peserta berhasil melakukan peran yang dilatihkan,maupun apabila peserta mengemukakan target perilaku yang ingin dilakukan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan sosial seseorang. Contohnya bagi anak prasekolah yang memiliki keterampilan sosial
kurang baik dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode permainan kooperatif ataupun permainan keterampilan sosial. Ada juga metode cooperative learning untuk
meningkatkan keterampilan sosial bagi anak SD, SMP maupun anak SMA. Dan juga pelatihan keterampilan sosial untuk anak-anak yang memiliki keterampilan sosial
yang rendah seperti kesulitan bergaul.
2.2 Cooperative Learning
2.2.1 Pengertian Cooperative learning
Cooperative learning pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasar konstruktivis. Teori kontruktivisme ini menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
aturan itu tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan
segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Brunner menurut Slavin dalam Trianto 2011: 28.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif“ yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaian tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi yang diajarkan. Menurut Slavin dalam Isjoni 2010: 15 cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam anak dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni
2010: 15 cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada kepada peserta didik
agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni 2010: 15 menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik
dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam prilaku sosial. Thompson dalam Isjoni 2010: 17 mengemukakan cooperative learning turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam cooperative learning siswa belajar bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling
membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai enam siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok
heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku.
Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Dari pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning merupakan metode atau model pembelajaran kooperatif gotong
royong dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya sekitar empat sampai enam siswa dengan struktur heterogen campuran
kemampuan siswa, jenis kelamin, suku. Strategi ini dirancang untuk mendorong siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
2.2.2 Tujuan Cooperative Learning