74
memahami masalah-masalah program ini menyebabkan komunikasi dan interaksi mereka untuk berpartisipasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Dalam wawancara peniliti dengan salah seorang perempuan nelayan, ibu Sultia, mengungkapkan ketidakmengertiannya dengan bantuan dan tambahan
informasi mengenai kerja yang dilakukannya selama membantu suaminya. Faktor inilah yang menjadi faktor pembatas interaksi dan komunikasi kaum perempuan
terhadap kegiatan suatu program. Sehingga apa yang dikatakan oleh informan bahwa salah satu penyebab terhalangnya asimilasi dan penyesuaian diri terhadap
program pengembangan masyarakat nelayan Desa Meskom adalah ketidakmampuan perempuan itu dalam memahami dan menyesuaikan diri dengan
suatu kegiatan atau program.
6.5 Keikutsertaan dalam Perkumpulan Sukarela
Perkumpulan sukarela yang dimaksud dalam kajian ini adalah perkumpulan-perkumpulan yang dibentuk oleh kelompok masyarakat dalam
melengkapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat desa baik yang bersifat permanen maupun non-permanen. Perkumpulan sukarela yang ditelaah di Desa Meskom
adalah : siskamling, gotong-royong untuk kebersihan kampung, assosiasi nelayan, panitia 17 Agustus-an, perkumpulan olah raga, posyandu dan dasawisma.
Untuk melihat sejauh mana partisipasi perempuan pada perkumpulan- perkumpulan sukarela yang terdapat di Desa Meskom menggunakan acuan
Chapin 1947, yaitu dengan cara melihat : kedatangan, konstribusi, keanggotaan dalam komisi perkumpulan sukarela, posisi dalam pengurusan dan acuan dari
Kaufman 1949 untuk mengetahui tingkat aktifitas mereka.
75
Siskamling sistem keamanan lingkungan berfungsi untuk menjaga rasa aman penduduk dari tindakan-tindakan kriminal seperti pencurian, perampokan
maupun tindakan-tindakan kekerasan lainnya. Dalam melaksanakan siskamling di Desa Meskom aktifitas yang dilakukan oleh penduduk adalah ronda malam yang
dilakukan setiap malam. Setiap kepala keluarga diharuskan melakukan ronda malam secara bergiliran. Sedangkan kaum perempuan berpartisipasi menyiapkan
konsumsi dan makanan ringan untuk penjaga ronda yang bergiliran dari rumah ke rumah. Dari beberapa kaum perempuan yang diwawancarai ternyata keikutsertaan
perempuan dalam kegiatan ronda malam terkonsentrasi pada penyediaan makanan ringan dan minuman. Dan sedikit sekali kaum ibu yang membayar dengan uang
sebagai pengganti menyediakan makanan ringan dan minuman untuk ronda malam.
Seperti halnya dengan siskamling, kegiatan gotong royong untuk kebersihan kampung menunjukkan pola yang sama. Kebanyakan kaum
perempuan tidak melakukan aktifitas gotong royong untuk kebersihan kampung dan lebih senang membuat makanan ringan dan minuman untuk yang bergotong
royong. Jika mereka tidak mempunyai kesempatan dan berhalangan menyediakan konsumsi untuk yang bergotong royong mereka biasanya membayar dengan uang
sebagai pengganti. Kebiasaan ini terus berlangsung karena pihak laki-laki yang bergotong royong lebih suka menerima uang pengganti untuk mereka belikan ke
rokok karena makanan dan minuman biasanya banyak disediakan oleh ibu-ibu setiap rumahtangga.
Di Desa Meskom terdapat tiga assosiasi nelayan : assosiasi nelayan yang dipimpin oleh Syafii, Ngalime dan Jusman. Dari pengamatan dan informasi yang
76
terkumpul selama ini, keterlibatan kaum perempuan dalam assosiasi nelayan lebih banyak disebabkan oleh kepentingan klasik dan sosial, seperti : pengolahan
ikan, penjualan, pembuatan dan perbaikan jaring penangkap ikan, kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran hasil tangkapan dan menyediakan
konsumsi untuk anggota assosiasi. Kepanitiaan-kepanitiaan yang bersifat insidental seperti peringatan 17
Agustus-an di Desa Meskom, sering terlihat keterlibatan secara aktif kelompok perempuan berusia muda dan remaja. Seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan
lain, dari hasil wawancara, kebanyakan kelompok perempuan berusia muda dan remaja lebih senang terlibat dalam kepanitian ataupun kegiatan. Sikap ini
dimanfaatkan sepenuhnya oleh aparat desa untuk meminta kelompok perempuan berusia muda dan remaja melakukan bermacam-macam kegiatan yang
berhubungan dengan acara-acara peringatan 17 Agustus, seperti menyuruh kelompok perempuan berusia muda dan remaja meminta bermacam-macam
sumbangan, karena dana sangat banyak diperlukan untuk mengadakan acara atau kegiatan 17 Agustus tersebut.
Fasilitas olahraga, yang terdapat di Desa Meskom adalah : dua lapangan sepak bola, tiga lapangan bola volley dan tiga lapangan bulu tangkis. Dari tiga
perkumpulan olah raga yang terdapat di Desa Meskom, kaum perempuan hanya aktif dalam perkumpulan volley ball, sedangkan untuk dua olahraga lainnya
seperti sepak bola dan bulu tangkis tidak terlihat keaktifan dari kaum perempuan sebagai anggota tim desa.
Kelompok perempuan yang telah berumahtangga berantusias sekali untuk ikutserta dalam kegiatan-kegiatan perkumpulan perempuan seperti
77
Posyandu dan Dasawisma. Tingginya tingkat aktifitas perempuan yang telah berumahtangga dalam kegiatan Posyandu dan Dasawisma, karena mendapat
dorongan dari suami atau orang tua mereka. Ada anggapan dari suami atau orang tua perempuan yang telah berumahtangga bahwa kegiatan Posyandu dan
Dasawisma adalah pekerjaan yang mendatangkan keuntungan secara kesehatan dan sosial serta tidak membuang-buang waktu saja.
6.6 Kontak Informal dan Pertemanan