Demografi Analisis Lingkungan Makro

VI ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL Analisis lingkungan merupakan proses awal dalam menentukan strategi pemasaran yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup berbagai aspek, baik yang berada di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan pencapaian tujuan perusahaan. Secara garis besar lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal.

6.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Aspek eksternal perusahaan terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan strategi pemasaran. Lingkungan makro meliputi kondisi demografi, ekonomi, alamekologi, sosial dan budaya, politik dan hukum serta teknologi. Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, pelanggan dan pemasok. Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

6.1.1 Analisis Lingkungan Makro

Dalam analisis lingkungan makro, variabel-variabel yang perlu diamati meliputi kondisi kondisi demografi, ekonomi, alamekologi, sosial dan budaya, politik dan hukum, teknologi.

6.1.1.1 Demografi

Kekuatan ekonomi yang dipantau pertamakali oleh para pengambil keputusan adalah populasi karena oranglah yang membentuk pasar. Melalui informasi mengenai ukuran dan tingkat pertumbuhan suatu kota, wilayah, dan negara, distribusi dan bauran etnis, level pendidikan, pola rumah tangga pengambil keputusan dapat menentukan strategi pemasaran yang sesuai dengan keadaan pasar. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2006 sebesar 245.452.739 jiwa. Jumlah usia 0-14 tahun: 28,8 persen laki-laki 35.995.919 jiwa dan perempuan 34.749.582 jiwa. Usia 15-64 tahun: 65,8 persen laki- laki 80.796.794 jiwa dan perempuan 80.754.238 jiwa. Usia 65 tahun ke atas: 5,4 persen laki-laki 5.737.473 jiwa dan perempuan 7.418.733 jiwa. Pertumbuhan penduduk mencapai 1,41 persen dengan tingkat rata-rata 20,34 kelahiran dari 1.000 penduduk Indonesia menjadi negara keempat dengan jumlah penduduk paling banyak di dunia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. Populasi usia dewasa antara 15-65 tahun ke atas di Indonesia paling besar yaitu 71,2 persen. Hal ini menyebabkan struktur penduduk Indonesia menjadi struktur penduduk yang berciri tua. Penduduk berusia tua lebih rentan terkena berbagai macam penyakit yang disebabkan virus dan bakteri maupun penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, stroke dan lain lain karena pada usia ini daya tahan tubuh menurun. Salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh adalah mengkonsumsi obat herbal jenis immunomodulator. Populasi usia ini dapat dijadikan pasar sasaran oleh PT. Biofarindo dalam memasarkan produk Biomunos. 6.1.1.2 Ekonomi Era globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi. Salah satu bentuk era globalisasi di bidang perekonomian yang sedang dihadapi oleh Indonesia adalah AFTA ASEAN Free Trade Area yang diberlakukan pada tanggal 1 januari 2002 dan akan diberlakukannya APEC 2020. Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi perekonomian Indonesia. Dengan adanya perdagangan bebas akan membawa peluang dan juga ancaman bagi pelaku industri di tanah air khususnya para pelaku agribisnis. Peluang yang dapat diambil adalah adanya kesempatan untuk memperluas pasar ke luar negeri, namun pasar bebas ini menuntut pelaku agribisnis untuk dapat berkompetisi dari segi produksi, mutu, harga, maupun segi pemasarannya. Sedangkan ancaman yang harus dihadapi, yaitu banyaknya produk-produk impor yang memenuhi pasar dalam negeri yang berarti tingkat persaingan menjadi lebih ketat. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah menimbulkan beberapa dampak sosial ekonomi terhadap kehidupan masyarakat. Situasi ekonomi yang tidak stabil ini menyebabkan terjadinya inflasi, tingkat suku bunga yang meningkat dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Kondisi ini menyebabkan harga barang impor obat farmasi menjadi semakin tinggi dan membuat daya beli masyarakat terhadap obat farmasi semakin menurun. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat beralih kepada obat-obatan herbal yang terbuat dari tanaman obat asli Indonesia yang harganya jauh lebih murah daripada obat farmasi. Kondisi semakin mahalnya harga obat farmasi menunjukkan salah satu peluang yang dimiliki oleh PT. Biofarmaka Indonesia. Salah satu Indikator ekonomi adalah tingkat inflasi. Inflasi di Indonesia cenderung berfluktuatif dapat dilihat pada Tabel 12 . Pada tahun 2002, inflasi mencapai 9,35 persen dan mengalami penurunan menjadi 5,06 persen pada tahun 2003. Namun pada tahun 2004 inflasi kembali mengalami peningkatan menjadi 6,40 persen. Peningkatan yang cukup tajam terjadi di tahun 2005 dimana inflasi mencapai 17,11 persen. Pada tahun 2006 perekonomian mulai kembali membaik ditandai dengan penurunan inflasi yang cukup signifikan. Menurut BI, pada tahun 2007 diperkirakan akan terjadi peningkatan kegiatan perekonomian yang tidak memberikan tekanan yang berlebihan terhadap harga-harga secara umum. Inflasi IHK 2007 dapat dikendalikan dalam kisaran sasaran yang ditetapkan pemerintah sebesar 6,0 persen ± 1 persen. Untuk tahun 2008 diperkirakan tingkat inflasi akan mengalami peningkatan signifikan seiring dengan kenaikan beberapa komoditas utama seperti harga minyak dunia BBM, harga bahan pangan dan lain-lain. Kenaikan inflasi ini menyebabkan daya beli masyarakat pada umumnya menurun. Tabel 12. Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode Tahun 2002-2006 Tahun Angka Inflasi persen 2002 10,03 2003 5,06 2004 6,40 2005 17,11 2006 6,60 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 diolah

6.1.1.2 Alam Ekologi