Teoretisasi Migrasi Internasional TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dipaparkan teoretisasi migrasi internasional dari beberapa ahli migrasi yang meliputi pengertian, migrasi dari perspektif peneliti coba pertautkan dengan ekonomi rasional-Weber, Coleman, embedded-Granovetter, dan cumulative causation-Massey. Bagian lain mengungkap gender dan pembagian peran dalam rumahtangga, migrasi internasional: dari narasi struktur agrarian ke penguasaan lahan, penelusuran terhadap penelitian sejenis dan posisi peneliti dalam penelitian migrasi internasional. Bagian terakhir dipaparkan mengenai alur pemikiran studi.

2.1. Teoretisasi Migrasi Internasional

Migrasi merupakan fenomena yang telah berlangsung lama mengikuti perjalanan peradaban manusia 4 . Perpindahan penduduk dari negara asal ke negara tujuan terjadi hampir di seluruh belahan dunia, jumlah yang terus meningkatdengan berbagai alasan seperti alasan ekonomi, situasi politik di dalam negeri yang tidak menentu dan alasan bencana alam. Migrasi internasional didefinisikan sebagai suatu bentuk mobilitas penduduk yang melampaui batas-batas wilayah negara dan budaya Zlotnik, 1998; Appleyard, 1989;Haris, 2003. Pengertian yang lebih luas dikemukakan Lee 1992; Bogue 1969; Bedford1981dalam Haris 2002 yang mendefinisikan migrasi internasional sebagai suatu aktivitas perpindahan penduduk yang mencakup aspek perubahan tempat tinggal, tujuan migrasi maupun keinginan- keinginan menetap atau tidak menetap di daerah tujuan.Berdasarkan konteks pelaku atau migran, PBB mendefinisikan bahwa migran internasional adalah seseorang yang tinggal di luar negara asal tempat tinggalnya selama periode sekurang-kurangnya satu tahun. PBB menaksir bahwa pada tahun 2005 ada sekitar 200 juta migran internasional di seluruh dunia, termasuk sekitar 9 juta di antaranya pengungsi Kosser, 2009. Pada awalnya, teori migrasi dipahami dalam konteks ekonomi, misalnya Lewis 1986, Fei dan Ranis 1961 yang menganggap bahwa migrasi sebagai ”equilibrium mechanism”yaitu keseimbangan antara sektor subsisten dengan sektor modern di negara berkembang dan negara maju.Dalam pandangan teori neoklasik ekonomi makro 5 , Wood 1982, berpendapat bahwa 4 Melalui pendekatan historis, Pigay 2005: 12-16 menguraikan sejarah migrasi manusia yang berjalan seiring peradaban di berbagai belahan bumi. 5 Beberapa asumsi dan logika migrasi internasional neoklasik makro adalah: 1 migrasi internasional tenaga kerja disebabkan oleh perbedaan tingkat upah antar negara; 2 Penghilangan perbedaan upah akan mengakhiri perpindahan tenaga kerja terjadi dari negara yang mengalami surplus tenaga kerja tetapi kekurangan kapital menuju negara yang kekurangan tenaga kerja tetapi memiliki surplus kapital. Teorineoklasik ekonomi mikro berpendapatbahwa migran potensial, selalu mempertimbangkan ‟cost and benefit‟ dari setiap perpindahan ke daerah tujuan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan daerah asal migran Massey, 1993; Kuper dan Kuper, 2000.Todaro 1998 menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Selektifitas dalam menentukan pergi atau tidaknya individu meninggalkan daerah asal bermula dari pemikiran rasional dengan memperhitungkan biaya costdan benefit yang akan diperoleh dengan kepergian tersebut, termasuk memperhitungkan kemungkinan berbagai resiko yang akan dihadapi individu pelaku migran. Faktor yang melatarbelakangi migrasi tenaga kerja ke daerah tujuan adalah faktor makro yang lebih dikenal dengan daya tarik pull factor dari daerah tujuan dan daya dorong push factor dari daerah asal Lee, 1995, Piore 1979 6 . Seseorang melakukan mobilitas disebabkan oleh adanya motivasi tertentu, ketimpangan perkembangan ekonomi antar daerah, secara rasional akan mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas, dengan harapan di daerah baru akan perpindahan tenaga kerja, dan migrasi tidak akan terjadi bila perbedaan tersebut tidak ada; 3 aliran internasional sumberdaya manusia sebagai modal – yaitu berupa pekerja dengan tingkat keterampilan tinggi - melakukan respon dan pola migrasi yang unik dan berbeda yang mungkin bersifat berlawanan dengan tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan; 4 Pasar tenaga kerja adalah mekanisme utama, di mana aliran internasional tenaga kerja didorong, pasar jenis lain tidak punya efek penting terhadap migrasi internasional. Secara lengkap, Wood, Charles H. 1982. membagi teori migrasi internasional menjadi tiga perspektif, yaitu: 1 neoklasik equilibrium; 2 historis- struktural; dan 3 perspektif alternatif yang memposisikan rumahtangga sebagai unit analisis. 6 Piore 1979 sebagai pendukung teori ini berargumentasi bahwa migrasi internasional disebabkan oleh permintaan permanen terhadap buruh imigran yang otomatis muncul dari struktur ekonomi negara-negara yang maju. Migrasi tidak disebabkan oleh faktor pendorong di negara pengirim. Inti teori dual labour market: 1 migrasi internasional, sebagian besar terjadi atas dasar permintaan, dan dimulai oleh rekrutmen oleh pengguna tenaga kerja di negara maju, 2 perbedaan upah internasional bukan merupakan kondisi yang cukup untuk terjadinya migrasi buruh, 3 tingkat upah yang rendah di negara penerima, tidak meningkat sebagai respon terhadap penurunan pasokan pekerja imigran, 4 meskipun demikian, tingkat upah yang rendah, bisa jatuh sebagai akibat peningkatan pasokan pekerja imigran, karena kendali sosial dan kelembagaan yang mencegah naiknya upah yang memang sudah rendah tersebut, tidak mencegah turunnya upah tersebut, 5 pemerintah punya kemungkinan kecil untuk mempengaruhi migrasi internasional dalam hal upah dan tingkat kesempatan kerja. Teori Segmented Labour Market dari Piore 1979berasal dari perspektif demografi-ekonomi berpendapat bahwa arus migrasi tenaga kerja dari suatu negara ditentukan oleh faktor permintaan demand pasar kerja yang lebih tinggi di negara lain. Faktor penarik berupa pasar kerja pull factor terhadap arus migrasi tenaga kerja, jauh lebih dominan jika dibandingkan dengan faktor penekan lain untuk berpindah push factor yang ada di daerah asal. memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik.Lewis, 1986; Ranis Fei1961; Todaro1979; Titus, 1985; dan Lee, 1992. Pendekatan The new economics of migration of theory dari Massey 1993 menganggap bahwa migrasi sebagai pilihan keluarga,merupakan salah satu cara mengurangi resikoyang dilakukan keluarga. Kepala keluarga akan membiayai perjalanan anggota keluarga yang melakukanmigrasi dan biaya hidup selama dia mencari pekerjaan, dan migran mempunyai komitmen untuk mengirim remitan kepada keluarga. Pandangan Massey sejalan dengan Ellis 2000 dan Owusu 2007 bahwa migrasi – internal maupun internasional - merupakan salah satu cara yang biasa dilakukan keluarga miskin di pedesaan sebagai bentuk survival strategy dan coping strategy disamping pilihan yang lainnya. Massey 1990b dalam teori cumulative causation mengemukakan bahwa migrasi internasional merupakan akumulasi berbagai faktor yang mendorong setiap keputusan migrasi dalam konteks sosial migrasi. Beberapa faktor yang penting dalam menghubungkan umpan-balik antara perilaku individu dalam melakukan migrasi dan struktur masyarakat. Paling tidak terdapat enam faktor potensial yang secara kumulatif dapat dipengaruhi oleh aktivitas migrasi internasional yang terjadi, yaitu: 1 distribusi pendapatan; 2 distribusi lahan; 3 organisasi produksi pertanian; 4 kebudayaan; 5 distribusi regional dari sumberdaya manusia; dan 6 perubahan sosial.Teori cumulative causation dalam penelitian ini dijadikan dasar untuk mengungkapkan bagaimana migrasi internasional perempuan dari pedesaan mempengaruhi penguasaan lahan dan peran perempuan dalam pengambilan keputusan pada aras rumahtangga di komunitas pedesaan Jawa Barat. Penguasaan lahan oleh migran perempuan akan terjadi ketika mereka bekerja dalam waktu yang cukup lama dan harus bolak-balik ke luar negeri atau apa yang dikonsepsikan sebagai bentuk yo-yo migrationMargolis, 1994. 2.2.Migrasi Internasional: Antara Tindakan Rasional-Weber; Coleman dan Embedded- Granovetter. Keterkaitan antara migrasi internasional perempuan pedesaan sebagai sebuah tindakan rasional dari individu mendapat tempat dalam pemikiran Weber mengenai tindakan ekonomi yang rasional rational action. Tindakan aktor sesungguhnya tidak hanya sekedar mencerminkan fenomena ekonomi semata, tetapi selalu melibatkan apa yang disebut Swedberg 2003 7 sebagi “fenomena yang relevan secara ekonomi” dan “fenomena yang dikondisikan secara ekonomi”.Menurut Coleman 1992 individu selalu bertindak sangat rasional. Hal ini karena setiap individu atau aktor memiliki kepentingan, dimana mereka mengontrol sumberdaya dan persaingan tetapi mereka kekurangan sesuatu karena tidak dapat secara penuh mengontrol sumberdaya dan persaingan tersebut untuk memenuhi kepentingannya. Itulah sebabnya, individuaktor kemudian melakukan pertukaran sumberdaya yang dimilikinya. Dalam konteks migran perempuan, sumberdaya yang mereka miliki hanya berupa tenaga kasar yang siap “dijual” kepada negara-negara yang membutuhkan dengan berbagai resiko yang harus dihadapi. Keterbatasan sumberdaya yang dapat dipertukarkan oleh migran perempuan menyebabkan bentuk pertukaran yang tidak seimbang, artinya migran perempuan harus mengelurakan energy lebih sedangkan imbalan dari pertukaran yang diperoleh berupa upah atas kerja keras mereka dihargai jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan resiko kerja. Kondisi ini diakibatkan antara lain lain pendidikan dan keterampilan migran perempuan yang rendah sehingga posisi tawar mereka sangat lemah. Namun demikian, upah yang diterima migran perempuan jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan upah di Indonesia untuk jenis pekerjaan yang sama. Jika ahli ekonomi lebih menekankan kepada tindakan ekonomi murni, berupa tindakan yang secara eksklusif didorong oleh kepentingan dan rasional “harapan terhadap nilai kegunaan” utility, maka sosiologi ekonomi tradisi Weberian mempelajari tindakan ekonomi yang berorientasi sosial, yaitu suatu tindakan yang didorong oleh kepentingan ekonomi dan diorientasikan pada aktor lain berdasarkan pertimbangan yang bukan motif ekonomi semata- mata tetapi bisa dipengaruhi juga habits, berupa kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan emosi atau perasaan. Menurut Weber, ketiga aspek tersebut adalah faktor penggerak ekonomi terpenting dari individu dalam kegiatan ekonomi. Di sini terdapat titik temu antara tindakan rasionalnya instrument dan rasionalitas yang berorientasi nilai dari Weber dengan tindakan migran 7 Menurut Swedberg 2003, yang dimaksud d engan “fenomena yang relevan secara ekonomi” dan “fenomena yang dikondisikan secara ekonomi berupa; 1 fenomena ekonomi terdiri dari norma-norma ekonomi dan kelembagaan ekonomi yang terbentuk untuk memenuhi tujuan ekonomi misalnya, perbankan- dipelajari melalui teori ekonomi, 2 fenomena yang relevan secara ekonomi adalah fenomena non-ekonomi yang memberi dampak pada fenomena ekonomi misalnya ascetic Protestanism, sebuah analisa dalam The Protestan Ethic- dipelajari melalui sejarah ekonomi maupun sosiologi ekonomi, 3 fenomena yang dikondisikan secara ekonomi adalah fenomena pada tingkat tertentu dipengaruhi oleh fenomena ekonomi misalnya tipe religi yang cenderung diadopsi sebagian tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan anggotanya – dipelajari melalui sejarah ekonomi maupun sosiologi ekonomi. perempuan untuk bekerja sebagai PRT ke luar negeri. Kondisi ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa tindakan bekerja ke luar negeri, selain didasari motif ekonomi, juga terdapat keinginan lain yang bersifat non-ekonomi seperti meningkatkan status sosial keluarga. Weber membagi tindakan individu selalu dalam konteks sosial, artinya bahwa tindakan sosial bisa dipahami sebabagai verstehen atau pemahaman subyektif untuk memahami secara valid mengenai arti-arti subyektif suatu tindakan sosial dari individu Weber, dalam Lawang, 1988. Weber membagi tindakan menjadi empat macam yaitu: 1 rasionalitas instrumental zweckrationalitat; 2 rasionalitas yang berorientasi nilai wertrationalitat; 3 tradisionalnon- rasional; dan 4 afektif. Tindakan migran perempuan sebagai aktor yang memiliki berbagai keinginan yang bersifat ekonomi maupun pertimbangan lain yang bersifat non-ekonomi oleh Granovetter dikatakan sebagai tindakan yang embedded atau terlekat dalam relasi sosial dan struktur jaringan sosial. Pada bagian inilah secara teoritis terdapat asosiasi yang erat antara sosiologi, ekonomi dan kependudukan sebagai suatu sintesa baru yang secara ontologis dan epistemologis keilmuan melahirkan suatu sintesa baru berupa ilmu sekaligus kajian sosiologi migrasi. Granovetter mendasarkan teoriembedded mengenai organisasi pada tiga asumsi klasik sosiologi, yaitu: 1 upaya untuk meraih tujuan ekonomi seringkali dibarengi oleh tujuan non- ekonomi seperti sosiabilitas, persetujuan, status dan kekuasaan; 2 tindakan ekonomi seperti tindakan lainnya disituasikan secara sosial, dan tidak dapat dijelaskan oleh semata-mata motif- motif individu; ini terlekat dalam jaringan-jaringan yang sedang berjalan, dari relasi-relasi personal, dan bukan dilakukan oleh aktor-aktor yang terfragmentasi; 3 institusi-institusi ekonomi tidak muncul secara otomatis dalam beberapa bentuk yang menjadi tak dapat dihindari oleh situasi-situasi eksterna l, tetapi menjadi “terkonstruksi secara sosial” Granovetter, 1992. Tindakan migran perempuan untuk memutuskan bekerja sebagai PRT di luar negeri sebenarnya merupakan titik temu antara tindakan individu sebagai aktor yang rasional sekaligus merefleksikan tindakan yang embedded kepada relasi dan struktur sosial. Keinginan untuk memperbaiki ekonomi rumahtangga, keinginan untuk merubah status sosial melalui jalan penggunaan remitan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan termasuk membeli lahan – tanah darat dan sawah – merupakan wujud dari tindakan individu yang mengutamakan utilitas dan sekaligus embedded dengan konteks sosial pada komunitas migran berasal. Penjelasan mengenai keterkaitan antara teori sosiologi dan ekonomi yang diusung Weber, Coleman, Swedberg, Granovetter dengan Massey mengenai dorongan dan tindakan individu dalam melakukan migrasi internasional, dijelaskan dalam tabel 2.1. dibawah ini. Sebuah tindakan rasional perempuan bertindak dan mengambil keputusan pergi bekerja ke luar negeri yang merupakan coping dan survival strategypada aras mikro dan meso dengan keinginan-keinginannya untuk bisa berhasil secara ekonomi, dan embedded secara sosial untuk mendapat pengakuan berupa naiknya status sosial dari warga komunitas dimana migran perempuan berasal. Dengan demikian, secara teoritis terdapat relasi yang kuat antara nilai-nilai rasional ekonomi dengan struktur sosial dimana individu sebagai aktor dalam memutuskan kepergian ke luar negeri. Tabel 2.1. Keterkaitan Antara Teori Sosio-Migrasi Internasional Tokoh Teori-Konsep Asumsi-asumsi Keterkaitan dengan fenomena Migrasi Internasional Perempuan Weber 1908 Social- rationality Tindakan ekonomi dengan basis ekspektasi terhadap utilitas dan berorientasi sosial Motif perempuan untuk melakukan migrasi antara lain untuk bisa mengubah dan memperbaiki status sosial keluarga Coleman 1992 Individual- rational Aktor bertindak secara rasional; memiliki alternatif pilihan; tindakan aktor memiliki dampak; memiliki ekspektasi parameter sistem Motif perempuan melakukan migrasi didorong oleh pertimbangan individu aktor secara rasional dan ekspektasi terhadap keberhasilan Swedberg 1993 Social- rationality Aktor bertindak ekonomi didorong motif ekonomi dan utilitas, juga karena rasional sosial Migrasi internasional perempuan pedesaan merupakan tindakan rasional yang paling memungkinkan mengubah dan memperbaiki status sosial keluarga dan rumahtangga Granovetter 1992 Social- embeddednes Relasi jaringan sosial Tindakan ekonomi adalah : bentuk tindakan sosial, diposisikan secara sosial, dan bagian dari struktur sosial Networking terbentuk dengan sesama migran, sponsorcalo PJTKI Remitan ekonomi, sosial bisa menaikkan status sosial dalam komunitas migran Massey 1990b; 1993 Cumulative causation Migrasi internasional merupakan tindakan individu untuk mengurangi resiko dalam keluarga Migrasi internasioanl memiliki penyebab kumulatif berupa enam faktor sosio-ekonomi yaitu; distribusi pendapatan, distribusi lahan, organisasi pertanian, kebudayaan, distribusi regional modal manusia, dan pelabelan sosial Anggota keluarga yang biasanya anak perempuan, atau yang berstatus sebagai istri “dikirim” untuk bekerja keluar negeri sebagai bentuk “survival strategy dan copyng strategy” Migran perempuan diharapkan mampu memberbaiki status sosial ekonomi keluarga antara lain berupa pemilikan rumah, lahan pertanian dan modal berusaha Sumber: Diolah dari berbagai sumber

2.3. Gender, Pembagian Peran Dalam Rumahtangga dan Akses Terhadap Lahan