5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berfikir efektif. 7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai dan mencapai kemandirian
pribadi.
2.4 Kefektifan Metode
Cooperative Learning Teknik STAD Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan
Keterampilan Sosial
Pada masa akhir kanak-kanak, anak banyak melakukan interaksi dengan teman sebaya, guru dan lingkungan masyarakat. Banyak keterampilan yang
dibutuhkan dalam berinteraksi supaya anak dapat diterima dalam lingkungan sosial. Berbagai keterampilan-keterampilan itu dapat dipelajari oleh anak dari lingkungan,
terutama lingkungan sekolah dan teman sebaya. Keberhasilan anak dalam meningkatkan berbagai keterampilan akan berpengaruh besar bagi anak dalam
berinteraksi dengan lingkungan, teman sebaya dan dapat melewati tugas perkembangan dengan baik.
Parker Asher dalam Cartlegde Milburn 1995: 10 menyebutkan bahwa hubungan dengan teman sebaya merupakan elemen penting dalam kehidupan anak
dan berkontribusi dalam berbagai cara anak belajar tentang kehidupan sosial. Penolakan pada teman sebaya akan menyebabkan timbulnya masalah dalam
penyesuaian diri anak. Hartub dalam Cartlegde Milburn 1995: 10 menambahkan bahwa anak akan diterima dalam lingkungan teman sebaya ketika anak dapat
bersosialisasi, ramah, ikut berpartisipasi sosial, suka menolong, dan menjadi tempat yang baik untuk sharing. Anak yang disukai oleh teman sebaya juga terlihat dari
partisipasinya dalam kegiatan bermain, hiburan, kualitas dalm berbicara dan efisiensi akademik Dygdon dkk dalam Cartlegde Milburn 1995: 10.
Keterampilan-keterampilan diatas dapat ditingkatkan dengan beragam aktivitas salah satunya yaitu menggunakan pembelajaran yang tidak monoton, unik,
kreatif dan menyenangkan sehingga akan diminati oleh anak-anak dan juga akan menambah keaktifan dan pengetahuan anak. Selain untuk meningkatkan
keterampilan-keterampilan anak, dengan aktifitas pembelajaran seperti cooperative learning akan didapat juga peningkatan dalam nilai akademik dan dapat
menumbuhkan rasa penerimaan terhadap perbedaan individu. Metode cooperative learning teknik STAD ini merupakan metode yang
sebenarnya sudah ada sejak dulu. Akan tetapi masih jarang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dikarenakan penggunakan metode ini dianggap tidak praktis.
Banyak persiapan yang harus dilakukan apabila menggunakan metode ini. Padahal metode ini efektif dalam peningkatan keterampilan-keterampilan anak, terutama
keterampilan sosial seperti diungkapkan oleh Ibrahim dalam Isjoni 2010: 39. Penggunaan metode cooperative learning telah terbukti dalam meningkatkan
berbagai hal. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Laka dan Yoenanto 2011: 48 metode cooperative learning teknik STAD efektif dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam menghadapi pelajaran matematika kelas VII SMP Swasta berbasis agama di Pasuruan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Saguni 2010:
77 juga menunjukkan bahwa metode cooperative learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal yang lebih tinggi dibanding
kelompok mahasiswa yang diajar menggunakan metode problem based learning PBL.
Anak membutuhkan keterampilan berkomunikasi, belajar, mengajukan pertanyaan, meminta bantuan, mendapatkan kebutuhan mereka bertemu dengan cara
yang sesuai, bergaul dengan orang lain, mencari teman dan mengembangkan hubungan yang sehat, melindungi diri mereka sendiri dan umumnya dapat
berinteraksi dengan siapapun dan setiap orang yang mereka temui dalam kehidupan mereka. Untuk menumbuhkan beberapa hal diatas yang merupakan bagian dari
keterampilan sosial maka penggunakan metode cooperative learning teknik STAD efektif digunakan untuk meningkatkan berbagai kemampuan tersebut seperti
penelitian yang dilakukan oleh Saodih 2009 membuktikan bahwa model pembelajaran yang cocok dan efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial di
kelas V SD adalah cooperative learning teknik STAD dan Jigsaw.
2.5 Kerangka Berfikir