II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Obat
Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh atau eksudat sel tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan
Rostianan dalam Surinah, 2000. Menurut BPS 2000 tanaman obat didefinisikan sebagai tanaman yang bermanfaat sebagai obat-obatan yang
dikonsumsi dari bagian tanaman berupa daun, bunga, buah, rimpang atau akar. Selain itu, definisi tanaman obat menurut Departemen Kesehatan RI, tercantum
dalam SK Menkes No.149SKMenkesIV1978 adalah sebagai berikut : a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu. b. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
baku. c. Tanaman atau bagian ta0naman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut
digunakan sebagai obat.
Zuhud dalam Surinah 2000, membagi tanaman berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Tumbuhan obat tradisional: merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional.
b. Tumbuhan obat modern: merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. c. Tumbuhan obat potensial: merupakan spesies tumbuhan yang diduga
mengandung atau memiliki senyawa atau bahan aktif berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara farmakologis sebagai obat.
2.2 Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat asli Indonesia yang berasal dari tanaman obat, proses produksinya masih tradisional dan belum diuji secara ilmiah. Obat
tradisional ini berupa ramuan baik yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan glenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Herba, 2002. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan glenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman Badan POM, 2004. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM ada tiga kategori
sediaan obat herbal yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka
.
Jamu adalah sediaan obat herbal Indonesia yang keamanan dan khasiatnya telah
diketahui secara turun temurun berdasarkan pengalaman empiris. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat herbal Indonesia yang dibuat dari bahan berupa
ekstrak atau serbuk yang telah distandarisasi. Status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah yaitu uji pra-klinik uji khasiat dan toksisitas pada
hewan percobaan. Fitofarmaka adalah sediaan obat herbal Indonesia dengan bahan baku yang telah distandarisasi, telah dilakukan uji praklinik dan uji klinik
uji pada orang sakit sehingga dapat diresepkan oleh dokter. Definisi obat tradisional yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 179DepkesPerVII1976 tentang Produksi dan Distribusi Obat telah disempurnakan lagi dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 22461992. Pengertian obat tradisional menurut peraturan tersebut meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Obat tradisional mencakup juga obat jadi atau obat terbungkus, serta bahan baku atau ramuan bahan. Definisi lama hanya mencakup bahan jadi ramuan
saja. b. Obat tradisional mencakup semua ramuan yang berasal dari alam, baik yang
belum maupun yang sudah memiliki data klinis. Definisi lama terbatas pada bahan-bahan yang belum memiliki data klinis.
c. Obat tradisional dapat digunakan dalam pengobatan formal yang melibatkan tenaga para dokter. Hal ini dimungkinkan dengan ditetapkannya kebijaksanaan
obat tradisional yang telah distandarisasi kelompok filoterapi. Definisi lama obat tradisional hanya ditekankan pada usaha pengobatan yang berdasarkan
pengalaman belaka. Departemen Kesehatan membagi obat tradisional menjadi dua kelompok
yaitu: 1. Kelompok jamu, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia
yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti,
bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya.
2. Kelompok filoterapi yang lebih dikenal dengan kelompok fitofarmaka, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang telah mengalami
standarisasi dan telah dilakukan penelitian atas sediaannya, kegunaannya jelas dan dapat diandalkan.
Pada Tabel 3 berikut ini akan dijelaskan perbedaan antara obat tradisional, fitofarmaka dan obat farmasi paten.
Tabel 3. Perbedaan Jamu, Fitofarmaka dan Obat Farmasi
Jamu Fitofarmaka Obat
farmasi 1. Individual
2. Belum ada standar 3. Efektifitas berdasarkan
tradisi 4. Stabilitas produk -
5. Obat bebas 6. Pemasaran dengan iklan
1. Berlaku umum 2. Standar ada
3. Efektivitas teruji 4. Stabilitas produk +,
dissolution test, dosis tepat, diamati
5. Obat bebas 6. Pemasaran melalui dokter
dan iklan 1. Berlaku umum
2. Standar ada 3. Pharmacodynamic uji
4. Stabilitas teruji, dissolution, dosis tepat
5. Obat keras 6. Pemasaran melalui dokter
Sumber: Sirait, 2001
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 230MenkesIX1976, definisi dari simplisia obat tradisional yaitu :
1. Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakAn sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang telah dikeringkan.
2. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. 4. Simplisia pelikan mineral adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Bentuk obat tradisional yang diizinkan untuk produksi menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 661MenkesSKVII1994 adalah sebagai berikut :
1. Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia atau campuran simplisia dengan sediaan glenik yang penggunaannya
dilakukan dengan pendidihan atau penyeduhan dengan air panas dengan kadar air tidak lebih dari 10 persen.
2. Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia, sedian glenik atau
campurannya. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen. 3. Pil adalah obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk
simplisia, sediaan glenik atau campurannya. Kandungan airnya tidak lebih dari 10 persen.
4. Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan glenik dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kandungan air isi kapsul 15 persen. 5. Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa
cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya cembung atau rata, terbuat dari glenik dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kandungan airnya tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet bersalut. 6. Pastiles adalah sediaan padat obat tradisional berupa lempeng pipih umumnya
berbentuk segiempat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sedian glenik atau campurannya kadar air tidak lebih 10 persen.
7. Sari jamu adalah cairan obat dalam, dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung etanol, dengan kadar etanol tidak lebih dari 1 persen pada suhu
20 metanol tidak lebih dari 0,1 persen dihitung dari kadar etanol.
8. Parem, pilis atau tapel adalah sediaan padat obat tradisional atau berbentuk pasta, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan glenik atau
campurannya dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan airnya tidak lebih dari 10 persen.
2.3 Obat Herbal Jenis immunomodulator