimbangan antara lain karena kesamaan aspek kultur, jarak dan agama. Data lengkap disajikan dalam tabel 6.3 di halaman berikut. Tabel 4.14. Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia Tahun 2007-2009 ribuan orang Negara Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Negara-negara Kawasan Asia-Pasifik: Malaysia 111.418 140.658 61.374 Singapura 37.408 21.842 33.059 Brunai Darussalam 2.493 1.773 1.232 Hongkong 29.961 30.195 32.401 Taiwan 45.572 56.268 53.278 Korea Selatan 210 603 99 Jepang - 185 302 Macau 163 376 674 Amerika Serikat 1.191 - 6 Lain-lain 164 186 60 Negara-negara Kawasan Timur Tengah: Arab Saudi 235.131 211.623 251.724 UEA 26.675 32.669 38.800 Kuwait 25.557 26.262 22.863 Bahrain 2.246 1.695 2.687 Qatar 7.509 6.871 8.762 Oman 7.115 7.633 9.586 Yordan 12.040 9.732 10.917 Yaman - 1 - Negara-negara Timur Tengah lainnya 85 18 1.166 Jumlah 544.938 548.590 528.935 Sumber: BNP2TKI dan Ditjen Binapenta, Diolah Pusdatinaker 2010. Faktor kultur, jarak dan agama diasumsikan menjadi pertimbangan migran perempuan untuk memilih bekerja di Negara Malaysia 58 dan Arab Saudi. Malaysia sebagai negara tetangga yang menjadi pilihan utama memiliki jarak yang tidak jauh dari Indonesia, memiliki kesamaan 58 Pada tataran realitas, negara jiran Malaysia termasuk yang paling banyak melakukan tindakan kekerasan fisik dan psikis kepada para migran perempuan Indonesia. budaya seperti bahasa Melayu dan penduduknya mayoritas beragama Islam. Negara Arab Saudi banyak dipilih karena faktor kesamaan agama dan motif dari sebagian migran perempuan untuk bisa melaksanakan ibadah haji 59 . Alasan-alasan yang bersifat hipotetik tersebut, di lapangan terbukti kebenarannya. Gambar 4.7. Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia ke Kawasan Timur Tengah Tahun 2007-2009 Diluar kawasan Timur-Tengah, di kawasan Asia Pasifik, negara Hongkong merupakan negara yang paling banyak menterap TKI asal negara Indonesia. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh jaminan kerja yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan di negara Timur Tengah. Misalnya, Hongkong sudah memasukan jenis pekerjaan PRT sebagai bagian dari pekerjaan yang diakui oleh hukum, sehingga hak-hak pekerja dilindungi hukum negara tersebut. Faktor lain adalah upah yang lebih besar, terdapat jaminan kesehatan, hak cuti satu hari dalam seminggu, hak 59 Di Panyingkiran misalnya, sudah sangat umum, sebutan seseorang yang sudah melaksanakan ibadah haji diberi tambahan Haji sebelum nama asli. Misalnya “Haji Halimi, Haji Arnah, Haji Tuti, dll”. Sebutan ini terkesan bukan lagi sesuatu yang mengandung makna penghormatan terhadap mereka yang sudah melaksanakan ibadah haji yang umumnya ber asal darim lapisan “jelema beunghar”, tetapi karena saat ini sudah semakin banyak tenaga kerja perempuan yang bekerja di Negara Aran Saudi, dan beberapa kali mampu melaksanakan ibadah tersebut. Sebagai ilustrasi, terdapat pedagang nasi uduk yang berjualan setiap pagi di depan halaman sebuah SD , atau salah seorang pedagang makanan yang membuat kios kecil di pinggir saluran irigasi yang mengaliri desa, seringkali dipanggil “Haji” 59 ketika tetangganya mau membeli, bahkan ketika pedagang tersebut sedang tidak ada di warungnya, pembeli seringkali hanya memanggil: “ Ji, haji, meuli yeuh”. Sebutan tersebut sangat lajim dipakai dan bukan hanya sebutan kata tanpa makna, karena di pedesaan memiliki dampak ekonomi dan psikologis bagi pemilik gelar Haji atau Hajjah. Hal ini karena mereka menganggap bahwa kepergiannya ke tanah suci untuk menjalankan rukun Islam yang kelima menjadi sesuatu yang sangat prestisius, mengingat tidak semua orang – terlebih di pedesaan – mampu melaksanakan kewajiban rukun Islam yang kelima tersebut. 100 200 300 400 500 600 700 800 D a la m R ib u a n J iw a Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia ke Kawasan Timur Tengah tahun 2007-2009 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 jaminan kesehatan, serta kesempatan untuk memperoleh berbagai keterampilan yang merupakan remitan sosial bagi seorang migran perempuan lebih terbuka Wulan, 2010. Gambar 4.8. Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia ke Kawasan Asia Pasifik Tahun 2007-2009 Data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, terdapat sebanyak 13.408 orang yang bekerja di luar negeri. Seperti halnya tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia, tenaga kerja asal Kabupaten Karawang didominasi oleh tenaga kerja perempuan dengan tingkat pendidikan dan skill yang rendah, sehingga mereka hanya terserap ke dalam jenis pekerjaan sektor domestik yaitu pembantu rumahtangga sebagai lapangan kerja yang masih terbuka untuk perempuan muda yang tidak memiliki keterampilan. Rendahnya pendidikan dan keterampilan calon migran dan migran perempuan menjadi sumber permasalahan yang sering menimpa mereka di negara tujuan. Hal ini terungkap dari pengakuan beberapa responden bahwa sumber berbagai penyiksaan bermula dari ketidaknyambungan komunikasi antara majikan dengan mereka sebagai pembantu. Dengan demikian, setiap pemerintah daerah sudah saatnya untuk memperbaiki pendidikan dan keterampilan bagi setiap warganya, agar kualitas tenaga kerja, termasuk yang akan dikirim ke luar negeri lebih baik. Data lengkap mengenai jumlah tenaga kerja Kabupaten Karawang yang bekerja di luar negeri, bisa dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini. 200 400 600 800 1000 1200 1400 D a la m R ib u a n J iw a Negara Tujuan Bekerja Migran Perempuan Indonesia ke Kawasan Asia Pasifik tahun 2007- 2009 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Tabel 4.15. Jumlah Tenaga Kerja Kab. Karawang yang Bekerja Di Luar NegeriTahun 2007-2010 Tahun B u l a n Jum lah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2007 - - - - - - 1047 1469 465 301 255 377 3.914 2008 526 338 451 303 259 320 596 342 147 1108 327 355 5.072 2009 308 426 248 377 308 324 336 117 122 380 65 146 3.159 2010 134 120 109 133 92 154 232 87 67 135 149 103 1.515 Jumlah 968 886 808 813 659 644 1979 1928 801 1924 647 878 13.408 Sumber : Disnakertrans Karawang, 2011 Desa Panyingkiran merupakan desa di Kecamatan Rawamerta yang paling banyak mengirim perempuan sebagai PRT di luar negeri. Data dari Kecamatan Rawamerta pada tahun 2007 terdapat 348 orang perempuan migran, diikuti Desa Sukamerta 317 orang, Desa Sukapura 408 orang, desa-desa lainnya memiliki migran berkisar antara 39 – 261 orang. Pada bulan Maret 2009, terdapat 314 perempuan Desa Panyingkioran yang menjadi migran dan pernah menjadi migran. Dari angka tersebut, migran yang masih aktif bekerja sebanyak 216 orang, dengan tujuan terbanyak Arab Saudi 190 orang 88 persen, sisanya bekerja di Abu Dhabi, 12 orang, Kuwait 6 orang, Syiria 3 orang, Yordania 2 orang, Malaysia 2 orang, dan Brunei Darussalam 1 orang. Sementara itu, jumlah tenaga kerja dari Desa Ciherang yang bekerja di luar negeri sejak tahun 2001-2011 tercatat sebanyak 274 0rang, terdiri dari buruh migran laki-laki 24 orang atau 8.76 persen, sedangkan perempuan sebanyak 250 orang atau 91.24 persen. Sebagian besar dari migran Ciherang saat ini masih aktif bekerja di luar negeri yaitu sebanyak 126 orang, ada juga sebagian migran yang sudah tidak aktif, sedang istirahat karena habis kontrak atau cuti 60 . Sebaran migran di Desa Ciherang berdasarkan negara tujuan bisa dilihat pada tabel di bawah ini. 60 Karena banyaknya migran perempuan dari Desa Ciherang, hampir setiap bulan terdapat migran yang pulang kampung atau berangkat ke Arab. Sebagai ilustrasi, dalam kunjungan terakhir ke Ciherang, penulis mendapat informasi dari salah seorang eks-migran bahwa salah seorang tetangganya yaitu N.Dh 18 tahun baru pulang dari Arab dalam kondisi yang kurang beruntung dan mengenaskan. Menurut penuturannya, N.Dh yang terpaksa harus drop out dari sebuah SMA di Purwakarta beberapa bulan lalu dan „memaksa‟ melamar menjadi calon PRT di Arab melalui seorang sponsorcalo di kampungnya. Di Arab N.Dh disukai oleh anak majikannya, tetapi N.Dh tidak mau Tabel 4.16. Sebaran Migran Perempuan Desa Ciherang Berdasarkan Negara Tujuan No Dusun Negara Tujuan Jumlah 1 Tanjung Kerta 1. Arab Saudi 2. Malaysia 3. Brunei Darussalam 4. Qatar 40 1 1 1 2 Ciherang 1. Arab Saudi 2. Malaysia 62 2 3 Pasir Muncang Arab Saudi 19 Jumlah 126 Sumber: Monografi Desa Ciherang dan Penelitian Lapang, 2009-2011 Data tersebut menunjukkan jumlah migran perempuan yang masih aktif bekerja di luar negeri sebanyak 126 orang, apabila ditambah dengan migran yang sudah tidak aktif lagi eks- migran dan migran yang sedang cuti maka jumlah keseluruhan ada 274 orang. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan data jumlah migran perempuan di tingkat Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, dari 785 perempuan yang memilih bekerja di luar negeri, 669 orang diantaranya atau sekitar 85 persen memilih bekerja sebagai pembantu rumahtangga di Arab Saudi. Pada tahun 2009 terdapat 124 orang perempuan dari Kabupaten Purwakarta yang bekerja di Arab Saudi, hanya terdapat 9 orang yang memilih kerja di Negara Malaysia, Kuwait, dan Taiwan. Pada tahun 2010 jumlah perempuan dari Kabupaten Purwakarta yang bekerja di luar negeri hanya 120 orang, 75 orang diantaranya memilih bekerja di Arab Saudi sebagai negara tujuan. Kondisi pada tahun 2010 bisa dipahami karena pemerintah sempat melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, khususnya ke Malaysia dan Arab Saudi, dan memilih kabur dan kembali ke tanah air. Kondisi ini ditanggapi beragam oleh sesama eks-migran yang lain, eks- migran yang lama bekerja di Arab menanggapi bahwa N.Dh belum siap bekerja di Arab yang memang berat, ada yang menanggapinya bahwa kalau benar mau dijadikan istri oleh anak majikan seharusnya malah beruntung, tetapi ada juga yang menanggapi bahwa kemungkinan N.Dh sebenarnya diganggu oleh anak laki-laki majikannya seperti yang sering dialami migran perempuan lainnya. Menurut mereka, jika seorang migran kabur sebenarnya sangat rugi, karena selain tidak mendapatkan apa-apa, kalau seorang migran berangkat lagi ke Arab, belum tentu mendaparkan majikan yang lebih baik. Bekerja di luar negeri memang memerlukan keberanian dan kesabaran. Manakala menghadapi perlakuan yang semena-mena dari majikan dan anggota keluarga lainnya, seorang migran harus melakukan pembelaan, kalau sudah mengarah kepada pelecehan dan perkosaan, mereka harus berani melawan, seperti yang pernah di alami Ijh yang berani mengancam akan melaporkan kelakuan keluarga majikan dan bahkan berani melawan dengan cara menodongkan pisau ketika akan diperkosa adik majikan. Jika menghadapi berbagaikasus seperti ini pihak sponsor seringkali lepas tangan, mereka menganggap, bahwa ketika seorang migran diberangkatkan oleh PJTKI di Jakarta kewajiban seorang sponsor alias calo sudah terlepas. Menurut pengakuan sponsorcalo, jalan keluar yang bisa mereka tawarkan adalah dengan cara mencarikan lagi PJTKI lain yang dengan mudah diperoleh sponsorcalo. Hal ini karena seorang sponsor atau calo kebanyakan bekerja tidak pernah terikat kepada satu PJTKI saja, melainkan memasok tenaga kerja kepada beberapa PJTKI yang bisa memberikan keuntungan yang paling besar. Hj. Arh misalnya, mengaku bahwa ketika mampu memberangkatkan beberapa calon tenaga kerja, kadang-kadang dia harus membagi calon tenaga kerja tersebut kepada beberapa PJTKI yang sudah menjadi semacam “patron” dia selama bertahun-tahun. sebagai bentuk sikap terhadap perlakuan Negara Malaysia dan Arab Saudi yang banyak melakukan praktek penyiksaan dan pelanggaran hak asasi terhadap tenaga kerja asal Indonesia. Tabel 4.17. Pemberangkatan TKI Perempuan Kab Purwakarta Tahun 2008-2010 No Negara Tujuan Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Jumlah 1 Arab Saudi 628 124 74 826 2 Uni Emirat Arab 14 2 - 16 3 Abu Dhabi 16 - - 16 4 Kuwait 23 - - 23 5 Jordania 6 - - 6 6 Oman 2 - - 2 7 Qatar 6 - - 6 8 Bahrain 4 - - 4 9 Neg.Timur Tengah lainnya 21 - - 21 10 Malaysia 4 - - 4 Jumlah 724 126 74 924 Sumber: Diolah Dari Data Disnakersostrans Kab Purwakarta, Januari 2011. Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Purwakarta mengindikasikan adanya kesamaan dengan yang dihadapi Kabupaten Karawang. Penduduk usia kerja 61 di Kabupaten Karawang yang mencari kerja pada tahun 2009 sebanyak 32.589 orang, sedangkan pada tahun 2008 mencapai 28.015 orang, yang berarti terjadi kenaikan sebesar 16,33 persen. Dari jumlah tenaga kerja yang terdaftar, hanya 10.199 orang atau sekitar 31,30 persen yang sudah ditempatkan. Sektor industri yang terus berkembang di Kabupten Karawang merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 7.031 orang. Negara tujuan migran perempuan dari Desa Panyingkiran dan Ciherang adalah negara- negara yang berada di kawasan Timur Tengah, negara yang paling banyak adalah Arab Saudi. Pada tahun 2011, perempuan dari Desa Panyingkiran yang bekerja di Arab sebanyak 190 orang atau 88 persen dari 216 migran aktif, dan di Ciherang terdapat 121 orang atau 96 persen dari 126 orang migran perempuan, bekerja sebagai PRT di negara Arab Saudi. Hj. Mrfh adalah salah seorang yang memiliki kesempatan bekerja di Arab Saudi. Ia berangkat lantaran adanya tawaran dari salah seorang temannya dari Kota Karawang yang sudah terlebih dahulu bekerja di Arab menjadi pembantu rumahtangga.Tenaga pembantu dari Indonesia dikenal rajin dan baik-baik, oleh karenanya beberapa pembantu yang berasal dari Karawang diminta majikan mereka untuk mencarikan tambahan pembantu dari Karawang yang mau 61 Penduduk usia kerja di definisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas dan terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja dibagi menjadi yang bekerja dan pencari kerja Karawang Dalam Angka, 2010. bekerja pada keluarga besar majikan. Dari sinilah kemudian gelombang migrasi internasional menuju Timur Tengah terutama ke Arab Saudi berlangsung. Bila dilihat dari komposisi jumlah migran yang menuju ke Arab Saudi, nyatanya besarnya minat bekerja di Arab Saudi bukan hanya dialami migran perempuan asal Desa Panyingkiran dan Ciherang saja, pada tingkat kabupaten bahkan Jawa Barat, menunjukkan bahwa sebagian besar migran perempuan dari Jawa Barat lebih tertarik memilih Negara di Kawasan Timur Tengah sebagai tujuan bekerja, khususnya Negara Arab Saudi. Hal ini diperkuat oleh pandangan Kepala Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang yaitu Parlan, SH 62 sebagai berikut: Tahun 2010, TKI dari Kabupaten Karawang yang bekerja di luar negeri sebanyak kurang lebih 1500 orang, 90 persen di antaranya perempuan, dan hanya 10 persen tenaga kerja laki-laki. Umumnya bekerja di Negara Timur Tengah, khususnya Negara Arab Saudi. Hal ini karena permintaan terhadap tenaga kerja dari Arab untuk keperluan pembantu rumahtangga. Wawancara, 2332011 Beberapa alasan mengapa banyak migran perempuan dari Karawang memilih Negara Arab Saudi sebagai tujuan bekerja adalah; Pertama, jaringan tenaga kerja dari Karawang sejak lama sudah ada dan lebih menghususkan memberangkatkan ke negara tujuan Timur Tengah seolah-olah kesempatan kerja yang paling banyak hanya di Timur Tengah. Kedua, pembiayaan, calon majikan menyediakan biaya untuk memberangkatkan satu orang calon tenaga kerja kepada agensi PJTKI yang cukup besar kurang lebih Rp 40 juta, uang tersebut diberikan kepada calon tenaga kerja beserta keluarganya dengan besar bervariasi antara Rp. 2,5 – 5 juta 63 . Ketiga. Bekerja di negara-negara kawasan Asia Pasifik seperti Hongkong, Taiwan, Korea Selatan memerlukan persyaratan yang cukup ketat, antara lain berpendidikan minimal SLTP, bica membaca dan menulis, bisa berbahasa Inggris, Mandarin, Tionghoa, Korea, umur pertama kali bekerja maksimal 30 tahun, harus mengeluarkan biaya yang cukup besar yaitu kurang lebih Rp 3- Rp 5 juta. Meskipun upah cukup besar antara Rp 4-5 juta, jarang ada calon tenaga kerja 62 Wawancara hari Rabu, tgl 23 Maret 2011, bertempat di Kantro Disnakertrans Kabuipaten Karawang 63 Dalam salah satu iklan Surat Kabar Karawang Pos, edisi 2 Februari 2011, berbunyi sebagai berikut “TEMPAT PENDAFTARAN DAN PENGADUAN TKI. Divisi Pengadaan Calon TKI dan Promosi. KANTOR CABANG PT. ALHIKMAH JAYA BHAKTI Bersama KOPERASI PEMBERDAYAAN BURUH MIGRAN INDONESIA “GEMPAR” dan KOMITE INDEPENDEN PERLINDUNGAN TKI. Kontak Person: H.Nanang. Jln Cilamaya No. 270-Mekarmaya,Cilamaya Wetan-Karawang. Telp:085693510777-081906671414. Sarkum 085810306576. UANG SAKU CALON TKW KE: Saudi, Jordan, Qatar, Abu Dhabi, Oman-Bahrain Rp 5 juta + 1 HP Baru langsung diterima setelah calon TKW fit. Dijamin resmi dan proses cepat. dari. Keempat. Motif agama khususnya keinginan untuk bisa melaksanakan ibadah haji masih dimiliki oleh sebagian kecil calon tenaga kerja dari Karawang. Menurut Parlan, beberapa karakterisik tenaga kerja asal Kabupaten Karawang, khususnya yang bekerja menjadi pembantu rumahtangga adalah: a berasal dari golongan menengah ke bawah sebagian besar bekerja di Negara Timur Tengah, terutama Arab Saudi; b memiliki keterbatasan tingkat pendidikan, sebagian hanya tamat SD, bahkan banyak yang tidak tamat SD; c motif menjadi TKIW umumnya untuk memperbaiki kondisi ekonomi yaitu memperbaiki rumah, mengumpulkan modal untuk berdagang, berusaha, membeli tanah darat, membeli dan menggadai sawah. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Bbg 49 tahun salah seorang calo atau sponsor tenaga kerja dari Kabupaten Purwakarta yang mengemukakan bahwa fenomena yang cukup menarik adalah negara tujuan migran dari Desa Ciherang khususnya dan Kabupaten Purwakarta secara umum lebih memilih bekerja di Timur Tengah, khususnya di Negara Arab Saudi. Sebagai ilustrasi, sebanyak 118 orang 96 persen tenaga kerja yang pernah diberangkatkan melalui perusahaan mitra, memilih bekerja di Arab Saudi, dan hanya terdapat 4 perempuan migran yang memilih bekerja di Malaysia, sedangkan 1 orang bekerja di Negara Brunei Darussalam. Alasan mengapa migran perempuan lebih memilih bekerja di Arab Saudi 64 antara lain: 1 kemudahan untuk memperoleh sponsor atau calo yang menghususkan diri merekrut tenaga kerja dari kedua desa tersebut untuk disalurkan ke Negara Arab Saudi. Jaringan tenaga kerja ini sudah berlangsung cukup lama sehingga sudah terbentuk trust pada diri migran beserta keluarganya kepada para sponsor atau calo yang merupakan tetangga mereka sendiri. Sikap kepercayaan ini bagi migran perempuan beserta keluarganya sangat penting karena menyangkut 64 Wawancara mendalam dengan Bbg dan Sngsh sebagai sponsorcalo yang masih aktif mengirim calon buruh migran menunjukkan bahwa selain persyaratan bekerja ke Arab Saudi yang lebih mudah juga permintaan terhadap tenaga kerja asal Indonesia dari Negara Arab Saudi yang cukup tinggi, serta keuntungan yang diperoleh sponsorcalo cukup tinggi yaitu sekitar Rp 4-6 juta setiap kepala. Kondisi ini menjadi daya tarik bagi beberapa orang yang pernah bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk tidak lagi berangkat, mereka ada yang memilih menjadi sponsor atau calo yang biasanya menjadi agen dari beberapa PJTKI besar dari Jakarta. Beberapa sponsor atau calo yang sebelumnya menjadi PRT adalah Unr, Anh, Sng, Ad. Hal yang sama diungkapkan oleh Ad 48 tahun yang merupakan mantan sponsorcalo tenaga kerja yang juga banyak mengirim calon PRT dari desa-desa disekitar Purwakarta dengan negara tujuan Arab Saudi. Sudah hampir empat tahun Ad berhenti bekerja dengan alasan sudah capai, dan persaingan antar sesama sponsorcalo yang semakin ketat. Ad lebih memilih membuka warung kebutuhan hidup sehari-hari dan dilengkapi dengan masakan matang, yang kadang-kadang ada pembeli yang sekalian makan di warungnya. Kecuali Bbg, semua sponsor perempuan di Desa Panyingkiran dan Ciherang adalah mereka yang pernah bekerja sebagai pembantu rumahtangga PRT di luar negeri, terutama di Arab Saudi. Menurut penuturan mereka, meskipun persaingan antara sesama sponsor cukup ketat, tetapi mereka selalu mendapatkan calon tenaga kerja yang mau bekerja di luar negeri, terutama setelah Hari Raya Idul Fitri. keselamatan bekerja di negara tujuan, 2 Ada keinginan dari sebagian tenaga kerja perempuan di kedua desa bahwa dengan bekerja di negara Arab Saudi, mereka sekaligus bisa melaksanakan ibadah haji; 3 mudahnya persyaratan untuk bekerja di Arab Saudi jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Kemudahan tersebut antara lain dalam hal pendidikan, yang cukup berijazah SD, sedangkan di beberapa Negara Asia Pasifik seperti Taiwan, Hongkong, Singapura, Korea Selatan, mensyaratkan ijazah minimal SMP bahkan SMA, dan memiliki kemampuan berbahasa yang sesuai dengan bahasa negara tujuan bekerja tersebut diatas.

4. 6. Magnet Nagri Arab: Lain Kapok Kalah Beuki Gawok

65 Akumulasi dari berbagai permasalahan dalam ketenagakerjaan di tanah air seperti kurangnya lapangan kerja, kurangnya akses terhadap berbagai sumberdaya seperti lahan pertanian, kemiskinan dan mudahnya mendapatkan sponsor yang siap membantu membiayai bekerja di luar negeri menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja di luar negeri setiap tahun terus bertambah. Berbagai kasus mengenaskan yang menimpa tenaga kerja perempuan di luar negeri tidak pernah menyurutkan keinginan perempuan muda dari desa-desa di Indonesia, termasuk dari Desa Panyingkiran dan Ciherang untuk mengadu nasib di negara-negara kaya. Menurut migran di kedua desa, perlakuan tidak manusiawi yang di alami mereka selama bekerja di Arab Saudi merupakan resiko dari bekerja di luar negeri. Mereka seringkali hanya mengaitkan dengan “tos nasibna panginten”, karena menurut mereka, nasib setiap orang tidak sama. Mereka sering mengistilahkan bahwa bekerja di Arab Saudi “lain kapok, kalah beuki gawok ” yang artinya meskipun selama bekerja mereka pernah mengalami perlakuan yang tidak manusiawi dari majikan dan keluarganya, tetapi hal tersebut tidak pernah membuat mereka jera dan kapok, bahkan seperti ketagihan, sehingga mengakibatkan mereka akan kembali ke Arab Saudi 66 , atau apa yang dinamakan sebagai yo-yo migrationMargolis, 2004 65 Istilah ini untuk diambil dari penuturan beberapa responden selama penelitian, dan diambil dari peribahasa Sunda yang arti harfiahnya adalah “bukannya kapok malah semakin bertambah ketagihan”. Kondisi ini menggambarkan, bahwa meskipun buruh migran permpuan dari Desa Panyingkiran dan Ciherang sering mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari majikan, tetapi keinginan untuk menjadi pembantu rumahtangga di luar negeri, khususnya di Negara-negara Timur Tenga tidak pernah surut, bahkan setiap tahun terus bertambah. 66 Seorang informan dari Desa Ciherang yaitu H.Omn, dalam wawancaranya mengungkapkan bahwa sebagian besar dari kerabat dia pernah dan ada beberapa yang masih bekerja di Arab Saudi. Salah seorang keponakannya yang lebih dari sepuluh tahun bekerja di Arab Saudi pernah dilarang untuk pergi lagi, dengan harapan mendapatkan jodoh dan segera menikah di kampungnya. Hal ini mengingat usia keponakannya sudah dua puluh lima tahun lebih, dimana usia tersebut untuk ukuran di pedesaan sudah termasuk kategori melewati cukup umur. Namun usaha keluarga Daya tarik untuk meraih real dan dinar agar bisa memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga mengalahkan ketakutan dan resiko bekerja yang harus dihadapi migran perempuan pedesaan. Pada kondisi ini seharusnya terdapat jalan keluar yang harusnya menjadi prioritas pemerintah dalam menangani ketenagakerjaan, khsusunya perlindungan para tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Daya tarik lain adalah keinginan untuk bisa melaksanakan ibadah haji dari sebagian 67 migran perempuan, baik dariDesa Panyingkiran maupun Desa Ciherang yang mayoritas beragama Islam. Menurut mereka, sebagai warga yang berasal dari lapisan “jelema teu boga”, bisa melaksanakan ibadah haji merupakan suatu keinginan yang sulit terwujud, tetapi dengan menjadi PRT di Arab Saudi, maka peluang tersebut semakin terbuka. Rasionalitas dibalik motif tersebut karena menunaikan ibadah haji selain merupakan kewajiban rukun Islam kelima, dan hukumnya wajib bagi umat yang memiliki kemampuan baik secara ekonomi, maupun fisik, gelar hajihajjah juga menjadi simbol status sosial baru di pedesaan. Hal ini terungkap dari sebutan warga kepada setiap orang yang pernah melaksanakan Haji, selalu diberi tambahan gelar “Haji atau Hajjah”, baik dalam penyebutan nama sehari-hari maupun dalam bentuk undangan atau catatan berbagai dokumen resmi di desa.Sebagai sebuah ilustrasi, di Panyingkiran terdapat eks migran perempuan yang saat ini membuka warung, dan berjualan nasi uduk. Ketika pembeli berbelanja, dari luar warung, pembeli cukup memanggil “Haji, meuli yeuh” Haji, membeli nih, atau ketika seorang eks-migran lewat di depan rumah tetangganya, akan disapa “ Bade kamana Nyi Haji?”Mau kemana Nyi Haji?. Dibalik keberhasilan beberapa migran perempuan Desa Panyingkiran dan Ciherang dalam memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga, terdapat beberapa migran yang kurang beruntung. Salah seorang migran perempuan yang nasibnya kurang beruntung adalah Iym 42 tahun, yang pernah bekerja selama dua belas tahun di Arab Saudi, dan untuk sementara Iym memutuskan untuk tidak pergi lagi ke Arab Saudi, Iym hanya memiliki rumah permanen dan sempat menggadai sawah dan membeli motor. Saat ini anak Iym sudah empat tahun bekerja di Arab Saudi. Selama bekerja di Arab Saudi, Iym berganti-ganti majikan, dan beberapa kali mereka untuk secepatnya mencarikan jodoh belum berhasil, karena keponakan tersebut hanya betah beberapa bulan tinggal di Ciherang, dan memilih beranngkat bekerja lagi di Arab Saudi. 67 Dikatakan sebagian, karena selama wawancara di Desa Panyingkiran maupun Ciherang, hanya beberapa orang saja yang terang-terangan yang sejak awal memiliki niat untuk bisa melaksanakan ibadah haji disamping tentu saja memperbaiki kondisi perekonomian keluarga, mereka umumnya berasal dari migran perintis dan beberapa migran pengikut terutama mereka yang memiliki pemahaman terhadap agamanya kuat. mendapat perlakuan kasar seperti dipukul majikan perempuan, dan laki-laki, dibenturkan kepala dan perlakuan non fisik sepertidimarahimajikan sudah sering diterima Iym. Menurut penuturan Iym, semua penderitaan yang dialami selama bekerja sebagai pembantu rumahtangga sudah „nasibnya‟ yang kurang baik, karena banyak teman-temannya yang cukup beruntung memiliki majikan yang baik. Berikut penuturan Iym: Selama bekerja di Arab Saudi lebih banyak penderitaaannya, mungkin sudah nasib saya harus begini, tetapi saya selalu menguatkan diri untuk bertahan, apalagi saya tahu Abah di kampung selalu membantu saya dengan usaha batin 68 , sering puasa sehingga penderitaan yang saya rasakan seringkali tidak saya rasakan. Saya hanya ingin memiliki rumah bagus seperti tetangga, punya sawah untuk bekal makan sehari-hari dan bekal kalau saya sudah tidak kuat lagi bekerjaWawancara, 1022010. Meskipun pernah mengalamiberbagai pengalaman pahit, Iymmengaku tidak kapok bekerja di Arab Saudi, tetapi saat ini, untuk sementara, tidak akan berangkat lagi karena harus mengurus dua anaknya yang masih bersekolah di SD, dan satu orang cucu dari anak pertamayang saat ini masih bekerja di Arab Saudi. Dari hasil penelitian di kedua desa sangat jelas terlihat bahwa keinginan untuk memperbaiki perekonomian keluarga menjadi motif utama mengapa mereka memilih bekerja di luar negeri. Apabila kondisi perekonomian keluarga mereka membaik dengan indikator rumah permanen lengkap dengan berbagai perabotan rumahtangga, memiliki kendaraan bermotor, bahkan memiliki lahan pertanian berupa tanah darat dan sawah, maka status sosial keluarga migran juga mengalami peningkatan. Keluarga migran perempuan yang mengalami mobilitas sosial vertikal dari lapisan sosial terbawah bisa naik menjadi lapisan menengah, bahkan masuk ke lapisan atas di desa mereka. Hal ini di alami antara lain oleh ITA 36 tahun yang setelah bekerja di Arab Saudi selama delapan tahun lebih, saat ini menjadi “jelema beunghar”, dia 68 Menurut pengakuan Iym, selama bekerja di luar negeri, dia pernah dipukul bagian perut dan tangannya oleh sepotong besi, gara-gara lalai dalam mengerjakan tugas sehari-hari. Perlakuan kasar majikan terutama diterima pada waktu pertama menjadi pembantu dan Iym belum memiliki keterampilan bekerja dengan menggunakan alat-alat rumahtangga yang semuanya serba elektrik. Bapak Iym yang merupakan “orang pintar” di kampunya sering melakukan tirakat agar Iym diberi keku atan fisik dan ketabahan. Menurut pengakuan Iym, usaha bapaknya sangat terasa ketika dia dipukuli seringkali badannya tidak begitu merasa sakit, dan majikannya kadang-kadang bersikap sangat baik kepada Iym. Dalam hal usaha batin, salah seorang Bapak, yaitu Gcn, yang anak perempuannya bernama N.Yt pernah bekerja di Arab Saudi mengaku bahwa selama anaknya bekerja di Arab Saudi, dia selalu mendatangi beberap orang kyai ternama dan melakukan jiarah ke tempat-tempat yang dikeramatkan umat Islam seperti ke makam Sunan Gunung Jati-Cirebon, makam Sultan Hasanuddin-Serang dan Syeh Mansur di Cikadueun-Banten. Hal ini dilakukan Gcn, agar anaknya diberi berkah keselamatan, kesehatan dan disayang oleh majikan, dan menurutnya, usahanya membuahkan hasil, anaknya selama 8 tahun betah bekerja di Arab Saudi dan termasuk berhasil karena mampu membeli sawah yang luasnya kurang lebih 2,5 hektar, serta bisa membuka warung yang cukup besar untuk ukuran di desa. mampu memiliki kekayaan berupa sawah kurang lebih 3,5 hektar, tanah darat, toko sarana produksi pertanian, mobil bak terbuka, dan rumah permanen. Keluarga ITA saat ini bisa dikatakan sebagai salah satu patron di desa Panyingkiran yang memiliki beberapa pekerja yang menjadi clientnya. Bentuk patronase ini terjadi sebagai pengaruh adanya resiprositas antara keluarga ITA sebagai orang kaya dengan beberapa pekerjaburuh yang menggantungkan hidupnya kepada keluarga ITA. Perbaikan status sosial ekonomi yang dirasakan keluarga migran diakui oleh berbagai pihak, meskipun demikian beberapa migran mengalami nasib yang kurang beruntung, bahkan ada yang pulang ke desa hanya membawa pakaian yang melekat di badan. Informan kunci dari Desa Panyingkiran yaitu Swd50 tahun dalam wawancara mendalam menyatakan bahwa keluarga yang memiliki anak bekerja di luar negeri khususnya di Arab Saudi mengalami perbaikan sosial ekonomi, tetapi juga memiliki resiko kerja yang sangat berat. Berikut petikan wawancara dengan Swd 50 Thn: Bekerja di Arab Saudi memang sangat banyak resiko, bukan hanya menurut berita di koran atau TV, di desa saya ada beberapa orang yang pulang dari Arab bukannya berhasil membeli ini dan itu, tetapi pulang dengan kondisi menghawatirkan. Misalnya ada seorang perempuan warga desa yang pulang dalam keadaan stres, ada beberapa perempuan yang hamil tanpa suami. Tetapi meskipun banyak kejadianyang sangat mengenaskam, sampai saat ini penduduk desa Panyingkirantidak pernah kapok atau takut pergi bekerja di Saudi. Asal perempuannya rajin dan “leukeun” tekun, mereka bisa berhasil, tetapi merekayang tidak tahan mental, pasti tidak akan berhasil.Mereka bukan memperbaiki kondisi ekonomi keluarga, malah sebaliknya banyak yang hanya menderita dan mendapat malu.Wawancara, 1222010 Mengenai resiko berat yang harus dihadapi migran perempuan di luar negeri, semua migran mengaku bahwa sebelum mereka berangkat tetap saja memiliki berbagai kehawatiran. Berbagai informasi mengenai resiko bekerja di Arab Saudi, baik suka dan duka umumnya diperoleh dari cerita teman, saudara, tetangga yang terlebih dahulu bekerja di Arab. Meskipun sudah banyak memperoleh informasi, mereka mengaku tetap saja memiliki kehawatiran sebelum berangkat. Salah satu resiko berat bagi migran perempuan adalah kemungkinan mendapat perlakuan majikan berupa pelecehan seksual, pemerkosaan yang seringkali berakhir dengan kehamilan di luar nikah. Hal ini dialami oleh beberapa orang perempuan migran asal Desa Panyingkiran dan Ciherang 69 . 69 Informan kunci menyebutkan beberapa mantan migran perempuan yang memiliki ana k “Arab” dan informasi tersebut bukan sekedar isapan jempol, dalam kesempatan FGD di Balai Desa, peneliti menemukan beberapa anak

4.7. Memudarnya Norma dan Melemahnya Peran Agama