Pembelajaran Media Literacy Televisi

22 4. Pendidikan dan demokrasi media, di mana pemimpin politik telah berusaha menutupi pengaruh media televisi, yaitu mereka yang menggunakan televisi akan mendapatkan cara mereka sendiri tanpa mempedulikan hukum masyarakat ataupun kesempurnaan seseorang. 5. Kepentingan yang meningkat atas komunikasi visual dan informasi, bahwa selama beratus-ratus tahun masyarakat telah dapat membaca dan memahami makna teks. Meskipun demikian sekarang visual image telah dibantah memiliki kepentingan yang lebih daripada kata-kata yang tercetak dan belum ada hubungan dalam memfokuskan membaca makna visual image. 6. Tumbuhnya privatisasi informasi, bahwa informasi adalah sebuah komoditi untuk dibeli dan dijual di mana terdapat kelas baru antara informasi yang banyak dan informasi yang sedikit, dengan informasi yang sedikit tidak akan mungkin menghasilkan informasi yang mereka butuhkan untuk kehidupan yang lebih baik. 7. Mendidik untuk masa depan, bahwa dunia akan didominasi oleh media massa dan teknologi komunikasi khususnya televisi. Generasi masa depan akan membutuhkan pemahaman bagaimana media televisi ini mempengaruhi masyarakat.

D. Pembelajaran Media Literacy Televisi

Menurut Komaruddin, 2000 dalam Dina, 2002, makna kata pembelajaran learning adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau pemahaman atau ketrampilan termasuk penguasaan kognitif, afektif, dan psikomotor melalui Universitas Sumatera Utara 23 studi, pengajaran atau pengalaman. Sedangkan kata belajar learn bermakna suatu upaya untuk memperoleh penguasaan kognitif, afektif, dan psikomotor melalui proses interaksi antara individu dan lingkungan. Atau dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan atau pengalaman mengenai sesuatu yang dipelajari seseorang. Dimyati Mudjiono, 1999 dan Mukhtar Samsu, 2001 dalam Dina, 2002 menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah dimana seorang guru dihadapkan pada siswa. Lebih tegas lagi yang digolongkan dalam proses pembelajaran adalah: 1. Kemampuan pengorganisasian siswa. Sehubungan dengan pengorganisasian siswa, perilaku mengajar yang dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah pembelajaran klasikal atau pembelajaran kelas yang berarti guru melaksanakan pengelolaan kelas agar tercipta kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Guru harus menggunakan teknik-teknik penguatan agar ketertiban belajar terwujud. Di samping pengelolaan kelas, pembelajaran kelas juga menuntut guru melaksanakan pengelolaan pembelajaran agar tercipta suasana senang dalam belajar, pemusatan perhatian pada bahan ajar terwujud dan juga mengikutsertakan siswa secara aktif. 2. Posisi guru dan siswa dalam pengolahan pesan. Pada bagian ini menjelaskan bahwa guru harus berusaha menyampaikan apa yang disebut ”pesan”, dan siswa juga berusaha untuk memperolehnya. Dalam pengolahan pesan, perilaku pembelajaran dapat dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara 24 menggunakan strategi ekspositori yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru dan strategi heuristik yaitu pembelajaran yang terpusat pada siswa. Pada strategi heuristik atau pembelajaran yang terpusat pada siswa ini model pembelajaran yang biasa digunakan adalah inkuiri, yaitu dimana siswa harus mengolah pesan yang diterimanya sehingga dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan. Sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. 3. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran yang menunjukkan hasil belajar dengan meningkatnya kemampuan mental apakah meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran media literacy diharapkan mencakup “segala cara mengkaji, mempelajari dan mengajarkan pada semua tingkat dasar, menengah, tinggi, dewasa dan pendidikan seumur hidup …dan dalam semua konteks, sejarah, kreativitas, penggunaan dan evaluasi media sebagai suatu ketrampilan teknis dan praktis sekaligus sebagai lahan yang ditempati oleh media dalam masyarakat, dampak sosialnya, implikasi komunikasi bermedia, partisipasi, modifikasi modus dari persepsi yang dihasilkannya, peran karya kreatif dan akses ke media” UNESCO, 1979 dalam Nasution, 1994. Universitas Sumatera Utara 25 Tumbuhnya media literacy yakni kemampuan berinteraksi dengan media terutama televisi secara kritis pada anak melalui pembelajaran media literacy di sekolah ataupun di rumah merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran media literacy televisi ini Guntarto Dina, 2002. Guntarto Dina 2002 menyatakan bahwa setelah siswa memperoleh pembelajaran mengenai media literacy dengan fokus media televisi, maka diharapkan para siswa mengetahui bagaimana berinteraksi dengan televisi secara kritis, memiliki sikap dan keinginan yang positif terhadap pola menonton televisi yang kritis, mengurangi jumlah jam menonton televisi dan dapat memilih acara televisi yang aman. Pembelajaran media literacy lebih banyak dioptimalkan melalui jalur sekolah. Pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan media literacy di sekolah umumnya adalah model inkuiri. Menurut Ennis 1962, model inkuiri merupakan sebuah kerangka kerja yang terstruktur yang akan membantu siswa mengenal isu dasar dan memberikan strategi-strategi untuk mengembangkan isi dari subjek tersebut. Model ini membantu untuk menstimulasi pertanyaan terbuka dan memberanikan siswa untuk ingin tahu secara intelektual tentang dunia. Model inkuiri ini secara khusus baik untuk pengenalan aktivitas media literacy dalam setting ruangan kelas. Sebagai contoh, seseorang dapat dengan mudah menggunakan model ini untuk film pendek yang bersifat provokatif, sebuah dokumenter televisi, atau kutipan dari sebuah video film bergambar yang mengandung sebuah dilema moral yang sangat kuat. Melalui pengalaman menarik yang menimbulkan sebuah rentang keseluruhan isu-isu, siswa diberi kesempatan Universitas Sumatera Utara 26 untuk melihat nilai-nilai dari kerangka kerja yang terstruktur tersebut untuk memfasilitasi penelitian yang terfokus dan kemampuan berpikir kritis. Dalam memberikan pembelajaran media literacy televisi ini, peneliti mengacu kepada model disain pembelajaran melingkar circular model yang diajukan oleh Kemp, Morrison Ross Prawiradilaga, 2007 yaitu seperti gambar berikut ini: Gambar 1. Model Disain Pembelajaran Melingkar Circular Model Karakteristik Peserta Didik Sumber Belajar Masalah Pembelajaran Analisis Tugas Tujuan Pembelajaran Urutan Isi Strategi Pembelajaran Penyampaian Pembelajaran Instrumen Evaluasi PERENCANAAN REVISI EVALUASI FORMATIF PENGELOLAAN PROYEK LAYANAN PENDUKUNG EVALUASI SUMATIF Universitas Sumatera Utara 27 Model yang diajukan oleh Kemp, Morrison, Ross ini memiliki disain pembelajaran yang dinamis, dapat dimulai dari mana saja, tidak perlu berurutan, sebagaimana disimbolkan oleh suatu lingkaran yang tidak memiliki garis putus Prawiradilaga, 2007. Adapun rancangan pembelajaran media literacy televisi yang merupakan aplikasi dari gambar model Kemp, Morrison, Ross tersebut adalah : Tabel 1. Rancangan Pembelajaran Media Literacy Televisi Aplikasi Model Disain Pembelajaran Melingkar Unsur Penjelasan Masalah pembelajaran Penilaian awal terhadap peserta didik bahwa peserta didik ternyata tidak mengetahui mengenai media literacy. Karakteristik peserta didik Siswa SMPN 1 Medan kelas VIII semester 2 yang memiliki jumlah jam menonton televisi lebih dari 2 jam dalam sehari. Analisis tugas Diskusi tim, terjabar dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran Agar siswa memiliki media literacy setelah mendapatkan pembelajaran. Urutan isi Rancangan pelaksanaan pembelajaran Strategi pembelajaran Model inkuiri melalui diskusi dan tanya jawab. Universitas Sumatera Utara 28 Penyampaian pembelajaran Melalui ceramah serta pemberian stimulan berupa tayangan televisi. Instrumen evaluasi Kuesioner, untuk mengukur kemajuan peserta didik dan keberhasilan program. Sumber Belajar Disesuaikan dengan rancangan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan di atas, pembelajaran media literacy televisi mencakup segala cara mengkaji, mempelajari dan mengajarkan pada semua tingkat dasar, menengah, tinggi, dewasa dan pendidikan seumur hidup serta dalam semua konteks, sejarah, kreativitas, penggunaan dan evaluasi media sebagai suatu ketrampilan teknis dan praktis untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan media terutama televisi secara kritis pada anak yang dilakukan di sekolah maupun di rumah. Pembelajaran media literacy televisi ini akan dijabarkan dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran yang mengacu kepada model disain pembelajaran melingkar circular model.

E. Tahap Perkembangan Remaja