Lokasi dan Waktu Penelitian

Secara metodologi, post-positivisme dapat diwujudkan dalam perkawinan antara metodologi kuantitatif dan kualitatif, maupun metode kualitatif yang menggunakan kaidah- kaidah survei kuantitatif. Penelitian ini mengambil posisi kedua, yaitu penekanan yang lebih kuat terhadap aspek kualitatif dengan tanpa mengabaikan aspek kuantitatif sebagai pendukung untuk memperkuat evidencedata-data kualitatif. Prasyarat metodologi ini antara lain dalam hal memperdalam pengetahuan, yang dilakukan melalui dialog antara objek penelitian dengan konteksnya. Metode yang dipandang dialogis diantaranya mencakup pengamatan berpartisipasi participant observation, survei dan indepth-interview sebagai alat utama pengumpulan data.Metode lain adalah focus group discussion FGDuntuk mencari kesamaan fokus tentang migrasi internasional perempuan dari kedua desa serta pengaruhnya terhadap penguasaan lahan, kesetaraan gender serta bagaimana pandangan, sikap mereka terhadap semakin banyaknya perempuan pedesaan yang memilih menjadi pembantu rumahtangga di luar negeri, khususnya di Negara Arab Saudi. Secara aksiologis, penelitian ini dapat menangkap bagaimana migrasi internasional yang dilakukan perempuan dari kedua desa dalam penguasaan lahan dan kesetaraan gender pada aras keluarga, rumahtangga dan komunitas pedesaan di Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan kelebihan dari paradigm post-positivisme yang terletak pada: 1 nilai, etika dan pilihan moral berada dalam aras “diskusi” antara peneliti dengan tineliti; 2 peneliti bisa memposisikan diri sebagai mediator antara sikap ilmiah yang dimiliki peneliti dengan objek penelitian. Dengan kata lain, post-positivisme memberi ruang kompromi antara sikap yang dibawa peneliti dengan sikap yang dimiliki tineliti; dan 3 tujuan penelitian yang dilakukan diharapkan selain menghasilkan suatu penjelasan dan gambaran eksplanasi juga diperoleh prediksi mengenai objek yang dikaji Guba, dalam Denzin, 2000.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Panyingkiran Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang, dan di Desa Ciherang Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Kedua desa dipilih secarapurposive dengan pertimbangan sebagai berikut:Pertama, kedua desa yang terletak di wilayah pantai Utara Pantura Jawa Barat yang memiliki aksesibilitas tinggi, dan letak geografis yang strategis sehingga penduduknya memiliki sifat terbuka terhadap pengaruh dari luar, mobilitas penduduk tinggi, termasuk menjadi migran di dalam negeri dan ke luar negeri. Kedua, sebagai daerah pertanian sawah, Kabupaten Karawang dan Purwakarta memiliki ketimpangan penguasaan lahan yang cukup tinggi, yang ditandai dengan tingginya penduduk lahan petani tunakisma. Ketiga, kedua desa merupakan desa „kantong‟ pengirim migran perempuan internasionalyang umumnya bekerja sebagai pembantu rumahtangga PRT di Negara-negara Timur Tengah, khususnya Negara Arab Saudi.Data yang diperoleh dari kedua desa menunjukkan bahwa pada tahun 2010, terdapat 216 orang perempuan dari Desa Panyingkiran yang masih bekerja di luar negeri, sebanyak 190 orang bekerja di Arab Saudi, dan di Desa Ciherang terdapat 126 orang perempuan yang masih aktif sebagai migran di luar negeri, 121 orang diantaranya bekerja di negara yang sama yaitu Arab Saudi. Hal ini berarti, bahwa 92 persen perempuan dari kedua desa memilih Arab Saudi sebagai tujuan bekerja. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini, responden adalah mereka yang pernah atau sedang cuti bekerja di negara Arab Saudi, meskipun sebelumnya mereka memiliki pengalaman pernah bekerja di negara Timur Tengah lainnya. Sebagaimana desa-desa lain di Jawa Barat, kedua desa memiliki nilai-nilai patriarkhi yang masih kuat dan memposisikan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan. Seiring dengan semakin terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan, maka banyak perempuan dari kedua desa yang dianggap “awewe minculak tur wanian” alias berani melawan arus untuk bekerja sebagai PRT di luar negeri. Padahal dalam konsepsi masyarakat Sunda, perempuan memiliki persepsi stereotipe sebagai “awewe mah pondok lengkahna”; “awewe mah tara cari ka Batawi, tapi kudu jiga dulang tinande”, yang artinya perempuan memiliki ketrebatasan untuk melangkahbergerak mencari rejeki, dan urusan mencari rejeki tergantung kepada laki-laki. Perempuan juga harus bersikap pasrah menerima pemberian dari laki-laki yang menjadi suaminya. Selanjutnya ditetapkan dua dusun yang mewakili kedua desa tersebut, yaitu Dusun Karajan, yang terdiri dari Karajan I dan Karajan II merupakan dusun terpilih yang mewakili Desa Panyingkiran, dan Dusun Ciherang, terdiri dari Ciherang Tonggoh dan Ciherang Lebak mewakili Desa Ciherang. Sampel frame ditetapkan rumahtangga yang memiliki anggota keluarga yang pernah bekerja, dan atau sedang bekerja di luar negeri sebanyak 52 keluarga dari Panyingkiran dan 52 keluarga dari Ciherang. Penelitian migrasi internasional perempuan, penguasaan lahan dan kesetaraan gender di pedesaan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: 1 pra-penelitian, dimulai pada bulan Maret 2009, peneliti turun langsung mengunjungi lokasi penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kedua desa yang dijadikan penelitian sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pada tahap pra-penelitian, penulis mengumpulkan berbagai bahan yang berkaitandengan topik penelitian, melakukan diskusi dengan beberapa informan kunci. Waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini selama tiga bulan; 2 turun lapangan yang bertujuan mengumpulkan informasi secara langsung dari responden dan informan kunci dan menggunakan data sekunder dari arsip yang dimiliki desa. Pengumpulan data, informasi melalui survei dengan menggunakan pedoman wawancara. Tahapan ini membutuhkan waktu selama kurang lebih sembilan bulan. Dalam rentang waktu tersebut, peneliti dibantu oleh enam orang tenaga lapang, yang beberapa kali turun kedua desa untuk memperoleh data yang komprehensif melalui wawancara mendalam indepth interview; dan 3 tahap penulisan laporan penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapang sesuai dengan tema yang diangkat dalam penelitian. Waktu yang dibutuhkan pada tahap ini selama kurang lebih enam bulan. 3.3.Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus case study dengan mengambil dua desa, yaitu Desa Panyingkiran Kecamatan Rawamerta Kabupaten Karawang, dan Desa Ciherang Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta. Pertimbangan penggunaan studi kasus bahwa topik yang dikaji dalam penelitian ini merupakan fenomena yang sedang terjadi pada masa kini dalam konteks kehidupan nyata berupa migrasi internasional perempuan, penguasaan lahan dan kesetaraan gender di pedesaan, khususnya di kedua desa lokasi penelitian ini berlangsung. Merujuk kepada pendapat Yin 2004 bahwa studi kasus bisa dibedakan dengan pendekatan atau strategi penelitian lain, karena studi kasus memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut: 1 suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata; 2 bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas; dan 3 menggunakan banyak sumber untuk memperoleh data. Penggunaan studi kasus cocok digunakan ketika suatu question research berkenaan denga how atau why dan apabila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus dari penelitian merupakan fenomena masa kini dalam konteks kehidupan nyata.

3.4. Teknik Pengumpulan Data