Pilihan Bentuk Organisasi Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Lahan

54 Enhancement Scheme WES jauh lebih mahal dibandingkan dengan kesepakatan negosiasi individual persatuan unit lahan. Besarnya biaya transaksi ini lebih banyak dikontribusi oleh komponen biaya perawatan penegakanenforcement kesepakatan yang sudah dibangun antara pengelola dengan masyarakat pemilik lahan.

2.4.1. Pilihan Bentuk Organisasi

Menurut Hodgson 2006 Organisasi adalah institusi khusus yang mengandung : 1 kriteria untuk membangun batas-batas yuridis dan membedakan anggota dan bukan anggota, 2 dasar-dasar dari kekuasaan mengenai siapa yang dikenakan dan tidak dikenakan charge, dan 3 rantai komando tanggung jawab masing- masing anggota partisipan. Pilihan-pilihan bentuk organisasi kelembagaan pengelolaan lahan akan mempengaruhi besaran biaya transaksi. Bentuk organisasi yang paling sesuai tentunya akan memberikan konsekuensi bagi biaya transaksi yang minimal. Dalam pengelolaan suatu sumberdaya milik bersama, apabila seorang individu harus menentukan pilihan dalam mengambil suatu tindakan pada setiap situasi, tergantung pada bagaimana dia mempertimbangkan manfaat dan biaya- biaya dari berbagai alternatif strategi yang dihadapinya. Tetapi dalam mencoba untuk memperoleh ma nfaat tersebut, individu dihadapkan pada kendala keterbatasan dalam memperoleh informasi dan keterbatasan kemampuan mengolah informasi. Dalam keadaan ketidakpastian ini individu cenderung berperilaku dan bersifat oportunistik. Menurut Simon 1961 dalam Anwar 1997, suatu organisasi dapat mengimbangi kekurangan individu tersebut yaitu 55 dengan cara menugaskan kepada tiap individu suatu tugas yang terbatas sehingga jelas dalam lingkungan dan prosedur pelaksanaan yang sudah dibakukan standardized procedures. Institusi yang mengatur cara-cara pelaksanaan yang diperlukan tersebut dapat juga dipandang sebagai cadangan stock sebagai wadah untuk memperoleh sumber pengetahuan informasi yang dibutuhkan. Oleh karenanya institusi itu mempunyai fungsi sebagai wadah koordinasi yang menyediakan sumber pengetahuan informasi dalam melakukan hubungan interpersonal. Oportunisme merupakan faktor lain yang penting yang memberi ciri kepada individual yang akan mempengaruhi keragaan dari tindakan kolektif collective action karena dapat membuat kesulitan dalam membuat negosiasi dan pelaksanaan bagi hal-hal yang disetujui bersama sebagai kesepakatan. Seorang individu sebenarnya dapat menjadi penghalang kepada terjadinya proses negosiasi dengan cara mencoba menyembunyikan maksud-maksud yang sebenarnya kepada orang lain agar memperoleh sebagian besar keuntungan kepadanya. Setelah mereka masuk dalam suatu bentuk persetujuan kontrak yang sudah disepakati namun masih ada kemungkinan terjadinya pertentangan conflict yang muncul dikemudian hari – khususnya yang berkaitan dengan kesalahan interpretasi. Sumber pertentangan seperti ini besar kemungkinannya terjadi karena sangat sulit untuk merancang pengaturan yang dapat memperhitungkan semua kejadian dimasa yang akan datang. Selanjutnya individual yang terlibat dalam persetujuan kontrak masih dapat menarik keuntungan melalui tindakan terselubung hidden action jika keadaan mengijinkan untuk itu. 56 Williamson 1985, berpendapat bahwa pemecahan masalah dari pertentangan tersebut membutuhkan suatu pelerai eksternal dengan cara membangun suatu struktur organisasi yang berkemampuan governance structure . Struktur governance yang demikian mencerminkan pengaturan institusional yang dapat diadopsi oleh para pesertanya secara sukarela sehingga dapat menjunjung komitmen guna melaksanakan transaksi proses pengelolaan secara berulang-ulang diantara semua anggota partisipan. Williamson 1985, melukiskan berbagai kemungkinan bentuk organisasi yang dapat dikreasikan tergantung pada dua dimensi utama yaitu human asset specificity dan frekuensi transaksi. Kemungkinan bentuk-bentuk organisasi tersebut berada dalam kisaran spektrum mulai dari spot market sampai hierarki yang kompleks sebagaimana disajikan pada Gambar 10. Aset Spesifik Rendah Tinggi Rendah Quasi Market Hierarki Yang Sederhana Frekuensi Tinggi Kelompok Otonom Hierarki Yang Kompleks Gambar 10. Modalitas dari Hubungan Organisasi Internal Pengelolaan sumberdaya lahan memiliki ciri asset specificity yang rendah dengan frekuensi transaksi antar anggota yang tinggi. Karena itu bentuk organisasi yang dapat dikreasikan adalah merupakan ”Kelompok Otonom”. Bentuk organisasi yang sesuai akan dapat mengurangi tindakan oportunisme individual dan akan dapat mendukung terjadinya tindakan kolektif collective action . Adanya organisasi dalam bentuk ”Kelompok Otonom”, memungkinkan terjadinya suatu komunimkasi yang intens if, information sharing sehingga 57 partisipasi seluruh stakholders dalam menjunjung komitmen bersama dapat terwujud.

2.4.2. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Secara Pertisipatif