sehat dan mengkonsumsi obat herbal jenis immunomodulator untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya terhadap penyakit. Hal ini merupakan peluang bagi PT. Biofarindo untuk
meluncurkan produknya ke pasar saat ini.
6.1.1.4 Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan perkembangan produk baru dan lebih baik, serta mengubah posisi biaya bersaing. Penerapan teknologi
dalam proses produksi obat herbal akan mempengaruhi kualitas dan relatif dalam suatu industri. Kemajuan teknologi yang terus berkembang antara lain teknologi komunikasi,
produksi, transportasi dan komputer. Secara garis besar ada tiga kelompok teknologi produksi yang perlu diterapkan dan dikembangkan dalam industri obat herbal, yaitu
kelompok teknologi untuk pengadaan bahan baku yang meliputi teknologi panen dan pasca panen, teknologi ekstraksi dan teknik analisa mutu. Teknologi lainnya yang
dibutuhkan adalah kelompok teknologi untuk proses pembuatan sediaan meliputi uji farmakologi dan formulasi sediaan. Teknologi yang juga penting untuk dikembangkan
adalah teknologi dalam penyajian dan pengemasan. Proses pengembangan produk herbal baru berbahan alami Indonesia biasanya
melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah berbentuk produk jamu, tahap kedua berbentuk produk herbal terstandar yang telah diuji dan dinyatakan aman pada hewan, dan tahap
ketiga adalah fitofarmaka yang telah diuji klinis dan dinyatakan aman pada manusia. Biaya uji klinis untuk fitofarmaka dapat mencapai Rp 2-4 milyar. Biaya sebesar itu
merupakan ancaman bagi PT. Biofarindo karena sulit untuk memenuhi standar obat fitofarmaka yang dapat disamakan dengan obat farmasi.
6.1.1.5 Politik dan Hukum
Pemerintah mempunyai peranan yang cukup besar dalam pelaksanaan kegiatan suatu usaha. Kebijakan pemerintah dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi sektor
agribisnis. Kondisi politik dan keamanan di Indonesia yang dirasa masih kurang stabil dan adanya rasa ketidakpercayaan masyarakat industri terhadap kinerja pemerintah dapat
menjadi ancaman bagi perkembangan industri. Peraturan pemerintah saat ini dianggap belum melindungi dan mengangkat
industri jamu tradisional. Regulasi jamu masih disamakan dengan obat-obatan farmasi yang banyak dikembangkan oleh industri besar, padahal industri obat herbal masih
didominasi oleh Usaha Kecil Menengah UKM. Selama ini produk obat herbal harus mengikuti peraturan yang dirancang dengan standar obat-obatan farmasi dari negara-
negara barat, mulai dari uji klinis, tata bahasa periklanan, serta ketentuan lain yang menyebabkan industri obat herbal tidak berkembang optimal di pasar dalam negeri.
6.1.1.6 Sosial Budaya