Teknik Kontrol METODE PENELITIAN

44 kelompok diberikan posttest setelah proses pembelajaran berlangsung. Posttest ini berupa kuesioner media literacy yang sebelumnya telah diuji reliabilitasnya.

D. Teknik Kontrol

Kontrol diperlukan dalam suatu penelitian Matheson, Bruce, dan Beuchamp, 1978 dengan alasan sebagai berikut: 1. Memaksimalkan varian primer Peneliti memanipulasi variabel bebas untuk diketahu pengaruhnya terhadap variabel tergantung, yang diamati adalah varian yang terjadi sehingga akibart dari adanya variabel bebas dan inilah yang disebut dengan varians primer. Varians primer adalah varians yang diharapkan dalam penelitian. Varians itu sendiri adalah perbedaan yang terjadi pada skor yang diamati pada variabel tergantungnya. 2. Mengontrol varians sekunder Varians sekunder adalah hasil dari variabel yang tidak diharapkan, yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran terhadap variabel tergantung. 3. Meminimalkan varians kesalahan Varians kesalahan merupakan hasil dari sejumlah faktor yang dapat menurunkan hasil dari sejumlah faktor yang dapat menurunkan keakuratan pengukuran variabel tergantung. Universitas Sumatera Utara 45 Dalam penelitian ini, peneliti mengontrol variabel lain di luar variabel yang dipelajari, variabel tersebut adalah: 1. Jumlah jam menonton televisi dalam sehari, ketersediaan televisi di kamar tidur, serta jenis kelamin Berdasarkan hasil pra-survei yang telah dilakukan, maka jumlah jam menonton televisi dalam sehari, ketersediaan televisi di kamar tidur, serta jenis kelamin merupakan variabel kontrol yang akan dijadikan patokan dalam melakukan nominal pairing, di mana yang digunakan sebagai kriteria pairing adalah gejala-gejala nominal tersebut Hadi, 2000. Jumlah jam menonton televisi dalam sehari, ada atau tidaknya televisi di kamar tidur, serta jenis kelamin akan menjadi patokan dalam proses matching antara Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol. Pengelompokan subjek berdasarkan tiga variabel kontrol tersebut adalah sebagai berikut: a. Kategori A : 3-5 jam menonton televisi dalam sehari, memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin laki-laki b. Kategori B : 3-5 jam menonton televisi dalam sehari, memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin perempuan c. Kategori C : 3-5 jam menonton televisi dalam sehari, tidak memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin laki-laki d. Kategori D : 3-5 jam menonton televisi dalam sehari, tidak memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin perempuan e. Kategori E : 5-7 jam menonton televisi dalam sehari, memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin perempuan Universitas Sumatera Utara 46 f. Kategori F : 5-7 jam menonton televisi dalam sehari, tidak memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin perempuan g. Kategori G : 7-9 jam menonton televisi dalam sehari, memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin laki-laki h. Kategori H : 7-9 jam menonton televisi dalam sehari, tidak memiliki televisi di kamar tidur, berjenis kelamin laki-laki 2. Kondisi panca indera Merupakan kondisi fisiologis yang dispesifikkan pada kondisi indera meliputi kemampuan untuk melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa. Pada penelitian ini, siswa yang menjadi subjek penelitian harus berada dalam kondisi panca indera audio dan visual yang baik. Artinya apabila seorang anak mengalami kerusakan mata seperti rabun, maka ia harus menggunakan kacamata yang sesuai, sehingga kemampuan penglihatannya menjadi normal. Begitu pula dengan siswa yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran, maka ia harus menggunakan alat bantu dengar.

E. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel