Latar Belakang P E N D A H U L U A N

1

BAB I P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Crawford 1998 mengemukakan bahwa program perencanaan, pengelolaan dan pengembangan masyarakat pesisir nelayan secara sistematis dan terpadu masih merupakan hal baru dalam pembangunan di Indonesia, mengingat program pengembangan masyarakat nelayan ini baru tercantum dalam GBHN 1993. Seiring dengan program pengembangan masyarakat nelayan, dirasakan perlu adanya desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Diharapkan program perencanaan lebih dititikberatkan pada bottom up planning atau proses dari bawah yang dikombinasikan dengan top down planning atau program perencanaan dari atas kebawah, dan disesuaikan kepentingan masyarakat khususnya perempuan. Dalam Rencana Aksi Pembangunan Berkelanjutan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Indonesia 1998, dinyatakan bahwa perempuan memainkan peranan penting dalam sektor pesisir dan lautan. Kegiatan-kegiatan mereka meliputi urusan yang berkaitan dengan sandang dan pangan keluarga dan menambah pendapatan keluarga melalui kegiatan-kegiatan antara lain : pengolahan ikan, penjualan, budidaya ikan, penangkapan di daerah intertidal dan perairan dangkal, pembuatan dan perbaikan jaring penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran hasil tangkapan. Di daerah pedesaan Indonesia, perempuan pada keluarga miskin, terbiasa melakukan kerja produktif dan tetap bertanggungjawab pada kerja reproduktif serta kegiatan sosial antara lain PKK dan Posyandu, sedangkan pria bergerak 2 dikegiatan atau bidang ekonomi KUD dan Kelompok Nelayan. Hal ini mengesankan bahwa intervensi instansi sektoral yang bermuatan ekonomi tampaknya lebih memilih pria sebagai golongan sasaran, sementara perempuan hanya akses terhadap lembaga-lembaga ekonomi informal seperti kegiatan arisan. Hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas perempuan yang melakukan kegiatan- kegiatan sosial yang tidak berorientasi ekonomi. Dari berbagai analisis dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan peranan dan partisipasi perempuan pada program pengembangan masyarakat nelayan dan pertanian lahan kering sangat mendominasi. Sondakh 1985, yang mempelajari peranan dan partisipasi perempuan dari beragam lapisan masyarakat dengan menggunakan analisis struktural fungsional, juga menunjukkan data yang mendukung peran strategis perempuan dalam meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Wohongan-Kosakoy 1986 dalam penelitian di beberapa kawasan pesisir menelaah peranan perempuan dalam pembangunan masyarakat nelayan pada beragam lapisan sosial dengan menggunakan analisis keikutsertaan perempuan dalam kelembagaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peranan perempuan pada lembaga lokal sosial ekonomi pesisir cukup berarti. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat nelayan oleh Manginsela 1990 di Pulau Tagulandang Kabupaten, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara mempelajari bagaimana gejala matriofokal mempengaruhi status sosial perempuan nelayan dengan menggunakan analisis struktural fungsional. Hasil penelitiannya menunjukkan peran perempuan dalam membantu pekerjaan suami sebelum melaut seperti menjahit jaring dan mengatur administrasi lembaga perikanan yang ada dapat meningkatkan hasil kerja suami nelayan. 3 Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang responden, Sayogjo 1985 dalam “Women and industrialization Examming the Female Marginalitation Thesis” terdapat variabel ketidakadilan jender, baik dalam hal konsep pembagian kerja, proses produktif dan reproduktif, akses dan kontrol terhadap berbagai macam keputusan serta partisipasi perempuan terhadap berbagai macam kelembagaan. Dari beberapa hasil studi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan program pengembangan masyarakat nelayan sebenarnya tidak dapat lepas dari adanya nilai-nilai jender dan partisipasi perempuan yang terkandung di dalamnya. Hanya saja terdapat kendala yang dihadapi bagi perempuan nelayan yaitu alat bantu dalam mengolah bahan mentah ikan, udang, dst. Selama ini perempuan nelayan menggunakan tangan manual dalam mengolah hasil tangkapan, sehingga hasil yang diharapkan kurang memuaskan dan menghabiskan waktu yang lama. Desa Meskom merupakan desa nelayan yang potensial dan terpenting di Kabupaten Bengkalis serta telah pernah diintrodusir program-program pengembangan masyarakat nelayan di sana. Kenyataan tersebut penulis dapatkan setelah melakukan Praktek Lapangan I dan II pada tahun 2002 yang lalu. Di desa tersebut ditemukan kerjasama yang menguntungkan antara pihak suami nelayan dan istri nelayan dalam usaha perikanan. Jenis usaha perikanan yang dilakukan ialah perikanan tangkap yang telah dilakukan turun temurun dari generasi ke generasi. Sifat usahanya berskala kecil, dengan alat tangkap yang sederhana. Oleh karena itu, peran perempuan dalam membantu menaikkan skala usaha sangat menguntungkan. Tugas perempuan nelayan terbatas dalam penyiapan sarana 4 sebelum melaut, kemudian turut mengolah ikan hasil tangkapan suami nelayan baik untuk pengasinan udang, dan pengolahan lainnya. Introduksi program pengembangan masyarakat dalam usaha nelayan di Desa Meskom bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan secara keseluruhan. Langkah penyusunan program dimulai dari menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat nelayan, mendata jenis sarana angkut untuk melaut dan selanjutnya menyediakan sarana dan prasarana tersebut. Merujuk pada hasil inventarisasi tersebut lebih lanjut para stakeholder yang terkait dalam program pengembangan masyarakat nelayan duduk bersama untuk merumuskan langkah-langkah strategis perumusan pelaksanaan dan evaluasi program yang akan diselenggarakan.

1.2 Perumusan Masalah