7
Chen dan Uphoff 1977 membedakan tahapan partisipasi atas : 1 partisipasi pada tahap perencanaan, 2 partisipasi pada tahap pelaksanaan, 3 partisipasi pada tahap
pemanfaatan, dan 4 partisipasi pada tahap penilaian. Pentingnya partisipasi dalam masyarakat dan perencanaan pengambilan
keputusan, yaitu : 1 sebagai langkah awal mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dan merupakan salah satu cara untuk menumbuhkembangkan rasa
memiliki dan rasa tanggungjawab masyarakat setempat terhadap setiap kegiatan yang dilakukan, 2 sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan,
kondisi, dan sikap masyarakat setempat dan, 3 masyarakat mempunyai hak untuk urunrembung dalam menentukan program yang ada di tengah kehidupan mereka
Suharjo, 1986; Conyers, 1991; Uphoff, 1998. Menurut Goldsmith dan Blustain dalam jahi 1988, apabila dengan
berpartisipasi memberikan manfaat dan dapat memenuhi keperluan-keperluan masyarakat setempat, maka hal itu akan menjadi pendorong timbulnya kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi. Berkaitan dengan hal ini Mc Clelland 1987, menyebutkan bahwa motivasi merupakan motor pengerak perilaku manusia dan
olehkarenanya peningkatan motivasi akan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat, dan “n Ach” need for achievement merupakan kunci perubahan dari
tradisional menjadi modern.
2.2 Konsep Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Desa
Menurut Ester Bosterup 1970 mengemukakan bahwa seringkali perempuan dilupakan dalam pembangunan, sejak awal tahun 1950-an proyek-
proyek pembangunan telah memberikan perhatian pada perempuan dengan
8
pendekatan kesejahteraan. Pendekatan ini didasarkan atas tiga asumsi, yaitu : 1 perempuan sebagai penerima pasif pembangunan, 2 peran keibuan yang
merupakan peranan penting bagi perempuan dalam masyarakat, 3 mengasuh anak yang merupakan peranan perempuan yang paling efektif dalam semua aspek
pembangunan ekonomi. Sedangkan pendekatan kedua yaitu Pendekatan Kesamaan Equity
Approach. Pendekatan ini mengakui bahwa perempuan merupakan partisipasi aktif dalam proses pembangunan yang mempunyai sumbangan terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui kerja produktif dan reproduktif mereka walaupun sumbangan tersebut seringkali tidak diakui.
Melihat dari dua pendekatan teori diatas, perempuan nelayan Desa Meskom menganut kedua-duanya. Beberapa istri nelayan ada yang diizinkan
membantu suami dalam mengelola usaha perikanan Equity Approach tetapi ada pula kelompok nelayan yang melarang istri turut bekerja di luar rumah. Dari sini
dapat dilihat ketidakadilan jender yang berlaku. Pendekatan tersebut seluruhnya dititikberatkan pada peran reproduktif perempuan dan menempatkan perempuan
di arena pribadi, sementara lelaki dipandang sebagai kelompok masyarakat yang aktif dalam arena publik. Keadaan ini menempatkan perempuan nelayan hanya
sebatas mengurusi anak dan urusan rumah tangga, sehingga hak perempuan untuk mengembangkan bakat dan keahlian yang dimilikinya hilang.
Merujuk pada kedua pendekatan di atas, secara eksplisit tampak bahwa terdapat adanya suatu ketimpangan gender dimana perempuan dengan peran
keibuannya memainkan peranan utama dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Padahal laki-laki pun dengan segenap kewajibannya
9
tidak kalah pentingnya menyokong kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendekatan kesamaan tampak lebih menempatkan adanya
kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam pembangunan melalui partisipasi aktif dalam kerja produktif dan reproduktif.
Lebih lanjut, untuk menganalisis masalah gender dapat dipergunakan alur kerja analisis gender Gender Analysis Pathway -GAP-. Analisis tersebut
ditujukan untuk melihat komponen faktor kesenjangan yang dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Alur kerja analisis gender tersebut diawali dengan :
1 Merumuskan sasaran umum tujuan analisis yang dilakukan; 2 pengumpulan data pembuka wawasan diperlukan baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif
dengan menguraikan indikator menurut jenis kelamin; 3 menguraikan faktor- faktor kesenjangan meliputi kewenangan akses, peran serta, penguasaan dan
pemanfaatan. Merujuk pada data dan faktor tersebut maka 4 masalah gender dapat ditelaah lebih lanjut. Setelah masalah gender tersebut dirumuskan, maka 5
sasaran kebijakan gender dapat disusun melalui rancangan penyelenggaraan program-program pengembangan masyarakat setempat. Kebijakan yang
dirumuskan merupakan sasaran terpilih yang menjadi prioritas utama yang harus mencakup semua faktor kesenjangan yang telah diuraikan.
Adapun untuk mengukur tingkat keberhasilan dari rumusan sasaran kebijakan gender tersebut maka 7 diperlukan adanya rumusan indikator gender
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis gender tersebut lebih tepat ditujukan untuk mengkaji, menggali, memahami dan meningkatkan partisipasi perempuan
dalam pembangunan meliputi akses dan kontrol perempuan dalam berbagai aspek pembangunan. Alur kerja analisis gender tersebut tampak dalam Gambar 1.
10
Gambar 1. Alur Kerja Analisis Gender Gender Analysis Pathway GAP
1. Sasaran Umum
2.
Data “pembuka wawasan”
Indikator menurut Jenis Kelamin
3. Faktor-faktor
Kesenjangan • Kewenangan
Akses • Peran Serta
• Penguasaan • Pemanfaatan
4. Masalah Gender
Kesenjangan apa ?
Mengapa terjadi kesenjangan ?
5. Sasaran Kebijakan
Gender
Apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi kesenjangan ?
Kuantitatif dan
Kualitatif
Periksa kembali : Apakah semua faktor kesenjangan telah tercakup ? 7.
Indikator Gender
Pengurangan kesenjangan
ditunjukkan dengan apa ?
Memilih sasaran-sasaran
11
2.3 Konsep Masyarakat Nelayan