Hutan Mangrove Target Produksi Barang dan Jasa

98 6. Kawasan tambak yang berbatasan dengan sungai harus memperhatikan sempadan sungai, demikian juga bila berbatasan dengan pantai. 7. Pengembangan kawasan tambak perlu diimbangi dengan peningkatan normalisasi saluran dan jalan menuju lokasi tambak. Dari poin-poin tersebut yang sudah diupayakan oleh pemerintah baru sebatas melakukan proteksi kawasan pertambakan dari pencemaran limbah industri yang dibawa melalui Sungai Porong, sedang limbah industri di perkotaan yang disalurkan melalui sungai-sungai kecil belum nampak ada penanganan secara khusus. Barangkali karena sungai-sungai tersebut masih berfungsi sebagai saluran irigasi, sehingga konsentrasi limbah industri terlebih dahulu diserap oleh tanaman pangan sawah sebelum sampai ke lokasi pertambakan. Tabel 8. Rencana Kawasan Perikanan Tambak di Kabupaten Sidoarjo No. Kecamatan Luas Ha 1 Waru 459.6 2 Sedati 4 255.2 3 Buduran 1 860.0 4 Sidoarjo 2 697.6 5 Candi 1 142.4 6 Tanggulangin 435.6 7 Porong 567.0 8 Jabon 4 348.8 Jumlah 15 766.2 Sumber : RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2002 – 2011

5.6. Hutan Mangrove

Hutan mangrove di Kabupaten Sidoarjo terdapat di pesisir timur yang membentang sepanjang 27 km PT. Intermulti Planindo, 2004. Luas hutan mangrove hingga tahun 2004 sebagaimana disajikan pada Tabel 9 mencapai 401.86 ha tersebar di lima kecamatan. Jika luas hutan mangrove tersebut 99 dikonversi kedalam satuan ketebalan hutan mangrove dari garis pantai maka akan diperoleh rata-rata ketebalan 148.83 m dari garis pantai. Kondisi ini masih jauh dari amanat Perda No. 17 Tahun 2003 yang menghendaki terbentuknya ketebalan hutan mangrove mencapai 400 m dari garis pantai. Dengan ketebalan tersebut, maka akan diperoleh luas hutan mangrove mencapai 1 038.25 ha. Hutan mangrove di Kabupaten Sidoarjo banyak didominasi oleh famili Rhizophoraceae seperti ; Rhizophora apiculata, R.mucronata, Bruguira sp. Hutan bakau ini banyak yang telah terganggu karena adanya penebangan yang dilakukan oleh masyarakat masing- masing desa untuk keperluan pencetakan lahan tambak baru, serta untuk keperluan kayu bakar industri batu bata dan genting. Tabel 9. Luas Hutan Mangrove di Kabupaten Sidoarjo No. Kecamatan Luas Ha 1 Waru 6.15 2 Sedati 200.01 3 Buduran 12.31 4 Sidoarjo 20.31 5 Jabon 163.08 Jumlah 401.86 Sumber : RTRW Kabupaten Sidoarjo 2002 – 2011 Keberadaan hutan mangrove ini dalam lima tahun terakhir senantiasa mengalami pertambahan akibat terjadinya sedimentasi yang membentuk tanah timbul tanah oloran. Dalam tiga puluh tahun terakhir dari tahun 1970 – 2003 luas tanah oloran mencapai 3 525.25 ha atau rata-rata mengalami pertambahan 106.825 ha per tahun. Jadi luas hutan mangrove sekarang mencapai 401.86 ha + 100 320.475 ha 1 = 722.335 ha atau setara dengan ketebalan rata-rata hutan mangrove 267.53 m dari garis pantai.

5.7. Target Produksi Barang dan Jasa

Ada enam jenis barang produksi yang dilaporkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo yang berhasil dikumpulkan peneliti secara series dari tahun 1999 - 2005, yaitu : Bandeng, Udang Intensif, Udang Organik, Udang Campur, Kupang Remis dan Kerang. Untuk memperoleh proyeksi target produksi tahun 2006 dan 2011, peneliti menghitung trend produksi dengan menggunakan program perangkat lunak Excel versi Window XP. Hasil dari penghitungan tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 10. Setiap komoditi barang yang dihasilkan di pesisir Sidoarjo menunjukan kecenderungan yang semakin meningkat kecuali untuk produksi udang intensif. Peningkatan kapasitas produksi ini menunjukan bahwa tingkat eksploitasi pemanfaatan lahan masih dibawah potensi dari kemampuan lahan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Sehingga dalam hal ini masih dimungkinkan adanya suatu usaha intensifikasi pemanfaatan lahan. Sedang untuk kasus produksi udang intensif sebelum tahun 2001 ada kecenderungan peningkatan produksi, namun setelah adanya desakan dari berbagai pihak tentang bahaya polusi yang berpotensi mencemari areal disekitarnya seperti usaha tambak organik dan usaha tambak sejenis, maka ada kecenderungan para petambak intensif beralih ke tambak organik. Dari hasil analisis trend untuk tahun 2011 didapatkan angka 1 320.475 Ha diperoleh dari hasil perkalian pertambahan hutan mangrove per tahun sebesar 106.825 Ha dikalikan dengan 3 tahun – terhitung dari 2004 – 2006. 101 yang negatif. Karena tidak ada produksi yang negatif, maka untuk penggunaan target produksi udang intensif tahun 2011 adalah 0 nol. Tabel 10. Produksi Perikanan Kabupaten Sidoarjo dan Target Produksi Produksi ton tahun Tahun Bandeng U Organik U Intens U Campur Kupang Kerang 1999 1 110.80 3 499.500 3 500 1 706.1 2000 1 166.34 3 484.032 3 568 1 982.0 2001 1 224.65 3 655.485 6 615 2 081.1 2002 1 355.22 3 985.045 7 055 1 575.8 2003 1 422.98 4 185.043 6 657 1 654.6 929.48 311.80 2004 1 446.40 3 397.000 4 400 1 638.6 945.26 276.45 2005 1 524.41 3 580.340 3 960 1 727.5 970.09 363.80 Target Produksi 2006 16 071.543 3 769.228 2 633 1616.657 988.8867 369.350 2007 16 785.571 3 790.593 1 478 1 579.189 1 009.1917 395.350 2008 17 499.600 3 811.958 324 1 541.721 1 029.4967 421.350 2009 18 213.629 3 833.323 -830 1 504.254 1 049.8017 447.350 2010 18 927.657 3 854.688 -1 984 1 466.786 1 070.1067 473.350 2011 19 641.686 3 876.052 -3 138 1 429.318 1 090.4117 499.350 2011 19 641.686 3 876.052 1 429.318 1 090.4117 499.350 Sumber : Laporan DKP Kabupaten Sidoarjo 1999 – 2005 diolah. 1. Target Produksi Garam Produksi garam diperoleh dari hasil wawancara dengan petani garam, mereka ada 6 orang pengusaha garam mengusahakan areal seluas 12 ha. Produktivitas per ha tambak garam adalah 10 000 kghatahun – sehingga total produksi garam dalam satu tahun mencapai 120 000 kghatahun. 2. Kayu Bakar Data produksi kayu bakar diperoleh dari hasil pemantauan dilapangan terhadap aktivitas pencarian kayu bakar oleh pencari kayu baik penduduk lokal maupun mereka yang sengaja datang dari daerah lain seperti Kab. Mojokerto yang secara khusus untuk mencari kayu bakar bagi keperluan bahan bakar industri batu bata di wilayah Mojosari - Mojokerto. Kayu bakar yang dieksploitasi dari hutan mangrove setiap hari rata-rata 30 kubik setara dengan 5 buah truck ukuran 34. 102 Jika dalam satu tahun hari kerja efektif pencari kayu bakar 300 hari, maka produksi total kayu bakar mencapai 9 000 kubiktahun atau setara 22.39 kubikhatahun. Angka inilah yang ditetapkan sebagai target produksi kayu bakar. 3. Jasa Lingkungan Untuk dapat menghitung besaran jasa lingkungan, didekati dengan menghitung nilai keberadaan hutan mangrove sebagai penyangga kawasan pesisir dari pencemaran polusi yang dibawa melalui aliran Sungai Porong akibat pembuangan limbah oleh pabrik kertas PT. Ciwi Kimia dan PT. Pakerin. Untuk menghitung nilai keberadaan hutan mangrove digunakan metode substitusi proksi. Artinya jika hutan mangrove tersebut tidak ada sama sekali maka alat apa yang dapat menggantikan keberadaan hutan mangrove tersebut sehingga fungsi perlindungan terhadap ekosistem dari ancaman polusi Kali Porong dapat di cegah. Melihat perilaku polutan yang cenderung mengalir di dasar sungai sehingga polutan tersebut ikut tersedot oleh aktivitas penambangan pasir yang dilakukan oleh para penambang disepanjang bantaran Sungai Porong di wilayah Kabupaten Sidoarjo, maka peneliti mengasumsikan dengan keberadaan sebuah Dam yang berfungsi sebagai bendungan untuk meninggikan permukaan air Sungai Porong – maka polutan akan tersedot keluar oleh penambangan pasir sehingga air sungai yang mengalir ke laut merupakan sisa-sisa air yang sudah bersih karena. tuntutan terhadap pembangunan Dam ini pernah diwacanakan oleh para pendemo pada tahun 1999 dan 2001. Setelah melalui observasi lapangan di sepanjang sungai Brantas terdapat tujuh jenis Dam Bendungan. Diantara ketujuh jenis 103 Dam tersebut karakter Dam yang paling sesuai dengan fungsi sebagai peninggi air permukaan adalah Bendungan Wlingi Raya. Menurut hasil penilaian Asset Management For Hydraulic Infrstructure hasil kerjasama Bappenas dan Bank Dunia tahun 2002 : sebuah bendungan yaitu Bendungan Wlingi yang kurang lebih setara dengan bendungan yang diharapkan masyarakat Sidoarjo mencapai Rp 125 300 000 000,- dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp 9 500 1 untuk usia ekonomis selama 100 tahun sehingga nilai ekono mi Dam kotor adalah Rp 1 253 000 000tahun. Nilai ini masih ditambah dengan biaya perawatan dan operasional yang diperkirakan mencapai Rp 90 000 000tahun 2 , sehingga nilai bersih keberadaan hutan mangrove per tahun adalah Rp 1 343 000 000. Nilai manfaat pilihan diestimasi dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati biodiversity hutan mangrove di Indonesia yaitu sebesar US 15hath atau sekitar Rp 135 000 Ruitenbeek, 1991. Karena luas hutan mangrove mencapai 722.335 ha, maka nilai manfaat pilihan hutan mangrove total mencapai Rp 97 515 225. Angka-angka inilah yang selanjut nya ditetapkan sebagai target nilai jasa lingkungan dari sebuah hutan mangrove, sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 . Prakiraan Nilai Hutan Mangrove Kabupaten Sidoarjo Per Tahun No BarangJasa Total Nilai Rp Nilai Rpha 1. Nilai Eksistensi 1 343 000 000 3 341 959.88 2. Manfaat Pilihan 54 251 100 135 000.00 Total 3 476 959.88 2 Nilai ini ditambah dengan biaya operasional untuk gaji 5 orang pegawai dengan upah Rp 1500000,- orgbln, yang mencapai Rp 90 000 000,- th. Sehingga : 1 253 000 000 + 90 000 000 = Rp 1 343 000 000,- 104 4. Target Keuntungan. Target keuntungan yang diperoleh petani tambak dari hasil usahanya minimal harus lebih besar sama dengan keuntungan yang diperoleh tahun sebelumnya 2005 sebagaimana disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Total Keuntungan Pengelolaan Pesisir Tahun 2006 No. Jenis Pengusahaan Keuntungan per Hektar Rp 000Ha Luas Areal Ha Total Keuntungan Rp 000 1 Bandeng intensif + U. Campur 13 696.7 6481.800 88 779 270.06 2 B intensif + U Cmpr – Tumpang gilir dg Garam 12 569.8 12.000 150 837.60 3 Bndg + U Organik + U Cmpr 11 817 8541.700 100 937 268.90 4 U Intensif 112 200 50.000 5 610 000.00 5 Semi Intensif 62 008.4 680.700 42 209 117.88 6 Eksploitasi Campuran Htn Mangrove 18 879.09 722.335 13 637 027.47 Total 16 488.535 251 323 521.91 Dari hasil perhitungan diatas diperoleh target produksi barang dan jasa dan keuntungan di pesisir Kabupaten Sidoarjo sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Produksi Pesisir Kabupaten Sidoarjo Target Produksi No. BarangJasa Satuan 2006 2011 1 Bandeng Tontahun 16 071.543 19 641.689 2 Udang Organik Tontahun 3 769.228 3 876.052 3 Udang Intensif Tontahun 263.300 4 Udang Campuran Tontahun 1 616.657 1 429.318 5 Kupang Tontahun 988.887 1 090.412 6 Kerang Tontahun 369.350 499.350 7 Garam Tontahun 125.957 125.95728 8 Kayu Bakar mangrove m 3 tahun 9 000.000 9 000.000 9 Jasa Lingkungan Total Rp 000tahun 1 440 515.225 2 160 772.837 10 Keuntungan Rp 000tahun 251 323 521.910 376 985 282.86

VI. MODEL DAN SIMULASI PENGGUNAAN LAHAN

Tujuan pengelolaan lahan kawasan pesisir Kabupaten Sidoarjo adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Akan tetapi untuk kepentingan pemodelan penulis menspesifikasi tujuan pengelolaan lahan kedalam pernyataan yang lebih kongkrit dan mudah untuk dinyatakan dalam pernyataan matematik yang akan disusun. Tujuan spesifik pengelolaan lahan adalah sebagai berikut : 1. Melestarikan lingkungan yang tercermin dari kawasan lindung mangrove. 2. Menghasilkan produk-produk tambak dan hutan mangrove yang tercermin dari masing- masing target produksi. 3. Menghasilkan tingkat keuntungan masyarakat. 4. Pemanfaatan lahan yang memenuhi batas-batas kendala sumberdaya; ketersediaan lahan, lingkungan, sosial tenaga kerja, dan ekonomi sehingga memberikan dampak positif yang maksimal dan berkesinambungan dalam menjamin kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. 5. Menentukan tataguna lahan yang terpadu untuk mengakomodasikan berbagai kepentingan dan kegiatan masyarakat, LSM dan Pemerintah. Tujuan spesifik tersebut yang dapat dikuantifikasikan tidak lain adalah jumlah produksi barang dan jasa kawasan pesisir Kabupaten Sidoarjo pada suatu waktu tertentu yang selanjutnya menjadi target produksi yang harus dicapai dari suatu pengelolaan lahan dengan keterbatasan-keterbatasan sumberdaya, lingkungan, sosial, dan ekonomi.