V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
5.1. Karakteristik Kabupaten Sidoarjo
Menurut informasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo tahun 2004, kondisi geografis Kabupaten Sidoarjo ini terletak pada 112.5
– 112.9 Bujur Timur 7.3
– 7.5 Lintang Selatan. Luas wilayah daratan Kabupaten
Sidoarjo adalah 71 424.25 ha sedangkan luas wilayah laut berdasarkan perhitungan GIS sampai dengan 4 mil kearah laut adalah 2 01. 6868 km
2
. Daerah pantai dan pertambakan di kawasan sebelah timur meliputi 29.99 persen dari
seluruh luas wilayah berada pada ketinggian 0 – 3 m diatas permukaan laut, sementara daerah bagian tenga h yang berair tawar mencapai 40.81 persen dari
seluruh luas wilayah dan berada pada ketinggian 3 – 10 m diatas permukaan laut. Selanjutnya wilayah bagian barat yang berada pada ketinggian 10 – 25 m diatas
permukaan laut meliputi 29.20 persen dari luas wilayah Kabupaten Sidoarjo. Batas–batas wilayah adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik
2. Sebelah Timur : Selat Madura
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Pasuruan
4. Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto
Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah beriklim tropis. Hujan terjadi sepanjang tahun, hanya frekuensi terbanyak
terjadi pada bulan Januari dan Maret. Suhu terendah wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah 20
C dan suhu tertinggi adalah 35 C. Berdasarkan hasil pengukuran curah
hujan selama 10 tahun terakhir menunjukan rata-rata per tahun dibawah 1.500 mm
87 sebanyak 35 persen, curah hujan antara 1 500 – 2 000 mm sebanyak 35 persen
dan antara 2 000 mm sampai 2 500 mm sebanyak 10 persen dari luas wilayah Kabupaten Sidoarjo.
Kabupaten Sidoarjo bertopografi datar dan sebagian besar wilayahnya telah dimanfaatkan terutama untuk pemukiman dan persawahan. Berdasarkan
kondisi air, kurang lebih sebesar 22.84 persen wilayah Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah air asin yang tersebar pada 8 delapan kecamatan dengan
daerah air asin terbesar berada di Kecamatan Sedati, Kecamatan Jabon dan Kecamatan Sidoarjo. Berdasarkan kondisi tersebut wilayah pesisir Kabupaten
Sidoarjo sangat cocok untuk pengembangan usaha pertambakan. Tabel 6. Luas Wilayah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2004
No. Kecamatan
Luas Monografi
Ha Jalan
Km Makam
Ha Sungai,
Irigasi Ha
Tanah Oloran
Ha Luas
Wilayah Ha
1 Sidoarjo 5 554.0
77.06 24.41
525.78 74.75
6 256.00 2 Buduran
3 660.0 31.22
5.79 239.49
166.00 4 102.50
3 Candi 3 777.0
38.18 7.89
243.68 4 066.75
4 Porong 2 775.0
46.12 3.42
157.71 2 982.25
5 Krembung 2 654.0
17.20 5.11
278.69 2 955.00
6 Tulangan 2 960.0
29.63 2.49
128.38 3 120.50
7 Tanggulangin 3 002.0
40.98 4.77
181.25 3 229.00
8 Jabon 6 225.0
14.85 2.34
220.56 1.637.00
8 099.75 9 Krian
3 002.0 69.84
7.83 170.33
3 250.00 10 Balongbendo
2 864.0 48.75
2.45 224.80
3 140.00 11 Wonoayu
3 267.0 34.11
4.32 86.57
3 392.00 12 Tarik
3 250.0 24.87
6.28 324.85
3 606.00 13 Prambon
3 139.0 9.93
2.9 270.67
3 422.50 14 Taman
2 883.0 41.55
10.12 218.83
3 153.50 15 Waru
2 772.0 37.01
4.98 151.51
66.50 3 032.00
16 Gedangan 2 310.0
47.24 4.61
43.9 2 405.75
17 Sedati 6 192.0
20.65 3.56
145.79 1.581.00
7 943.00 18 Sukodono
3 153.0 28.93
3.77 82.05
3 267.75 Jumlah
63 439.0 658.12
107.04 3.694.84
3.525.25 71 424.25
Sumber : BPN Kabupaten Sidoarjo 2004.
Ditinjau dari aspek administrasinya menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 18 wilayah kecamatan, yang terbagi atas 322 desa dan 31
88 kelurahan. Sebagaimana disajikan pada Tabel 6 Kecamatan Jabon dan Sedati
merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Sidoarjo yang masing- masing mencapai 8 099.75 ha dan 7 943 ha.
Menurut laporan BPS Kabupaten Sidoarjo tahun 2004, jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo mencapai 1 397 242 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-
rata 2 587km
2
dan pertumbuhan penduduk pada tahun 2004 mencapai 3.3422 persen. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk tersebut dilatar belakangi oleh
terjadinya arus urbanisasi yang sangat cepat sebagai dampak dari pertumbuhan sektor industri dan perumahan di Sidoarjo serta dampak perkembangan wilayah
Surabaya Metropolitan Area. Potensi dan permasalahan Kabupaten Sidoarjo secara makro antara lain :
1. Potensi ekonomi: sektor industri, pertanian dan sektor pertambakan merupakan salah satu penunjang ekonomi wilayah yang terbesar.
2. Lahan untuk pengembangan kawasan pemukiman masih memungkinkan pada beberapa kawasan yang sesuai.
3. Lahan pertanian, merupakan daerah yang subur delta Brantas, dan ditunjang dengan sistem irigasi yang cukup baik.
4. Keberadaan beberapa sungai besar sebagai saluran irigasi yang mengairi lahan pertanian.
5. Lahan pertambakan yang luas dengan produksi yang relatif bagus, sangat potensial untuk ditingkatkan produktivitasnya. Yang mana dapat menunjang
perekonomian wilayah. 6. Masih terdapat beberapa hutan mangrove yang melindungi ekosistem pantai
dari polusi dan gelombang air laut.
89 Potensi kawasan pesisir terdiri dari tambak dan mangrove, hanya
mangrove yang secara teratur dilakukan upaya-upaya pengembangan melalui berbagai program kegiatan baik yang datangnya dari pemerintah pusat, bantuan
lembaga asing OISCA, maupun yang dikreasikan sendiri oleh Pemkab Sidoarjo. Selama lebih kurang tiga tahun program rehabilitasi hutan mangrove sudah
berjalan, hasilnya sangat menggembirakan dimana di beberapa kawasan seperti Kecamatan Jabon dan Sedati, kini ketebalan hutan mangrove mencapai rata-rata
150 – 200 m, sudah melebihi rata-rata daerah lainnya yang hanya mencapai lebih kurang 100 m.
Sedangkan untuk kasus tambak, sampai dengan saat ini belum ada upaya secara serius dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk mengembangkan daerah
ini. Walaupun potensi tambak relatif luas nomor dua paling luas di Jawa Timur setelah Kabupaten Gresik, namun jika tidak ada upaya pengelolaan yang baik
maka hasil produksi ikan dan udang tidak akan berkembang. Permasalahan wilayah meliputi :
1. perumahan 1 Banyak mengokupasi tanah-tanah subur
persawahan untuk
perkembangan kawasan pemukiman. 2 Pengembangan perumahan yang ada beragam rumah mewah, sedang
dan rumah sederhana. 3 Nilai lahan yang mulai tinggi, tidak memungkinkan untuk penyediaan
rumah sederhana. 2. Pertanian
90 1 Lahan pertanian semakin berkurang, berubah fungsi menjadi lahan- lahan
terbangun sehingga produksinya juga menurun. 2 Pergeseran pemanfaatan lahan dari pertanian menjadi kawasan hunian
dan kawasan industri. 3 Sebagian besar petani menginginkan lahan pertaniannya menjadi lokasi
industri dengan keinginan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Walaupun sampai saat ini konversi lahan hanya terjadi untuk jenis lahan
pertanian tanaman pangan khususnya sawah, na mun jika tidak ada pengarahan yang baik dari pemerintah dikhawatirkan pola konversi akan semakin cepat
juga merambah kawasan tambak. Karena itu jika pemerintah masih melihat kawasan tambak sebagai salah satu penyumbang perekonomian daerah
terpenting, maka harus ada upaya-upaya untuk memproteksi daerah ini agar tidak mudah terkonversi menjadi peruntukan industri atau permukiman.
3. Industri 1 Sektor industri yang ada bukan industri basis, sehingga tidak dapat
menamp ung produksi pertanian yang ada. 2 Sektor indus tri tersebar sehingga menyulitkan penanganan limbahnya.
Untuk industri yang berdiri di perkotaan dampak limbahnya belum begitu dirasakan terhadap kelangsungan usaha pertambakan, hanya industri yang
berdiri di sepanjang Sungai Porong seperti Pabrik Kertas PT. Ciwi Kimia dan PT. Pakerin yang sempat mengancam kelangsungan usaha pertambakan
udang. Walaupun demikian jika tidak ada pola penanganan limbah dari sekarang dikawatirkan suatu saat nanti limbah industri diperkotaan juga akan
mengancam usaha pertambakan.
91 4. Pertambakan
1 Adanya pencemaran pada kawasan pertambakan baik lewat sungai maupun dari laut.
2 Banyaknya tanah oloran yang difungsikan untuk tambak sehingga merusak ekologi laut dan pantai.
Pernyataan pada poin b, perlu dibuktikan karena menurut pengamatan peneliti pencetakan lahan tambak baru yang memanfaatkan tanah oloran
dewasa ini tidak terjadi karena aparatur desa Lurah tidak lagi diperbolehkan menerbitkan surat tanah kohir bagi pencetakan lahan tambak baru.
5. Transportasi 1 Jalur transportasi yang kuat hanya pada jalur utara selatan, sehingga
perlu pembukaan jalur baru untuk membuka hubungan timur dan barat. 2 Perkembangan wilayah belum seimbang, karena kurangnya sarana dan
prasarana transportasi timur – barat. 3 Masalah kemacetan di daerah Waru dan pusat kota karena kapasitas
jalan sudah tidak memadai. Pola pergerakan barang dan jasa mengikuti pola utara-selatan bukannya
barat-timur. Hal ini disebabkan karena Surabaya sebagai daerah pusat kegiatan ekonomi berada di utara Sidoarjo, sementara pemekaran wilayah
Surabaya Raya menjangkau wilayah Pasuruan dan Malang yang berada di bagian selatan Sidoarjo. Sehingga perkembangan infrastruktur transportasi
juga mengikuti pola perkembangan Kota Surabaya. Namun belakangan pola transportasi utara – selatan ini sempat terganggu oleh adanya musibah
meluapnya lumpur PT. Lapindo. Jika tidak diantisipasi dari sekarang,
92 dikhawatirkan hal tersebut dapat mengganggu masa depan transportasi dan
arus barang dan jasa dari dan wilayah Kabupaten Sidoarjo dan sekitarnya. 6. Lingkungan
1 Mangrove yang semakin berkurang, sehingga mengganggu kelangs ungan ekosistem laut dan pantai.
2 Bahaya banjir yang sering terjadi, karena wilayah timur banyak yang dibudidayakan.
3 Pencemaran yang disebabkan oleh industri. Pernyataan pada poin “a” perlu dibuktikan karena saat ini hampir bisa
dikatakan tidak ada lagi orang dengan bebas melakukan penebangan hutan mangrove untuk dikonversi menjadi peruntukan lainnya. Yang terjadi adalah
orang mencari kayu bakar untuk dijual. Justru dewasa ini banyak kegiatan penghutanan kembali yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo di Desa Tambak
Cemandi, Banjar Kemuning dan Kalang Anyar di Kecamatan Sedati. Sedang kegiatan penghijauan yang dilakukan oleh LPP Mangrove – Bogor
bekerjasama dengan OISCA Jepang dan DKP – Pusat mengambil tempat di Desa Kupang dan Desa Gebang Kecamatan Jabon. Desa-desa itulah yang
memiliki garis pantai utama di sepanjang pantai Kabupaten Sidoarjo.
5.2. Kebijakan Strategi Pengembangan Kawasan