80 W
ij
= Kebutuhan tenaga kerja per ha untuk tujuan produk i pada satuan lahan ke-j
Wp = Jumlah tenaga kerja seluruhnya di pesisir Sidoarjo.
3. Kendala Luas Lahan Hutan Mangrove
MSY mangrove
X X
≥
........................................................................................5 keterangan :
X
mangrove
= Luas lahan mangrove X
MSY
= Luas minimal lahan mangrove 4. Kendala Luas Lahan
LA X
ij
≤
...................................................................................................6 keterangan :
X
ij
= Adalah luas lahan yang dikelola di pesisir Kab. Sidoarjo
LA = Adalah luas total lahan di pesisir Sidoarjo
5. Non- negativity X
ij
, d
i -
, d
i +
0 ............................................................................................7 3. Fungsi Tujuan
Minimumkan : Z =
∑
= Q
i 1
P
y
W
i,y
d
i -
+ P
s
W
i,s
D
i +
...............................................8 keterangan :
P
y
, P
s
= Faktor-faktor prioritas ke-y dan ke-s ordinal W
i, y
= Bobot yang diberikan terhadap d
i -
dalam prioritas ke-y W
i, s
= Bobot yang diberikan terhadap d
i +
dalam prioritas ke-s
4.2.5. Pengembangan Model – Skenario Untuk Simulasi
Simulasi dan pengembangan model dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kinerja alokasi penggunaan lahan yang diorientasikan untuk
menjawab tujuan penelitian nomor 3 dan 4. Untuk itu dilakukan beberapa
81 skenario kemungkinan kebijakan yang bisa terjadi di pesisir Sidoarjo, sebagai
berikut : 1. Skenario 1 – Untuk tujuan pembangunan ekonomi; Pada skenario ini
menggunakan skala prioritas tujuan komoditi yang dihasilkan berdasarkan share
masing- masing komoditi tersebut terhadap PDRB Kabupaten Sidoarjo. Data skala prioritas diperoleh dari merangking besarnya share PDRB masing-
masing komoditi dari yang terbesar sampai yang terkecil. 2. Skenario 2 – Untuk tujuan pembangunan lingkungan ; Pada skenario ini
menggunakan skala prioritas komoditi yang dihasilkan dengan menangkap preferensi stakholders yang diperoleh dari teknik analisis AHP. Tahapan-
tahapannya sebagaimana disajikan pada Gambar 16, meliputi : 1. Penentuan sasaran yang ingin dicapai yaitu skala prioritas.
2. Penentuan alternatif kriteria ditentukan dari stakholders meliputi ; unsur masyarakat, pemerintah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
3. Penentuan alternatif pilihan komoditi barang dan jasa.
Gambar 16. Hirarkhi : Sasaran – Kriteria Stakeholders – Alternatif Komoditi
Alternatif Kriteria
SKALA PRIORITAS
LSM PEMERINTAH
1. Bandeng
2. U. Organik
3. U. Intensif
4. U. Campur
5. Kupang
6. Kerang
7. Garam
8. Kayu Bakar
9. Jasa Lingkungan
10. Keuntungan
PETAMBAK
1. Bandeng
2. U. Organik
3. U. Intensif
4. U. Campur
5. Kupang
6. Kerang
7. Garam
8. Kayu Bakar
9. Jasa Lingkungan
10. Keuntungan 1.
Bandeng 2.
U. Organik 3.
U. Intensif 4.
U. Campur 5.
Kupang 6.
Kerang 7.
Garam 8.
Kayu Bakar 9.
Jasa Lingkungan 10. Keuntungan
Sasaran
82 Menentukan tingkat kepentingan :
a. Matriks perbandingan berpasangan tingkat kepentingan kriteria ditentukan secara subyektif oleh penulis, karena tidak mungkin
mereka melakukan penilaian terhadap posisi relatif mereka satu dengan lainnya.
b. Matriks perbandingan berpasangan tingkat kepentingan alternatif komoditi ditentukan melalui wawancara dengan responden. Dari data
tersebut selanjutnya masing- masing matriks dikuadratkan sehingga diperoleh penjumlahan baris. Langkah ini dilakukan secara terus
menerus iterasi hingga diperole h struktur normalisasi dari penjumlahan baris yang konsisten. Langkah selanjutnya adalah
melakukan perkalian antara stuktur kriteria dengan struktur alternatif, sehingga diperoleh nilai eigen dari masing- masing komoditi.
Dengan melakukan pe-rankingan dari nilai eigen yang paling besar sampai yang terkecil, sehingga diperoleh skala prioritas untuk
masing- masing komoditi. 3. Skenario 3 : Kompromi antara tujuan ekonomi dan tujuan lingkungan dengan
mempertimbangkan pengaruh
terjadinya eksternalitas dan
upaya mengatasinya; Pada skenario ini dibuat sedemikian sehingga menangkap
fenomena eksternalitas yang ditimbulkan antar pelaku kegiatan ekonomi. Dalam skenario ini koefisien teknologi pada jenis-jenis usaha tambak yang
rawan pencemaran diberikan bobot kurang dari 100 persen misal 75 persen : tercemar sedang, 50 persen tercemar berat dan 25 persen tercemar sangat
berat.
83 Dampak eksternalitas bisa diminimalisir dengan memperbanyak tegakan
mangrove, sehingga pola pengusahaan tanaman mangrove bisa dikembangkan di kawasan-kawasan non pantai, misal : sempadan sungai, pematang tambak
dan lain- lain. 4. Skenario 4 : Untuk melihat pengaruh jika hutan mangrove tidak ada ;
Pada skenario ini pola usaha yang layak hanyalah pola usaha yang ketika terjadi penebangan besar-besaran hutan mangrove tahun 1998-1999 terbukti
tetap eksis walaupun kondisi hutan mangrove mengalami kerusakan yang hebat.
5 Skenario 5 : Untuk tujuan melihat pengaruh perubahan harga- harga ; Skenario ini untuk menangkap aspek dinamik yang terjadi di lapangan akibat
terjadinya perubahan harga- harga baik harga input maupun harga output. 6. Skenario 6 : Untuk tujuan melihat kinerja alokasi penggunaan lahan
berdasarkan konsep RTRW Kabupaten Sidoarjo 2002 – 2011. Pada skenario ini beberapa kendala sumberdaya yang harus dipenuhi adalah : a batasan
hutan mangrove lestari adalah 400 m dari garis pantai atau setara dengan 1080 ha, b luas tambak udang organik minimal 7 000 ha.
4.3. Analisis Komparatif