Wilayah Administratif Kondisi Geografis, Iklim dan Oseanografis

4. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Wilayah Administratif

Kabupaten Bengkalis merupakan bagian dari Propinsi Riau yang dibentuk berdasarkan UU No. 12 tahun 1956. Semula kabupaten ini memiliki luas 30 l 646.83 km 2 , lebih separuh wilayah Bengkalis hilang dan hanya tinggal seluas 11 l 481.77 km 2 , setelah dimekarkan menjadi Kabupaten Rokan Hilir, Siak dan Kota Dumai. Secara administratif, Kabupaten Bengkalis yang telah mengalami pemekaran wilayah sejak tahun 2000, terdiri atas 11 kecamatan dengan 134 desa dan 23 kelurahan Tabel 2. Pusat pemerintahan kabupaten berada di Kota Bengkalis, yang terletak di Kecamatan Bengkalis. Seluruh kecamatan di Kabupaten Bengkalis memiliki kawasan pesisir dan laut, kecuali Kecamatan Mandau yang terletak di pedalaman Pulau Sumatera. Tabel 2. Wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Bengkalis No. Kecamatan Luas km 2 Ibukota Desa Lurah Jumlah 1. Mandau 3 440.47 Duri 14 11 25 2. Bukit Batu 1 870.21 Sungai Pakning 25 1 26 3. Rupat 896.35 Batu Panjang 6 4 10 4. Rupat Utara 628.50 Tanjung Medang 5 5 5. Bengkalis 514.00 Bengkalis 17 3 20 6. Bantan 424.40 Selat Baru 9 9 7. Merbau 1 348.91 Teluk Belitung 17 1 18 8. Rangsang 681.00 Tanjung Samak 10 10 9. Rangsang Barat 241.60 Segomeng 11 11 10. Tebing Tinggi 849.50 Selat Panjang 11 4 15 11. Tebing Tinggi Barat 586.83 Alai 8 8 Jumlah 11 481.77 134 23 157 Sumber : BPS Bengkalis 2003 65 Kabupaten Bengkalis di sebelah utara dibatasi oleh Selat Malaka, di sebelah barat berbatasan dengan Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak, dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun dan Kabupaten Pelalawan.

4.2 Kondisi Geografis, Iklim dan Oseanografis

4.2.1 Geografis

Secara geografis, wilayah ini terletak pada posisi 0 17 ’ - 2 30 ’ Lintang Utara dan 100 52 ’ -102 10’ Bujur Timur. Kabupaten Bengkalis memiliki luas daratan sekitar 11 l 481.77 km 2 yang terdiri atas 26 buah pulau besar dan kecil BPS Bengkalis, 2003. Pulau-pulau besar yang terdapat di wilayah ini adalah: Pulau Rupat, Bengkalis, Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi Tabel 3. Kabupaten Bengkalis memiliki garis pantai sepanjang 1 l 354.77 km Saralisa Konsultan, 2002. Lebih separuh dari wilayah ini terletak di pesisir timur Pulau Sumatera. Sebagian wilayah daratan merupakan dataran rendah, termasuk pulau-pulau endapan yang terdapat di sepanjang pantai dengan ketinggian antara 2-6 m dari permukaan laut. Sungai besar dan kecil yang terdapat di Kabupaten Bengkalis, bermuara ke selat-selat kecil di perairan pantai timur Pulau Sumatera. Sungai-sungai ini berfungsi sebagai sarana perhubungan, irigasi, sumber air minum dan kegiatan perikanan. Sungai-sungai tersebut antara lain: Sungai Rokan sepanjang 350 km, Sungai Siak 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km, dan Sungai Mandau 87 km. Wilayah Kabupaten Bengkalis amat strategis disamping berada ditepi alur pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia, yakni Selat Malaka, juga berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia-Malaysia- Thailand IMT-GT. 66 Tabel 3. Daftar nama kecamatan dan pulau di Kabupaten Bengkalis KECAMATAN PULAU KECAMATAN PULAU Mandau Sumatera Merbau Bukit Batu Sumatera Dedap Rupat Merbau Padang Beruk Setahun Ketam Menggung Payung Rangsang Patung Rangsang Topang Menteler Panjang Baru Baru Kemunting Tebing Tinggi Mampu Paning Babi Jadi Simpur Tebing Tinggi Tiga Rupat Rangsang Bengkalis Bengkalis Rupat Utara Rupat Bantan Bengkalis Rangsang Barat Rangsang Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi Sumber : BPS Bengkalis 2003

4.2.2 Iklim

Kabupaten Bengkalis memiliki iklim tropika basah yang dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan suhu udara antara 26-32 o C. Curah hujan di kawasan ini antara 2 l 000-3 l 000 mmtahun, dengan curah hujan rata-rata 2 l 520 mmtahun KSP-UIR, 2001, dan jumlah hari hujan antara 102-140 haritahun Bapedalda Bengkalis, 2001. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September-Januari, dengan curah hujan rata-rata 200 mmbulan. Sedangkan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Februari-Agustus dengan curah hujan rata-rata 100 mmbulan. Keadaan cuaca di Kabupaten Bengkalis, sangat dipengaruhi oleh perairan Selat Malaka bagian tengah dan iklim di kawasan Asia Tenggara. Dimana angin dari barat laut, utara dan timur laut dengan kecepatan angin 4-10 knot terjadi pada bulan Desember-Februari munson utara. Pada bulan Maret- 67 Mei terjadi transisi munson utara ke munson selatan, dimana bertiup angin barat laut. Selanjutnya, pada bulan Juni-Agustus terjadi munson selatan ditandai dengan timbulnya angin tenggara dan selatan. Seterusnya, pada bulan September-November tejadi transisi dari munson selatan ke munson utara yang di dominasi oleh angin tenggara PKSPL-IPB, 2000.

4.2.3 Arus dan Gelombang

Kondisi arus di perairan Kabupaten Bengkalis dipengaruhi oleh arus Selat Malaka. Pada bulan Desember-Februari arus berasal dari barat menuju barat laut dengan kecepatan 9-39 cmdet 0.18-0.76 knot. Pada saat itu, massa air di Selat Malaka yang dipengaruhi oleh massa air Laut Cina Selatan bergerak menuju selatan. Lalu, pada bulan Maret-April, kecepatan arus mulai berkurang hingga 7-24 cmdet. Pada bulan berikutnya, arus mulai bergerak dari barat laut menuju ke selatan dengan kecepatan 6-15 cmdet 0.1-0.3 knot, dimana pengaruh massa air dari Laut Cina Selatan mulai berkurang. Selanjutnya, pada bulan Juni arus bergerak dari selatan menuju tenggara dengan kecepatan 5-19 cmdet 0.1-0.37 knot. Kemudian di bulan Juli, arus di bagian barat laut menuju ke barat laut dengan kecepatan 10 cmdet 0.2 knot, sedangkan arus di bagian selatan menuju ke selatan dengan kecepatan 6 cmdet 0.1 knot. Pada bulan berikutnya, arus bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan 2-8 cmdet 0.15 knot. Akhirnya, pada bulan September-Nopember saat transisi munson selatan ke munson utara terjadi pergerakan arus dari barat laut ke utara dan sebaliknya, dengan kecepatan 12-18 cmdet 0.23-0.35 knot dengan berbagai variasi lokal pada arah dan kecepatan PKSPL-IPB, 2000. Menurut Writky 1961 dalam KSP-UIR 2001, kecepatan transpor massa air berkisar antara 0.5-0.75 knot 12-18 milhari menuju ke barat laut. Pada bulan Oktober-April, masa air yang masuk ke Selat Malaka berasal dari Laut Cina Selatan dengan kecepatan 0.5-0.75 knot. Sementara itu, pada bulan Juni-Agustus, massa air berasal dari Selat Karimata dengan kecepatan rata-rata sekitar 0.5 knot 12 milhari. 68 Di perairan pantai, selat sempit dan muara sungai, arah dan kecepatan arus sangat ditentukan oleh fase pasang surut. Arus mengikuti dimensi longitudinal perairan dengan kecepatan 2 knot pada saat pertukaran fase pasang ke surut, dan mendekati nol pada saat puncak pasang dan lembah surut PKSPL- IPB, 2000. Secara umum, pola pasang surut adalah campuran cenderung ke pasang surut harian ganda mix semi diurnal, dimana dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut. Kombinasi arus, angin dan gelombang di Selat Malaka bagian utara Pulau Bengkalis menimbulkan arus pantai long shore current yang mengikis sebagian pantai, terutama di sekitar Desa Muntai, Kecamatan Bantan. Pengikisan ini semakin parah akibat jenis dan tekstur tanah pantai yang longgar karena banyak mengandung bahan organik. Oleh karena pantainya merupakan tanah bergambut, maka akan segera hancur bila kena air dan hanyut karena arus. Gelombang di bagian utara Pulau Bengkalis mengikuti Selat Malaka. Pada bulan November-Maret terbentuk angin barat laut, utara dan timur laut dengan kecepatan 4-16 knot yang menimbulkan 33 gelombang setinggi 0.1-1.5 m. Sementara itu, pada bulan Juni-September terbentuk angin tenggara dengan kecepatan 4-17 knot, yang dapat menimbulkan 33 gelombang setinggi 0.1-1.6 m PKSPL-IPB, 2000. Pada musim barat dan utara, gelombang akan menghantam pantai Pulau Bengkalis bagian utara bersama-sama dengan arus pantai long shore current yang dapat menimbulkan abrasi di kawasan mangrove. Menurut PKSPL-IPB 2000, tidal range di kawasan Pulau Bengkalis berkisar antara 0.4-2.7 m.

4.2.4 Pasang Surut

Perairan Selat Malaka pasang surut terjadi dua kali dan air surut juga dua kali dalam sehari semalam. Hanya saja tinggi antara pasang yang satu berbeda dengan yang lainnya. Menurut NONTJI 1993, tipe pasang yang demikian termasuk ke dalam tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Adanya pola pasang surut yang demikian akan memberikan pengaruh kepada kondisi lingkungan setempat. Dimana pada saat air surut kedalaman akan rendah dan begitu sebaliknya. Pada beberapa tempat misalnya di wilayah 69 selat dan sungai-sungai, pasang surut ini memegang peranan dalam transportasi dalam artian bahwa untuk ke luar dari sungai masyarakat harus memperhatikan pasang surut. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka kemungkinan kandas pada saat akan ke luar dari sungai akan sering terjadi. Kandas ini juga akan dapat menyebab kapal tenggelam. Menurut Hutabarat dan Evans 1986, pada saat pasang purnama spring tide posisi bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari saling memperkuat sedangkan pada saat pasang perbani neap tide posisi bulan, bumi dan matahari membentuk sudut 90 sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari saling memperlemah. Lebih lanjut dijelaskannya juga bahwa gaya gravitasi matahari hanya 47 dari gaya gravitasi bulan yang bekerja terhadap permukaan bumi. Dalam satu bulan terjadi dua kali pasang purnama dan juga dua kali pasang perbani. Dimana tinggi pasang surut dari hari ke hari berikutnya tidak sama. Adanya perbedaan ini disebabkan karena posisi bulan terhadap bumi berubah sesuai dengan pergerakan bulan mengelilingi bumi. Tipe pasut di suatu lokasi tergantung dari respon perairan terhadap komponen pasut yang merambat. Respon perairan terutama tergantung pada bentuk geomorfologi pantai dan kondisi batimetri. Pasut di perairan Riau sangat dipengaruhi kondisi pasut di Selat Malaka. Rambatan pasut ke Selat Malaka berasal dari Laut Andaman dari arah Timur Laut dan dari Laut Cina Selatan dari arah Tenggara. Tipe pasut dibagian Barat Laut Selat Malaka dan juga bagian Barat Laut Perairan Pesisir Riau adalah tipe pasut semi diurnal. Gelombang pasut dari Laut Andaman lebih dahulu merambat ke Selat Malaka dibanding rambatan dari Laut Cina Selatan. Kisaran pasut di sisi Barat Laut cukup besar yakni bervariasi antara 1.4 m saat pasut perbani sampai 6.2 m saat pasut purnama. Di perairan Selat Rupat sampai Sungai Pakning kisaran pasang surut berkurang hampir setengahnya yakni berkisar antara 0.4 saat pasut perbani sampai 2.7 saat pasut purnama. Pada lokasi bagian Tenggara, kisaran pasut bertambah menjadi 0.7 m saat pasut perbani menjadi 3.9 m saat pasut purnama. Pasut purnama adalah saat terjadi air pasang tertinggi dan air surut terendah yang terjadi saat bulan purnama ataupun 70 bulan gelap. Pada saat ini, kisaran pasut menjadi maksimum. Pasut perbani terjadi saat air naik terendah dan air surut tertinggi yang terjadi saat bulan setengah menjelang dan sesudah bulan purnama, dimana kisaran pasut menjadi minimum.

4.2.5 Kedalaman Laut

Secara umum pantai Timur Sumatera mempunyai lereng landai dengan kedalaman perairan antara 0-20 meter sampai dengan lebih dari 25 meter di Selat Malaka. Kedalaman selat dan muara sungai bervariasi antara 1-25 m. Sekitar muara sungai dan selat yang relatif sempit diantara berbagai pulau kecil, dengan variasi kedalaman antara 5-10 m. Ditinjau dari kedalaman laut, perairan Bengkalis dapat dibedakan atas laut dangkal dan laut dalam. Kedalaman laut dangkal berkisar antara 3-20 m, dan terdapat di perairan Selat Padang, Selat Panjang dan Selat Air Hitam. Sedangkan laut dalam antara 20-40 m, terdapat di perairan Selat Malaka, Selat Bengkalis dan Selat Dumai. Topografi dasar laut di perairan Bengkalis, bervariasi dari dasar yang landai mulai dari tepi pantai hingga mencapai kedalaman 40 m. Setidak-tidaknya kedalaman telah mencapai 20 m pada jarak 2 mil ± 3 l 700 m dari tepi pantai ke arah laut pada saat pasang, KSP-UIR, 2001. Disekitar pantai, gradien dasar laut berkisar antara 1:12 hingga 1:20, dengan gradien maksimum 1:3.

4.3 Vegetasi Pantai