mempelajari materi pelajaran di sekolah. Tingkat keberhasilan tersebut dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran
tertentu. Berdasarkan pengertian-pengertian tentang hasil belajar, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
menyangkut aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat dinyatakan dalam skor.
2.1.3 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Susanto, 2013: 19. Pembelajaran di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan
dasar baca, tulis hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya Susanto,
2013: 89. Siregar dan Hartini 2011: 13 mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana,
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, serta pelaksanaannya terkendali. Salah satu pembelajaran yang diajarkan di sekolah dasar yaitu
matematika. Susanto 2013: 183 mengatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan
matematika namun juga dapat memberikan bekal dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Susanto 2013: 186 mengatakan
bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru terhadap materi
matematika. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Metode Montessori
Montessori 2013: 1-7 lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia. Montessori adalah anak tunggal dari seorang manajer
perusahaan, Alessandro Montessori. Montessori bersekolah di sebuah sekolah menengah teknik dan melanjutkan ke sekolah kedokteran di Universitas
Roma. Pada tahun 1896, Montessori menjadi perempuan Italia pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Montessori menjadi wakil dari
Italia pada Kongres Perempuan Internasional di Berlin tahun 1896. Dalam sambutannya, Montessori menyerukan peningkatan status sosial dan ekonomi
dari perempuan Italia. Montessori juga mendorong kaum perempuan untuk mengambil posisi di depan dalam reformasi pendidikan dan untuk bekerja
sebagai sukarelawan pengentasan buta huruf di kalangan masyarakat miskin. Montessori 2013: 12 mengatakan bahwa metode Montessori
mendasarkan pembelajaran pada tahap-tahap perkembangan dengan menggunakan bahan-bahan pembelajaran dan melatih siswa-siswa untuk
membangun keterampilan-keterampilan praktis sehingga mereka dapat mencapai sebagian derajat kemandirian. Magini 2013: 54-55 menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran menggunakan media berbasis Montessori diawali dengan 1 direktris mengambil media berbasis Montessori yang akan
digunakan, 2 direktris menunjukkan pada siswa cara menggunakan media berbasis Montessori tersebut, dan diakhiri dengan 3 siswa bekerja
menggunakan media Montessori tersebut sesuai dengan cara yang ditunjukkan oleh direktris. Dalam rangka menjamin karakteristik Montessori
yaitu auto-education dan auto-correction, direktris mengevaluasi kesesuaian tindakan siswa dalam menggunakan media dengan arahan sebelumnya. Jika
tindakan siswa sudah sesuai dengan arahan sebelumnya maka siswa sudah bisa bekerja sendiri menggunakan media tersebut di lain waktu. Jika tindakan
siswa belum sesuai dengan arahan sebelumnya maka direktris akan memberikan bimbingan kembali.
Montessori dalam Magini, 2013: 55 mengatakan bahwa dengan mengalami dan melakukannya sendiri, siswa akan mendapat pengalaman
belajar. Oleh karena itu, Montessori 2002: xvii membela hak anak untuk aktif, untuk mengeksplorasi lingkungannya dan mengembangkan sumber
daya sendiri melalui setiap penyelidikan dan usaha kreatif. Dengan demikian, Magini 2013: 54 mengatakan bahwa tujuan Montessori untuk membuat
siswa-siswa mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri dapat tercapai.
2.1.5 Media Pembelajaran