2.2.4.2 Teknik JIGSAW
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman- teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins. Adapun langkah-langkah metode cooperative learning teknik jigsaw Trianto 2011: 73 :
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok tiap kelompok beranggotakan antara empat sampai lima siswa.
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca dan sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajarkan teman-temannya.
6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Persyaratan lain yang perlu disiapkan oleh guru, antara lain bahan kuis, LKS Lembar Kerja Siswa, RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sistem evaluasi
pada jigsaw yaitu pemberian skor nilai baik secara individual maupun kelompok.
2.2.4.3 NHT Teknik Numbered Head Together
NHT atau penomeran berfikir bersama merupakan teknik dari metode cooperative learning yang dirancang untuk mempengarui pola interaksi siswa dan
sebagai alternatif struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Saat mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan
struktur empat fase sebagai NHT Trianto 2011: 82 : 1. Fase 1 : Penomeran, dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok tiga
sampai lima siswa dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara satu sampai lima.
2. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Fase 3 : Berfikir Bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim. 4. Fase 4 : Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengajungkan tangan dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Dari beberapa uraian teknik-teknik cooperative learning diatas dapat disimpulkan bahwa semua teknik-teknik diatas mempunyai tujuan yang hampir sama
antara satu dengan yang lainnya yaitu untuk meningkatkan prestasi secara akademik,
meningkatkan hubungan dan interaksi antara sesama teman, dan untuk melatih anak supaya lebih aktif, kretif dan mandiri.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik STAD, alasan menggunakan teknik ini karena STAD tepat digunakan untuk kelas pemula, selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Slavin menunjukkan bahwa teknik STAD dapat meningkatkan hubungan pertemanan lintas rasial dan meningkatkan penerimaan terhadap siswa
yang lemah secara akademik, meningkatkan kesukaan dan disukai oleh teman sekelas, dapat meningkatkan harga diri dari siswa dan meningkatkan motivasi siswa,
dan yang terakhir yaitu meningkatkan kerjasama verbal dan nonverbal yang lebih banyak Slavin 2004: 105-135 .
2.2.5 Unsur Penting Metode Cooperative Learning