Kontak Informal dan Pertemanan Solidaritas Komunitas

77 Posyandu dan Dasawisma. Tingginya tingkat aktifitas perempuan yang telah berumahtangga dalam kegiatan Posyandu dan Dasawisma, karena mendapat dorongan dari suami atau orang tua mereka. Ada anggapan dari suami atau orang tua perempuan yang telah berumahtangga bahwa kegiatan Posyandu dan Dasawisma adalah pekerjaan yang mendatangkan keuntungan secara kesehatan dan sosial serta tidak membuang-buang waktu saja.

6.6 Kontak Informal dan Pertemanan

Pada umumnya interaksi sosial sebagai ciri masyarakat desa yang gemainschaft adalah face to face. Kontak-kontak informal dan pertemanan dari setiap individu maupun kelompok perempuan didasarkan kepada kepentingan dan tujuan, kenapa kontak informal dan pertemanan itu dilakukan. Mengacu kepada pendapat Mitchel dalam Lewis 1979 tentang kontak informal dan pertemanan menyebutkan ada lima cara menelaah kontak informal dan pertemanan : 1 isi atau yang mendasari interaksi, 2 langsung atau timbal balik, 3 daya tahan atau durabilitas, 4 intensitas atau tingkat ke dalaman dan 5 frekwensi atau tingkat keseringan interaksi. Dalam melakukan kontak informal dan pertemanan kaum perempuan lebih banyak didasarkan kepada kepentingan yang berhubungan dengan urusan sosial dan kesukaan. Kontak informal dan pertemanan kaum perempuan yang didasarkan atas kepentingan sosial dilakukan secara langsung dan timbal balik, mempunyai durabilitas yang kokoh intensitas yang dalam dan tingkat keseringan frekwensi yang tinggi pula. 78 Secara lebih khusus kontak informal dan pertemanan antara perempuan dengan perempuan nelayan di Desa Meskom menunjukkan pola kontak informal dan pertemanan yang didasarkan atas kesukaan dan kekeluargaan. Pola hubungan yang demikian akan membentuk keakraban antara perempuan yang satu dengan perempuan yang lainnya, karena dirajut oleh perasaan kefamilian.

6.7 Solidaritas Komunitas

Solidaritas komunitas perempuan dalam program pengembangan masyarakat nelayan di Desa Meskom memiliki ciri-ciri yang khusus karena adanya perbedaan tujuan dan kepentingan. Bagi kelompok perempuan berusia muda dan remaja memiliki norma-norma maupun nilai-nilai yang mengutamakan kepentingan aspek ekonomi dari aspek-aspek yang lainnya, melahirkan rasa solidaritas komunitas yang selalu mengacu kepada kepentingan dan untung rugi. Dari hasil pengamatan dan pengalaman dapat dijelaskan, pada saat warga desa bergotong royong melakukan perbaikan sarana umum, kelompok perempuan berusia muda dan remaja lebih senang berada di rumah dan melakukan pekerjaan- pekerjaan lain daripada ikutserta bekerjasama dengan warga lainnya. Alasan- alasan yang selalu diberikan adalah tidak ada waktu, atau mereka beranggapan bahwa melakukan gotong royong itu adalah pekerjaan laki-laki. Dalam kegiatan- kegiatan seperti itu, sikap kelompok perempuan berusia muda dan remaja acuh tak acuh, tampak sebagai indikasi kurangnya rasa solidaritas komunitas dalam tatanan kehidupan Desa Meskom. Sangat berbeda halnya bila terjadi pada kegiatan olahraga dan acara kesenian. Attensi solidaritas kelompok perempuan berusia muda dan remaja tampak sangat tinggi. Pada saat acara kegiatan olahraga dan 79 acara kesenian kelompok perempuan berusia muda dan remaja selalu memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran dan tenaganya untuk kelancaran kegiatan atau acara tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok perempuan berusia muda dan remaja selalu menunjukkan partisipasi aktif, bukan hanya memberikan pemikiran dan tenaga, tetapi juga mereka selalu hadir atau datang pada kegiatan atau acara demikian.

6.8 Kepuasan Komunitas