Desa Ciherang Kondisi Sosio-Geografis dan Kependudukan Desa Panyingkiran - Ciherang

Tabel 4.4. Lembaga Pendidikan, Guru, dan Siswa yang Terdapat Di Desa Panyingkiran Lembaga Pendidikan Jumlah Keterangan Sarana Guru Siswa Play GroupRA 2 6 43 TK 2 8 45 SDSederajat 5 3020 805378 20 Guru dan 378 Siswa adalah bagian dari sekolah Islam MI. SMPSederajat 1 9 47 Tahun 2011, baru berdiri sekolah negeri pertama SMASederajat - - - Tahun 2012 di Desa Panyingkiran direncanakan dibangun SMA Negeri Rawamerta, saat ini sudah tersedia lahan yang siap dibebaskan Sumber: Monografi Desa Panyingkiran, Nopember 2011.

4.2.2. Desa Ciherang

Ciherang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta. Jarak dari Ciherang ke pusat kota Purwakarta sekitar 7 kilometer.Ciherang merupakan tipe desa campuran antara pesawahan dengan pertanian lahan kering. Hal ini karena secara geografis wilayah Ciherang merupakan kawasan perbukitan bagian Selatan Kabupaten Purwakarta. Luas wilayah Ciherang 131,53 hektar, dengan penduduk 3.773 jiwa, terdiri dari laki-laki 1.943 jiwa, perempuan 1.830 jiwa. Dengan demikian, kepadatan penduduk Desa Ciherang adalah 34,8 jiwa per kilo meter persegi. Sedangkan kepala keluarga sebanyak 1.255 KK, yang terdiri dari kepala keluarga laki-laki sebanyak 1.149 KK dan 106 kepala keluarga perempuan. Ciherang adalah desa yang berbasis pertanian campuran, di mana sebagian besar penduduknya masih menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian, dengan komoditas utama padi sawah, berbagai sayuran, dan buah-buahan yang dihasilkan dari lahan kering. Tanaman keras yang ditanam di perbukitan berupa kelapa, rambutan, mangga, manggis, berbagai kayu, terutama kayu albasia 38 atau “jeungjing”, dan bambu. Kondisi mata pencaharian di Desa Ciherang saat ini terdapat kecenderungan pergeseran dari sektor pertanian kepada sektor non- pertanian. Pergeseran ini diperkuat oleh data statistik yang menunjukkan, bahwa dari 1.255 kepala keluarga KK sebanyak 665 KK bermata pencaharian sebagi petanipetani pemilik lahan sebanyak 432 KK, dan petani tunakisma sebanyak 233 KK. Petani tunakisma umumnya bermata pencaharian sebagai buruh tani. Sementara itu, sisanya sebanyak 590 KK bermata pencaharian 38 Menurut penuturan Kepala Desa Ciherang, beberapa tahun terakhir, banyak penduduk Ciherang yang memiliki lahan tanah darat mengusahakan tanaman albasia atau jeungjing yang harga di pasaran lumayan mahal. Cara penanaman dan pemeliharaan yang mudah, umur panenan kayu yang relatif cepat yaitu lima tahun menjadi pertimbangan para petani untuk menanam lahan milik mereka. Hal ini diakui oleh Mslm 52 tahun salahseorang petani yang mengaku menanam pohon albasia di kebun miliknya yang sebelumnya sudah ditanam pohon kelapa. sebagai buruh bangunan yang bekerja di kota sekitar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang dan Bekasi Jabodetabek bahkan sampai Pulau Sumatera. 39 Desa yang sudah berdiri sejak kemerdekaan negara Indonesia, pernah dipimpin oleh beberapa kepala desa sebagai berikut: 1 Tahun 1945-1955 dipimpin oleh Cemeng; 2 Tahun 1955-1960 dipimpin Holik; 3 antara 1960-1970 yang menjadi kepala desa adalah Daim Miharja; 4 dari Tahun 1971-1988 dipimpin oleh Odih Asmadi yang memipin Ciherang kurang lebih selama tujuh belas tahun; 5 tahun 1989-2008, H. Oman Hermawan menggantikan Odih Asmadi; 6 tahun 2008-sekarang yang menjadi kepala Desa Ciherang adalah Rukmawijaya, yang merupakan anak laki- laki dari Odih Asmadi. Rukmawijaya dianggap memiliki ”trah” untuk menjadi kepala desa, mengingat Bapak dan kakeknya pernah menjadi kepala Desa Ciherang. Penduduk Desa Ciherang berasal dari etnik Sunda dengan penggunaan dialek Bahasa Sunda wewengkon Purwakarta. Dialek Sunda Purwakarta memiliki perbedaan dengan Bahasa Sunda yang digunakan daerah lain di Jawa Barat. Menurut orang Karawang 40 Bahasa Sunda dialek Purwakarta dianggap lebih ”halus atau lemes” dalam penuturannya, bahkan mendekati dialek Sunda Priangan. Namun, dalam konteks saat ini, terutama pada generasi muda, penggunaan Bahasa Sunda sudah mulai banyak ditinggalkan, setidaknya sudah bercampur alias ”direumbeuy” dengan Bahasa Indonesia logat Betawi seperti yang seringkali ditampilkan oleh berbagai presenter televisi swasta yang banyak disukai anak-anak muda di berbagai daerah. Menurut salah seorang informan yang juga Guru SMA Negeri di Kabupaten Karawang, 39 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Ciherang yaitu Rukmawijaya, di Desa Ciherang paling tidak terdapat dua 2 orang pemborong bangunan besar yaitu Ahmad Emuh 42 tahun dan Abdullah 45 tahun. Ahmad Emuh memiliki anak buak sebanyak kurang lebih 30 orang yang kesemuanya berasal dari Desa Ciherang. Sedangkan Abdullah memiliki pekerja sebanyak 50 orang yang diambil dari Desa Ciherang dan kampung lain sekitar Desa Ciherang. Besarnya tenaga kerja terutama laki-laki yang bekerja di sektor non-pertanian menurut Rukmawijaya akibat kurangnya lapangan kerja di Ciherang. Saat ini banyak penduduk Ciherang yang berusia muda menjadi penarik ojeg, sopir angkutan kota, dan buruh pabrik di sekitar Purwakarta, Karawang dan Bekasi. 40 Selama melakukan penelitian di dua desa, peneliti mencatat beberapa kosa kata yang khas dan pengucapan atau gaya bahasa di dua wilayah tersebut. Meskipun sama-sama menggunakan bahasa daerah Sunda, menurut penulis ada sedikit perbedaan dalam dialek atau “lentong” pengucapan bagian awal atau akhir satu kalimat. Jika Bahasa Sunda dialek Karawang lebih bersifat pesisir Utara Pulau Jawa yang hampir sama dengan yang digunakan oleh orang Sunda di Bekasi bagian Timur, dan Subang bagian Utara.Sementara itu, Sunda dialek Purwakarta dianggap “lebih halus atau lemes”, dan lebih dekat dengan Bahasa Sunda yang digunakan oleh orang Priangan bagian Barat. Sebagai contoh, untuk men yatakan “iya”, orang Karawang mengatakannya “heueuh” , orang Purwakarta lebih sering menggunakan “sumuhun atau muhun” yang dianggap lebih halus dan sopan. Atau ketika mengatakan “meureun” yang artinya mungkin, orang Purwakarta mengatakannya dengan cara yang dianggap lebih sopan yaitu kata “panginten”; kata “tah kitu, panginten”, biasa diucapkan orang Purwakarta ketika menyatakan pendapat pribadi, sedangkan orang Karawang mengatakannya dengan kata “enya kitu, meureun”.Bagi penulis yang berasal dari etnik Sunda Banten, hal ini cukup menarik karena semakin memperkaya khasanah pemahaman lintas budaya. pengaruh letak geografis Kabupaten Karawang yang strategis karena berada pada simpul jalan yang menghubungkan wilayah Jakarta-Jawa Barat sampai Jawa Tengah. Selain itu, dibukanya jalan Tol Jakarta-Cikampek, menyebabkan Karawang juga memiliki aksesibilitas yang tinggi, hingga diminati investor untuk mendidikan pabrik yang terkonsentrasi di berbagai kawasan Karawang. Luas wilayah Desa Ciherangsekitar 131,53 hektar, dengan penduduk 3.773 jiwa. Penduduk Desa Ciherang tersebar di tiga 3 dusun 41 yaitu Dusun Tanjung Kerta yang memiliki luas 30,47 hektar yang membawahi RW 1 dan 2, Dusun Ciherang yang membawahi RW 3, 4 dan 6 memiliki luas wilayah 61,15 hektar, serta Dusun Pasir Muncang yang membawahi satu RW yaitu RW 5 memiliki luas wilayah 39,91 hektar. Istilah dusun yang merupakan bentuk penyeragaman dari pemerintah pusat, karena dalam terminologi bahasa masyarakat setempat, mereka lebih sering menggunakan kata lembur 42 . Hal ini misalnya terlihat dari nama Dusun Ciherang yang memiliki lembur Ciherang Tonggoh, Ciherang Lebak, lembur Babakan. Sebaran penduduk di setiap dusun bisa diperhatikan dalam tabel di bawah. Tabel 4.5. Komposisi Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga Desa Ciherang Per Oktober 2011 Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah KK Jumlah Laki-laki Prp Tanjung Kerta 814 732 1.546 470 52 552 Ciherang 805 773 1.578 481 29 510 Pasir Muncang 324 325 649 198 25 223 Jumlah 1.943 1.830 3.773 1.149 106 1.255 Sumber : Registrasi Penduduk Desa Ciherang, Oktober 201 41 Penamaan Dusun di Ciherang dan juga di desa-desa lain di Purwakarta dan Karawang merujuk kepada perkampungan atau “lembur, dalam Bahasa Sunda” tunggal atau kumpulan beberapa kampung. Misalnya di Ciherang, meskipun dalam administrasi desa disebutkan sebagai Dusun II Ciherang, sebenarnya di Dusun ini terdiri dari tiga lembur, yaitu Ciherang Tonggoh, Ciherang Lebak, dan Cibayur. Penamaan yang tepat untuk kampung baru yang merupakan hasil dari perpindahan beberapa warga yang baru berumahtangga sering dinamakan “Babakan” 42 Dalam sejarah pembentukan desa di Jawa Barat, terbentuknya suatu desa definitif bisa dimulai dengan adanya pemukiman kecil yang terdiri dari beberapa kepala keluarga yang membuka lading, kebun berdekatan, ketika cacah jiwa bertambah, maka terbentuklah suatu Babakan atau kampung kecil, yang pada awalnya penduduknya saling memiliki kekerabatan, semakin banyak cacah jiwa dan kuren kepala keluarga, maka terbentuklah suatu kampung yang dipimpin oleh rukun kampung RK. Beberapa kampung yang berdekatan akan menuju kepada terbentuknya sebuah desa definitif. Lihat Edi S. Ekadjati: Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah. 1995. Jakarta: Pustaka Jaya. Pembentukkan Babakan menjadi lembur seringkali dipengaruhi oleh ekosistem setempat, terutama daerah aliran sungai DAS. Hal ini sangat bisa dimengerti mengingat sungai sebagai sumber air bagi penduduk pedesaan yang bermata pencaharian sebagai petani memiliki peranan penting untuk mencukupi berbagai kebutuhan sehari- hari. Tabel 4.6. Angka Mobilitas Penduduk Desa Ciherang per RW Per Bulan Desember 2010 No Rukun Warga Natalitas Mortalitas Migrasi keluar 1 Tanjung Kerta 23 1 3 2 Ciherang 20 4 7 3 Pasir Muncang 13 3 Total 56 8 12 Sumber : Registrasi Penduduk Desa Ciherang, Desember 2010. Kepadatan penduduk Desa Ciherang sekitar 34,8 oranghektar. Angka kepadatan tersebut sebenarnya masih cukup rendah, apabila dikaitkan dengan sumber-sumber penghidupan khususnya luas lahan pertanian. Karena,sebagian besar luas wilayah Ciherang masih didominasi untuk pertanian, berupa sawah, kebun, tegalan, empang dan sisanya untuk perumahan. Data penggunaan lahan Desa Ciherang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7. Komposisi Penggunaan Lahan Desa Ciherang DesaDusun Sawah ha Kebun ha Tegalan ha Empang ha Perumahan ha Fasilitas Umum Ciherang Teknis Setengah Teknis Tadah Hujan Tanjung Kerta 3,90 4,40 6,21 7,45 - 1,94 6,50 10,03 Ciherang 2,09 26,52 10,59 8,39 2,01 1,20 10,35 10,06 Pasir Muncang - 12,62 3,10 11,42 1,52 0,35 10,90 4 Jumlah 5,99 19,9 19,9 27,26 3,53 3,14 27,75 24,09 Sumber: Diolah dari Potensi Desa Panyingkiran, 2011 Tabel 4.7. di atas menggambarkan bahwa sebagian besar wilayah desa didominasi oleh penggunaan untuk pertanian. Meskipun lahan pertanian masih dominan, tetapi tidak menggambarkan kepemilikan lahan secara merata. Sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian sebagi petani tidak memiliki lahan pertanian atau petani tunakisma. Dilihat dari segi aksesibilitas menuju Desa Ciherang dari Kota Purwakarta atau sebaliknya sangat lancar, jalan mulus yang dilalui kendaraan angkutan umum masuk ke Ciherang sampai jam 20.00 malam. Angkutan lain yang tersedia adalah jasa ojeg yang siap mengantar dari Pasar Rebo Kota Purwakarta, atau di pertigaan Kota Kecamatan Pasawahan. Kemudahan transportasi menyebabkan mobilitas penduduk, barang dan informasi dari desa ke kota dan sebaliknya sangat lancar. Sepintas Desa Ciherang bisa dikategorikan sebagai desa yang cukup maju, misalnya jalan raya yang sudah beraspal, hampir semua penduduk desa sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, dekat kepada sumber pemenuhan barang dan jasa berupa pasar, dekat dengan fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas yang terletak di Kecamatan Pasawahan, dan berbagai sarana pendidikan dari mulai PAUDTK, SD dan SMP sudah tersedia di Desa Ciherang. Meskipun letak fasilitas pendidikan tidak jauh dari desa, kenyataannya masih banyak penduduk yang berpendidikan rendah, bahkan masih terdapat penduduk yang tidak menamatkan pendidikan dasar. Tabel 4.8. Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk Desa Ciherang Dusun Jenjang Pendidikan Tidak Tamat SD TamatSD Sederajat Tamat SMP Sederajat Tamat SMA Sederajat Tamat Perguruan Tinggi Tanjung Kerta 17 744 225 154 21 Ciherang 218 906 209 68 7 Pasir Muncang 122 401 6 3 - Jumlah 357 2.051 440 225 28 Sumber: Diolah dari Monografi Desa Ciherang, Oktober 2011 Keterangan: yang dimaksud tidak tamat SD adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas Tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk dewasa hanya bersekolah sampai jenjang Sekolah Dasar SD yaitu 2.050 atau 66 persen, bahkan masih terdapat 357 orang 11,5 persen penduduk dewasa yang tidak menamatkan SD. Penduduk yang berhasil menamatkan SMPsederajat ada 440 orang atau sekitar 14 persen, 225 orang berhasil tamat pendidikan SMASederajat, dan hanya terdapat 28 orang penduduk yang sampai menamatkan perguruan tinggi.

4.3. Penguasaan Lahan Desa Panyingkiran–Ciherang: Potret Ketimpangan dan