Analisis Stability Kesimpulan TINJAUAN PUSTAKA

122 sempadan pantai yang dimaksud adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, minimal 100 m dari titik pandang tertinggi ke arah darat. Kegiatan penghijauan yang dilakukan terhadap hutan-hutan yang telah gundul, merupakan salah satu upaya rehabilitasi yang bertujuan bukan saja untuk mengembalikan nilai estetika, namun yang paling utama adalah untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan hutan mangrove tersebut. Kegiatan seperti ini menjadi salah satu andalan kegiatan rehabilitasi di beberapa kawasan hutan mangrove yang telah ditebas dan dialih fungsikan kepada kegiatan lain. Menurut Khazali 2002, pelestarian hutan mangrove merupakan usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegiatan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada di sekitar kawasan diluar kawasan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya mangrove diberikan porsi yang lebih besar. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan mangrove perlu diarahkan kepada peran dan penting artinya sumberdaya hutan mangrove, baik dari kepentingan fungsi ekologis maupun kepentingan sebagai pelindung wilayah pantai. Dengan demikian diharapkan akan menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kawasan mangrove, dan sebagai komponen utama penggerak kelestarian hutan mangrove.

5.12 Analisis Stability

Hasil analisis stability terhadap data input effort, nilai biomass sumberdaya perikanan dan luasan mangrove dapat dilihat pada Gambar 45, 46 dan 47. Sedangkan hasil perhitungan analisis stability dapat dilihat pada Lampiran 13. 123 -0.40 -0.35 -0.30 -0.25 -0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 t Xt Gambar 45. Analisis stability data effort Gambar 45 memperlihatkan bahwa kurva dari data input effort membentuk pola convergen, hal ini menunjukkan bahwa data effort bersifat stabil. Hal yang sama juga terjadi pada data biomass seperti terlihat pada Gambar 46. -0.16 -0.14 -0.12 -0.10 -0.08 -0.06 -0.04 -0.02 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 t Xt Gambar 46. Analisis stability data biomass sumberdaya perikanan 124 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 t Xt Gambar 47. Analisis stability data mangrove Hal yang berbeda ditunjukkan oleh data luasan mangrove, dari hasil analisis stability menunjukkan pola yang berbentuk exploiding oscillation. Hal ini menunjukkan bahwa data mangrove bersifat tidak stabil. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 47.

5.13 Aspek Kesejahteraan

Dengan menggunakan parameter biofisik dan ekonomi maka diperoleh nilai surplus produsen untuk setiap tahun. Selanjutnya dengan memasukkan nilai rente sumberdaya ikan maka akan didapatkan nilai total benefit. Hasil perhitungan nilai surplus produsen, rente sumberdaya ikan dan total benefit disajikan pada Tabel 23. Hasil perhitungan surplus produsen dapat dilihat pada Lampiran 14. 125 Tabel 23. Nilai surplus produsen, rente sumberdaya ikan dan total benefit Tahun Surplus Produsen Rp Juta Rente SD Ikan Rp Juta Total Benefit Rp Juta 1985 11 766.98 1 450.72 13 217.70 1986 10 324.82 1 441.85 11 766.67 1987 12 385.86 1 863.21 14 249.07 1988 11 798.93 1 914.63 13 713.56 1989 11 274.69 2 046.61 13 321.31 1990 10 847.29 2 160.85 13 008.13 1991 13 935.65 2 424.58 16 360.23 1992 12 214.71 2 494.39 14 709.10 1993 14 704.83 2 989.31 17 694.14 1994 12 797.99 3 096.00 15 893.99 1995 18 474.14 4 047.19 22 521.32 1996 20 568.82 4 483.87 25 052.69 1997 17 863.93 4 678.64 22 542.57 1998 34 175.21 8 738.35 42 913.56 1999 64 788.40 14 282.05 79 070.45 2000 58 023.03 13 796.34 71 819.37 2001 69 983.73 17 568.56 87 552.29 2002 59 293.42 19 629.35 78 922.77 Rata-rata 25 845.69 6 061.47 31 907.16 Tabel 24 memperlihatkan nilai total benefit yang mengindikasikan secara keseluruhan dampak kesejahteraan dari sumberdaya ikan di Kabupaten Bengkalis. Nilai total benefit sumberdaya perikanan berkisar dari Rp l 11.77- 87.55 milyar dan nilai rata-rata sebesar Rp l 31.9 milyartahun. Untuk lebih jelasnya nilai surplus produsen, rente sumberdaya ikan dan total benefit dapat dilihat pada Gambar 48. 126 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun N ila i R p J u ta Surplus Produsen Rente SD Ikan Total Benefit Gambar 48. Nilai surplus produsen, rente sumberdaya ikan dan total benefit Surplus produsen pada dasarnya adalah surplus yang diperoleh produsen yang merupakan selisih antara harga yang diterima oleh produsen dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi output. Besaran dari surplus produsen akan sangat tergantung pada perubahan harga dan biaya.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

ƒ Meski saat ini tingkat ekstraksi sumberdaya ikan masih di bawah level optimal, namun terdapat kecenderungan menuju ke arah eksplotasi yang berlebih. Belajar dari kesalahan pengelolaan sumberdaya di Easter Island, kondisi ini perlu mendapat perhatian serius, untuk mencegah dan mengurangi laju degradasi dan depresiasi sumberdaya tersebut. ƒ Hubungan antara effort dan biomass sepanjang waktu menghasilkan trajektori yang membentuk pola dump occilation. Pada awal periode, ketika tingkat effort masih rendah level biomass relatif tinggi. Ketika kemudian effort mengalami peningkatan biomass mengalami penurunan sampai kemudian mencapai steady state pada t 90. Dari analisis phase plane antara effort dan biomass memiliki keseimbangan stable focus, keseimbangan sistem akan dicapai melalui penyesuaian antara effort dan biomass. Peningkatan biomass hanya bisa dicapai jika effort dikurangi, apabila tingkat effort yang ada melebihi kapasitas optimum akan mengakibatkan keseimbangan dicapai dalam kurun waktu yang relatif lama. ƒ Dilihat dari perspektif model CD-TRAM, pengelolaan sumberdaya ikan bisa mengikuti trajektori konvensional yakni untuk rezim pengelolaan memperlihatkan bahwa biomass tertinggi terdapat pada kondisi maximum economic yield MEY, dan terendah pada kondisi open acces. Kondisi MEY menghasilkan input effort yang jauh lebih kecil dari solusi open acces serta maximum sustainable yield MSY. Solusi MEY juga menghasilkan rente ekonomi yang paling tinggi dibandingkan dua rezim pengelolaan yang lain. ƒ Model CD-TRAM menunjukkan bahwa ekosistem mangrove memiliki kontribusi sebesar 44.18 terhadap produksi sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis, meski relatif kecil, kontribusi ini cukup signifikan dilihat dari kendala sumberdaya pulau-pulau kecil. 128 ƒ Kondisi pulau-pulau kecil yang memiliki kendala yang berbeda menghasilkan pola stabilitas yang berbeda untuk upaya dan mangrove. Dari analisis stability kurva effort dan biomass membentuk pola convergen, hal ini menunjukkan bahwa data effort bersifat stabil. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh data luasan mangrove, menunjukkan pola yang berbentuk exploiding oscillation menunjukkan bahwa data bersifat tidak stabil. ƒ Nilai total benefit yang mengindikasikan secara keseluruhan dampak kesejahteraan dari sumberdaya ikan, diperoleh nilai rata-rata total benefitnya sebesar Rp 31.9 milyartahun. ƒ Untuk pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis, beberapa upaya pengelolaan input dapat dijadikan alternatif pengelolaan, seperti penggunaan alat tangkap yang lebih selektif dan ramah lingkungan, pengaturan waktu penangkapan, ukuran ikan yang boleh ditangkap serta pengelolaan terhadap kawasan mangrove.

6.2 Saran