PENGARUH PENGGUNAAN KARTU POSINEGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU POSINEGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN

PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Indri Puspita Sari NIM 13108241073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU POSINEGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN

PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN

Oleh: Indri Puspita Sari NIM 13108241073

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian eksperimen yang termasuk dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Penelitian ini menggunakan

Nonequivalent Control Group, sehingga ada dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penelitian dilakukan di SD Negeri Sinduadi 1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 yang berjumlah 61 siswa yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas IV A dan IV B. Kedua kelas tersebut digunakan sebagai subjek penelitian. Kelas IV A sebagai kelompok kontrol dan kelas IV B sebagai kelompok eksperimen. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan, yaitu membandingkan mean hasil pretest dan

posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol. Selain membandingkan mean,

analisis data juga dilakukan dengan Uji Gain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD Negeri Sinduai 1 Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai mean posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh 80,74 > 68,82 dan berdasarkan hasil uji gain, diperoleh mean pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 19,63 > 8,97, maka dapat diartikan bahwa kelompok eksperimen memiliki perubahan yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.


(3)

iii

THE INFLUENCE OF POSINEGA CARDS TO THE RESULT OF LEARN MATH ADDITION AND SUBSTRACTION INTEGERS MATTER IN

FOURTH GRADE OF SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN

By:

Indri Puspita Sari NIM. 13108241073

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the influence of the use of posinega cards to the results of learn math of addition and subtraction integers matter fourth grade of SD Negeri Sinduadi 1 Sleman.

Approach that is used is the quantitative approach and is quasi-experimental design. This research used nonequivalent control group design, so that there are two groups that used in this research that is control and experiment group. The research was done in SD N Sinduadi 1. Population in this research were all of fourth grade SD N Sinduadi 1 which consisted of 61 students which divided in two classes that is IV A and IV B. Both of classes is used as a subject of the research. IV A as the control group and IV B as the experiment group. The techniques of collecting data is the test and observation. This research is a research of the population, so that data analysis done with statistics descriptive that is compare mean of the pretest and posttest between the experiment and control group. Besides compared mean, data analysis was also done with gain test. The research results show that there is an influence of the use of posinega cards to the results of learn math of addition and subtraction integers matter fourth grade of SD Negeri Sinduadi 1 Sleman. This is evidenced by the posttest mean value between the experiment and control group is 80,74 > 68.82 and the results of the gain test between experiment and control group is 19,63 > 8,97, so can be defined that the experiment group had the changes higher than control group.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

MOTTO

“Jika Anda berpikiran negatif, maka Anda akan selalu melihat keindahan hidup sebagai kesengsaraan. Jika Anda selalu berpikiran positif, maka Anda akan

melihat segala musibah sebagai kenikmatan.” (Penulis)


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa dan bangsa.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Kartu Posinega terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu sehingga penulisan skripsi ini berjalan baik.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan akademik dan ijin penelitian sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si., Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membimbing, memotivasi, serta memberikan saran dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Sri Rochadi, M.Pd dosen validator yang telah memvalidasi dan

memberi saran dalam proses penyusunan instrumen penelitian.

7. Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd dosen validator media yang telah memvalidasi dan memberi saran dalam proses penyusunan media Kartu Posinega.

8. Bapak Banu Setyo Adi, S.Pd. Kor., M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan yang bermanfaat.


(10)

x

9. Bapak M. Thoharuddin, Kepala Sekolah SD Negeri Sinduadi 1 yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

10. Ibu Riza Yuliantika, S.Pd, wali kelas IVB SD Negeri Sinduadi 1 yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat.

11. Ibu Poniyah, S.Pd. SD, wali kelas IVA SD Negeri Sinduadi 1 yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat.

12. Siswa kelas IVB dan IVA SD Negeri Sinduadi 1 yang telah bersedia sebagai subjek dalam penelitian.

13. Orang tuaku, Bapak Suranto, Bapak Sakri dan Ibu Sundari yang selalu mendoakan, memotivasi, dan selalu memberikan dorongan baik secara moril maupun materiil.

14. Adikku, Anis Dwi Lestari yang selalu memberikan semangat.

15. Penyemangatku, Nanda Akbar Rastiana yang selalu memberikan semangat. 16. Teman-teman kelas D PGSD angkatan 2013 yang selalu memberikan

semangat.

17. Teman-teman Kos Citro yang selalu menghibur dan memberikan semangat. 18. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas

motivasi dan dukungannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan yang positif di bidang pendidikan dan pengajaran khususnya dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Yogyakarta, 21 April 2017 Penulis


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

SURAT PERNYATAAN...iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

MOTTO ...vii

PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik ...9

1. Hasil Belajar ...9

2. Alat Peraga Matematika ...15

3. Kartu Posinega ...16

4. Garis Bilangan ...19

5. Penjumlahan Bilangan Bulat ...20

6. Pengurangan Bilangan Bulat ...24

7. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ...26

B. Kerangka Pikir ...30

C. Penelitian yang Relevan ...32

D. Hipotesis Penelitian ...32

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...34

B. Subjek Penelitian ...36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...37

D. Variabel Penelitian ...39

E. Definisi Operasional ...40


(12)

xii

G. Teknik Pengumpulan Data ...43

H. Instrumen Penelitian ...44

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...47

1. Uji Validitas Instrumen ...47

2. Uji Reliabilitas Instrumen ...49

J. Teknik Analisis Data ...51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ...54

B. Pelaksanaan Penelitian ...56

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...57

1. Data Hasil Perlakuan Kelompok Eksperimen yang Menggunakan Kartu Posinega ...57

2. Data Hasil Perlakuan Kelompok Kontrol yang Menggunakan Garis Bilangan ...61

3. Uji Gain Nilai Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...64

4. Data Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...66

D. Teknik Analisis Data ...69

1. Analisis Mean Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ...69

2. Analisis Uji Gain Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...72

3. Analisis Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...73

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...74

1. Pembahasan Mean Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ...74

2. Pembahasan Uji Gain Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...75

3. Pembahasan Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...76

F. Keterbatasan Penelitian ...77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...78

B. Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA ...80


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pola Desain Penelitian ...36

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes ...45

Tabel 3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kelompok Eksperimen ...46

Tabel 4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kelompok Kontrol ...46

Tabel 5 Hasil Hitung Uji Coba Tes ...48

Tabel 6 Interpretasi Nilai r ...50

Tabel 7 Daftar Jumlah Siswa Kelas IV SD N Sinduadi 1 ...55

Tabel 8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...56

Tabel 9 Kriteria Penilaian Hasil Belajar ...58

Tabel 10 Nilai Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ...58

Tabel 11 Hasil Statistik Tes Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ...59

Tabel 12 Nilai Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ...60

Tabel 13 Hasil Statistik Tes Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ...61

Tabel 14 Nilai Awal (Pretest) Kelompok Kontrol ...61

Tabel 15 Hasil Statistik Tes Awal (Pretest) Kelompok Kontrol ...62

Tabel 16 Nilai Akhir (Posttest) Kelompok Kontrol ...63

Tabel 17 Hasil Statistik Tes Akhir (Posttest) Kelompok Kontrol ...64

Tabel 18 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...64


(14)

xiv

Tabel 20 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran Guru Kelompok

Eksperimen ...66

Tabel 21 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelompok Eksperimen ...67

Tabel 22 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran Guru Kelompok Kontrol ...68

Tabel 23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelompok Kontrol ...69

Tabel 24 Hasil Statistik Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...70

Tabel 25 Hasil Statistik Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...71


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kartu Posinega ...17

Gambar 2 Garis Bilangan ...20

Gambar 3 Contoh Penggunaan Kartu Posinega ...23

Gambar 4 Penjumlahan dengan Garis Bilangan ...24

Gambar 5 Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega...25

Gambar 6 Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega...26

Gambar 7 Paradigma Penelitian ...32

Gambar 8 Kartu Posinega ...41

Gambar 9 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ...58

Gambar 10 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ...60

Gambar 11 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol ...62

Gambar 12 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ...63

Gambar 13 Grafik Garis Nilai Pretest –posttest Kelompok Eksperimen ...65

Gambar 14 Grafik Garis Nilai Pretest –posttest Kelompok Kontrol ...66

Gambar 15 Diagram Batang Mean Pretest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...70

Gambar 16 Diagram Batang Mean Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ....72

Gambar 17 Diagram Batang Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran Guru Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...73

Gambar 18 Diagram Batang Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol...74


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Subjek Penelitian ...83

Lampiran 2 Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen ...85

Lampiran 3 Instrumen Tes ...89

Lampiran 4 Instrumen Observasi ...96

Lampiran 5 Data Hasil Observasi ...100

Lampiran 6 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...104

Lampiran 7 Data Mentah Skor Hasil Belajar (Pretest dan Posttest) Siswa ...106

Lampiran 8 Nilai Pretest dan Posttest Siswa ...110

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Statistik Nilai Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...112

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...116

Lampiran 11 Dokumentasi ...150


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memungkinkan berbagai pihak memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber di dunia. Perkembangan berjalan beriringan dengan perubahan, sehingga ketika perkembangan terjadi dengan pesat, maka perubahan pun akan terjadi dengan cepat. Beberapa kemampuan diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan cepatnya perubahan, yaitu kemampuan untuk mencari, mengolah, dan menggunakan informasi. Kemampuan tersebut diperlukan untuk bertahan hidup dalam dunia yang penuh dengan kompetisi. Kemampuan-kemampuan tersebut memerlukan pemikiran-pemikiran yang sistematis, logis, dan kritis yang dapat dipelajari melalui pembelajaran matematika.

Menurut Prihandoko (2006: 1), matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, konsep-konsep dalam matematika harus dipahami dengan benar dari awal, karena konsep matematika merupakan rangkaian sebab-akibat. Apabila terjadi pemahaman yang salah dalam suatu konsep matematika, maka akan berakibat pada kesalahan pemahaman pada konsep-konsep selanjutnya. Tidak hanya konsep, dalam matematika pun mengandung nilai-nilai matematika yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.


(18)

2

Oleh karena itu, tidak salah jika matematika sudah diajarkan pada pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.

Tingkat perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar (SD) menurut Piaget masih berada pada tahap operasional konkret, yaitu usia 7-12 tahun. Pada tahap operasional konkret, anak belajar memahami konsep melalui manipulasi benda-benda konkret. Maka, ini menjadi tugas seorang pendidik agar dalam menyajikan konsep dalam pembelajaran matematika harus menggunakan alat peraga-alat peraga dan ilustrasi konkret yang kontekstual dengan kehidupan nyata di sekitar anak. Dengan demikian, anak akan menjadi lebih mudah memahami konsep abstrak matematika.

Berdasarkan artikel jurnal yang diambil dari web www.kompasiana.com, bagi kebanyakan pelajar Indonesia, matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit. Ini terbukti dari survei yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) di bawah Organization Economic Cooperation and Development (OECD) yang dilakukan pada 65 negara di dunia tahun 2012 lalu, mengatakan bahwa kemampuan matematika siswa-siswi di Indonesia menduduki peringkat bawah dengan skor 375. Kurang dari 1 persen siswa Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang matematika. Hal ini bisa saja terjadi karena mayoritas guru dalam menyampaikan materi belum menggunakan alat peraga ataupun ilustrasi konkret yang kontekstual dengan kehidupan nyata siswa, sehingga masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.


(19)

3

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang berlangsung di kelas IV SD N Sinduadi 1 Sleman, guru menggunakan metode yang tidak bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah konvensional dalam menjelaskan materi sehingga membuat siswa mudah bosan dan menurunkan konsentrasi siswa selama pembelajaran. Untuk pemahaman, guru menggunakan garis bilangan dalam menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Namun siswa mengalami kesulitan dalam menghitung dan menentukan hasilnya positif atau negatif. Hal ini dibuktikan dengan data rata-rata nilai matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV A SD N Sinduadi 1 Sleman, yaitu 68,8 dari KKM Matematika sebesar 70. Sebanyak 58,8% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM (70) pada evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru setiap akhir subbab pembelajaran. Permasalahan tersebut mungkin saja juga terjadi pada sekolah dasar lain.

Berdasarkan kenyataan tersebut, guru diharapkan berusaha agar siswa tidak merasa kesulitan dan tertarik dalam mempelajari matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru agar siswa menganggap bahwa matematika tidak sulit dan menarik menurut Russefendi (1992: 141) adalah dengan pemakaian alat peraga untuk memudahkan pemahaman siswa. Penggunaan alat peraga merupakan salah satu cara tepat untuk membantu guru dalam menjelaskan konsep abstrak pada siswa sekolah dasar. Dengan adanya alat peraga, maka proses pembelajaran menyenangkan dapat tercipta dan anak akan lebih mudah memahami konsep abstrak matematika.


(20)

4

Penanaman konsep matematika kepada siswa usia sekolah dasar harus menggunakan alat peraga. Salah satu alat peraga yang dapat digunakan guru dalam menjelaskan konsep pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ini adalah menggunakan Kartu Positif Negatif (Posinega). Kartu Posinega menurut Akina, dkk. (2012: 41) dalam web jurnal.untad.ac.id merupakan dua kumpulan potongan-potongan karton yang berbeda. Perbedaan kedua kumpulan karton dapat dilihat dari segi ukurannya atau bentuknya atau warnanya. Kartu Posinega dalam teori belajar matematika Piaget (Pitajeng, 2001: 28), berada pada tahap semi konkret, sedangkan garis bilangan berada pada tahap semi abstrak. Jadi, Kartu Posinega memiliki keunggulan yang lebih daripada garis bilangan, yaitu dapat digunakan guru untuk lebih memudahkan siswa dalam mengenal konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang abstrak bagi siswa.

Dengan demikian, menimbang bahwa usia sekolah dasar kelas IV masih berada pada tahap operasional konkret dan penjumlahan serta pengurangan bilangan bulat mulai dipelajari anak di kelas IV sekolah dasar serta belum ada penelitian yang menggunakan kartu posinega untuk menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SD N Sinduadi 1 Sleman, maka penelitian ini bermaksud menguji adakah pengaruh penggunaan Kartu Posinega terhadap hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD N Sinduadi 1 Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.


(21)

5

1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

2. Dalam menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman, guru hanya menggunakan garis bilangan yang masih bersifat semi abstrak untuk siswa, sehingga siswa kesulitan dalam memahami operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

3. Guru belum menggunakan alat peraga berupa Kartu Posinega untuk mewujudkan konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mennjadi lebih konkret agar lebih memudahkan siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

4. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga membuat siswa mudah bosan dan menurunkan konsentrasi siswa selama pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Agar peneliti dapat mengkaji masalah secara mendalam, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Hal ini penting agar masalah yang dikaji menjadi jelas dan dapat mengarahkan perhatian dengan tepat, sehingga peneliti membatasi masalah pada.

1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

2. Dalam menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat, guru hanya menggunakan garis bilangan yang masih bersifat semi


(22)

6

abstrak untuk siswa, sehingga siswa kesulitan dalam memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

3. Guru belum menggunakan alat peraga berupa Kartu Posinega untuk mewujudkan konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mennjadi lebih konkret agar lebih memudahkan siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pemaparan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Penggunaan Kartu Posinega terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka diidentifikasi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini berhasil dalam pelaksanaannya, maka manfaat yang diperoleh adalah:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai penambah wawasan atau khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya pembelajaran matematika.


(23)

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas

1) Hasil penelitian dapat membantu meningkatkan pembinaan professional dan

supervise kepada guru secara lebih efektif dan efisien.

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam pembelajaran di sekolah.

b. Bagi para guru

1) Hasil penelitian bisa dijadikan bahan pertimbangan guna melakukan koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam melaksanakan tugas profesi. 2) Secara bertahap guru dapat mengetahui dan mengaplikasikan pembelajaran

matematika materi operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dengan menggunakan Kartu Posinega.

3) Guru dapat lebih menciptakan suasana kelas agar menjadi lebih menyenangkan.

c. Bagi Siswa

1) Siswa merasa senang dan lebih memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan digunakannya alat peraga berupa Kartu Posinega.

2) Siswa termotivasi untuk belajar membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan-kegiatan kreatif.


(24)

8 d. Bagi SD Negeri Sinduadi 1

1) Hasil penelitian dapat dijadikan alat evaluasi, terutama dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

2) Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa SD Negeri Sinduadi 1.


(25)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik 1. Hasil Belajar

Hilgrad dalam Anitah (2008: 2.4) mengungkapkan learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in

the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by

factors not attributable to training. Bagi Hilgrad, belajar itu adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan. Menurut Anitah (2008: 2.5) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru.

Dapat dikaji bahwa perubahan itu diperoleh melalui proses latihan dan bersifat adanya penambahan dari perilaku sebelumnya yang lebih baik dan cenderung menetap (tahan lama dan tidak mudah dilupakan). Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Walaupun terkadang hanya nampak salah satu saja yang domain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah kegiatan yang dapat merubah tingkah laku manusia menjadi lebih baik dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika dengan melalui proses latihan.

Menurut Gagne dalam Anitah, dkk (2008: 2.17), sebagai suatu proses belajar ada delapan tipe belajar dari mulai tipe belajar yang sederhana sampai tipe belajar yang kompleks.


(26)

10

a. Belajar isyarat. Bentuk belajar ini yang paling sederhana, yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang, misalnya reaksi mata mengedip ketika kemasukan debu. Contoh dalam pembelajaran adalah ketika guru matematika mengajarkan materi menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan, maka sebagai reaksinya siswa akan menyukai pelajaran matematika.

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi penguatan. Contoh dalam pembelajaran, yaitu siswa diberi penguatan berupa pujian ketika mencoba untuk menjawab pertanyaan, maka siswa akan berusaha mengulang perilaku tersebut.

c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala yang satu dengan yang lain sehingga menjadi rangkaian yang berarti. Contoh dalam pembelajaran, misalnya siswa belajar perkalian. Pertama, siswa belajar berhitung menjumlahkan 2 angka terlebih dahulu, lalu belajar menjumlahkan lebih dari 2 angka, baru kemudian belajar menjumlahkan berulang (perkalian).

d. Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, atau bahasa terhadap rangsangan yang diterimanya. Contoh dalam pembelajaran, guru bertanya, “apa yang dimaksud dengan pembagian?” siswa menjawab, “pengurangan berulang”.


(27)

11

e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya. Contoh dalam pembelajaran, siswa mampu membedakan bangun ruang berdasarkan sifat-sifatnya.

f. Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Contoh dalam pembelajaran, siswa mampu menyebutkan benda-benda yang menyerupai bangun ruang kubus.

g. Belajar prinsip, yaitu menghubungkan beberapa konsep. Contoh, rumus volume kubus adalah sisi x sisi x sisi.

h. Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa prinsip untuk memecahkan masalah. Contoh kemampuan untuk menghitung volume kolam renang yang berbentuk kubus yang akan dipasang keramik.

Kedelapan tipe belajar di atas tersusun secara hierarki, yaitu dari belajar yang paling sederhana hingga belajar yang paling kompleks, yang memberi petunjuk bagaimana terjadinya proses belajar, bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa.

Menurut Piaget (Pitajeng; 2006: 28) perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak. a. Tahap Konkret

Kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Contohnya, mengajarkan konsep penjumlahan dengan menghitung buah jeruk asli yang ditambahkan.


(28)

12 b. Tahap Semi Konkret

Pada tahap ini sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkret lagi seperti pada tahap konkret, tetapi cukup dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Contoh, siswa belajar penjumlahan menggunakan jeruk mainan dari plastik.

c. Tahap Semi Abstrak

Anak memanipulasi atau melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak. Contoh, siswa belajar penjumlahan dengan mengamati gambar jeruk di sebuah kertas.

d. Tahap Abstrak

Anak mampu berpikir secara abstrak dengan melihat simbol tanpa kaitan dengan objek konkret. Contoh, siswa sudah memahami 2 + 3 = 5.

Jadi, untuk mengajarkan anak tentang materi penjumlahan bilangan bulat pada tahap permulaan sebaiknya menggunakan benda-benda konkret sampai akhirnya siswa memahami konsep abstraknya.

Untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran, maka diperlukan pembanding kemampuan sebelumnya dengan kemampuan setelah mengikuti pembelajaran. Perbandingan tersebut dapat dilihat melalui hasil belajar. Hasil belajar menurut Anitah, dkk (2008: 2.19) merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang baru dari siswa yang bersifat positif, menetap, dan komprehensif.


(29)

13

Hal tersebut didukung oleh pendapat Sudjana (2009: 3) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses belajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotoris siswa.

Menurut pendapat Anitah, dkk dan Sudjana di atas dapat dikaji bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa yang menjadi lebih baik setelah mengalami proses belajar mengajar, baik dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (tingkah laku) siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa.

Dalam melaksanakan pembelajaran, selalu saja ditemukan berbagai kelemahan sehingga hasil belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan proses belajar mengajar. Tanpa adanya refleksi, tidak mudah untuk mengetahui aspek-aspek pembelajaran mana yang harus diperbaiki. Refleksi terhadap proses pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penilaian hasil belajar.

Evaluasi menurut Uno dan Koni (2013: 3) adalah pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Hasil pengukuran tersebut biasanya berupa angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi, atau yang lebih dikenal dengan prestasi belajar.

Penilaian hasil belajar menurut Sudjana (2009: 3) adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.


(30)

14

Pendapat Sudjana tersebut sejalan dengan pendapat Akbar (2013: 88) yang menyatakan bahwa penilaian pembelajaran adalah proses memberi nilai berdasarkan hasil pengukuran dengan kualitas nilai tertentu.

Dapat dikaji berdasarkan pendapat Sudjana dan Akbar bahwa penilaian pembelajaran digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa menurut kriteria penilaian tertentu. Misal, penilaian hasil evaluasi dengan rentang skor 81-100 dinilai baik sekali, rentang skor 61-80 dinilai baik, rentang skor 41-60 dinilai cukup, rentang skor 21-40 dinilai kurang, dan rentang skor 0-20 dinilai kurang sekali.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut dilihat baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa. Jadi, penilaian hasil belajar itu didasarkan pada perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian penilaian hasil belajar dari berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian hasil belajar matematika adalah proses menentukan nilai berdasarkan kriteria tertentu untuk melihat perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika.

Setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar, pada tahap akhir pembelajaran guru melakukan penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2009: 4), tujuan penilaian adalah untuk:

a. mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaraan yang ditempuhnya;


(31)

15

b. mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan;

c. menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya;

d. memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Dari tujuan penilaian di atas, adanya penilaian adalah untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Setelah mengetahui hasil pembelajaran, hendaknya sebuah penilaian diikuti dengan tindak lanjut nyata, supaya diketahui mana strategi pembelajaran yang salah dan lemah yang harus diperbaiki agar dapat mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.

2. Alat Peraga Matematika

Alat peraga menurut Ruseffendi (1992: 141) adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan suatu konsep. Dari pengertian tersebut dapat dikaji bahwa alat peraga adalah suatu alat yang digunakan untuk memperjelas suatu konsep abstrak menjadi konsep yang lebih konkret melalui benda-benda di sekitar.

Jadi dapat dikaji bahwa dalam menyampaikan konsep matematika, guru tidak hanya menggunakan metode konvensional saja yang cenderung membuat siswa tidak tertarik terhadap materi. Guru dapat menggunakan benda-benda untuk mewujudkan konsep matematika agar lebih menyenangkan. Benda-benda yang digunakan untuk menerangkan konsep matematika itulah yang disebut dengan alat peraga. Alat peraga dapat berupa benda-benda nyata dan dapat pula berupa


(32)

16

gambar atau diagramnya. Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika menurut Ruseffendi (1992: 139-140), diantaranya.

a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar.

b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

c. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada disekitarnya

Jadi, dapat dikaji bahwa fungsi alat peraga dalam pengajaran matematika menurut Ruseffendi adalah untuk membuat anak tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika serta menganggap bahwa matematika bukanlah mata pelajaran yang sulit, akan tetapi mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Alat peraga membantu siswa mewujudkan konsep abstrak matematika menjadi konsep konkret melalui benda-benda di sekitar, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi.

3. Kartu Posinega

Menurut Akina, dkk. (2012:41) dalam web jurnal.untad.ac.id, kartu posinega adalah dua kumpulan potongan-potongan karton yang berbeda. Perbedaan kedua kumpulan karton dapat dilihat dari segi ukurannya atau bentuknya atau warnanya. Kartu Posinega menurut Subarinah (2006: 49) adalah kartu yang terdiri dari dua set kartu berbentuk persegi panjang berukuran 4cm x 6cm (atau lainnya yang penting kongruen) dengan dua warna yang berbeda, misalnya hitam dan putih.


(33)

17

Dari pendapat Akina, dkk. dan Subarinah dapat dikaji bahwa kartu posinega adalah alat peraga dalam matematika yang terdiri dari dua buah kartu dengan dua warna atau bentuk yang berbeda. Kartu posinega membantu siswa dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dalam penelitian, peneliti menggunakan kartu posinega yang berbeda dari segi warnanya, seperti pendapat Akina dan Sri Subarinah di atas. Peneliti menggunakan kartu posinega yang sama-sama berbentuk bintang yang berwarna merah dan biru yang meragakan bilangan positif dan negatif.

Gambar 1. Kartu Posinega

Ada beberapa aturan dalam penggunaan kartu posinega menurut Subarinah (2006: 50), sebagai berikut.

a. Buat kesepakatan untuk menetapkan kartu positif (untuk bilangan bulat positif) dan kartu negatif (untuk bilangan bulat negatif). Misalnya tetapkan kartu biru sebagai kartu positif dan kartu merah sebagai kartu negatif. Kartu-kartu tersebut diletakkan berbaris dalam dua susun dengan baris atas Kartu-kartu biru dan garis bawah kartu merah (atau sesuai dengan kesepakatan).


(34)

18

b. Definisikan bilangan nol sebagai semua kartu yang berpasangan, artinya banyak kartu biru sama dengan banyak kartu merah.

c. Definisikan suatu bilangan bulat positif sebagai banyaknya kartu biru yang tidak berpasangan, artinya jika ada 2 kartu biru yang tidak berpasangan, maka ini menunjukkan bilangan positif dua (2).

d. Definisikan suatu bilangan bulat negatif sebagai banyaknya kartu merah yang tidak berpasangan, artinya jika ada 3 kartu merah yang tidak berpasangan maka ini menunjukkan bilangan negatif tiga (-3).

Jadi, dalam penggunaan kartu posinega harus ditentukan terlebih dahulu kartu mana yang meragakan bilangan bulat positif dan kartu mana yang meragakan bilangan bulat negatif.

Kelebihan penggunaan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut. a. Melibatkan siswa secara langsung dalam praktiknya sehingga siswa lebih

mudah memahami materi.

b. Dapat mengkonkretkan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. c. Membuat siswa lebih aktif dan senang belajar dengan mencoba menggunakan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Selain kelebihan, ada juga beberapa kekurangan penggunaan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sebagai berikut.


(35)

19

a. Kesepakatan atau aturan penggunaan kartu yang kurang mudah diingat oleh siswa.

b. Suasana kelas menjadi tidak kondusif karena keaktifan siswa dalam menggunakan kartu, apabila guru tidak bisa menguasai kelas.

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di atas, maka dapat dijadikan referensi guru untuk menggunakan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

4. Garis Bilangan

Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan bilangan bulat positif (Subarinah, 2006: 41). Secara geometris menurut Soewito, dkk (1991: 101), himpunan bilangan ini dapat digambarkan dengan garis lurus. Garis lurus ini disebut juga dengan garis bilangan, yaitu garis yang menggambarkan himpunan bilangan bulat melalui titik-titik dengan interval tertentu. Garis ini sering digunakan guru untuk mengajarkan konsep matematika seperti konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan.

Dalam membuat garis bilangan, dimulai dari sembarang titik yang dianggap dan ditandai sebagai titik 0. Pada kedua sisi dari titik 0 dibuat bagian-bagian sama besar dengan kesepakatan arah positif di sebelah kanan titik 0, dan arah negatif di sebelah kiri titik 0. Sehingga, jika digambarkan akan menjadi seperti ini


(36)

20

Gambar 2. Garis Bilangan

Dari gambar di atas terdapat dua titik, yaitu titik A dan titik B. Titik A dipasangkan dengan -4 sebab titik A berjarak 4 satuan dari titik 0 dan di sebelah kiri titik 0. Titik B dipasangkan dengan titik 4 sebab titik B berjarak 4 satuan dari titik 0 dan di sebelah kanan titik 0. Jadi titik-titik lain pada garis bilangan dipasangkan dengan bilangan menurut jarak dan arah dari titik 0. Jika titik itu berada di sebelah kiri titik 0, maka bilangan yang dipasangkan adalah bilangan bulat negatif. Sedangkan jika titik itu berada di sebelah kanan titik 0, maka bilangan yang dipasangkan adalah bilangan bulat positif.

5. Penjumlahan Bilangan Bulat

Darhim (1991: 268), mengemukakan bahwa bilangan bulat merupakan gabungan antara bilangan asli, dengan bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol. Bila ditulis dalam suatu bentuk himpunan bilangan bulat, maka akan diperoleh A= {...., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ...}. Arti titik-titik yang terdapat di dalam himpunan A tersebut menunjukkan bahwa bilangan bulat selalu dimulai dari bilangan bulat negatif tak terhingga sampai dengan bilangan bulat positif tak terhingga. Hal itu sesuai juga dengan pendapat Karim, dkk (1997: 180) dalam Pitajeng (2006: 129) yang mengatakan bahwa gabungan semua bilangan cacah


(37)

21

dan himpunan semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {...., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5...} disebut himpunan bilangan bulat.

Operasi dua atau lebih bilangan-bilangan yang menggunakan tanda (+) lazimnya merupakan operasi tambah atau penjumlahan. Sedangkan tanda (-) adalah operasi kurang atau selisih. Tanda (+) dan (-) di dalam operasi bilangan bulat pada umumnya dikelompokkan sebagai tanda dari bentuk operasi penjumlahan. Misalkan untuk operasi (3 - 7) itu artinya menjumlahkan bilangan positif 3 dengan bilangan negatif 7, atau dapat ditulis ke dalam lambang akan diperoleh bentuk 3 + (-7).

Menurut Wakiman (2001: 61), oleh karena ada tiga kelompok bilangan bulat, yaitu bilangan bulat positif, bilangan bulat nol, bilangan bulat negatif, maka seharusnya ada 6 tipe penjumlahan bilangan bulat. Keenam tipe penjumlahan bilangan bulat tersebut adalah:

a. penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif, misal 2+9; b. penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat nol, misal 9+0; c. penjumlahan bilangan bulat nol dengan bilangan bulat nol;

d. penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif, terbagi menjadi 2, yaitu:

1) penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif dimana harga mutlak suku positif lebih besar daripada harga mutlak suku negatif, misalkan 7+(-4);


(38)

22

2) penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif dimana harga mutlak suku positif lebih kecil daripada harga mutlak suku negatif, misalkan 4+ (-7);

e. penjumlahan nol dan bilangan bulat negatif; misalkan 0 + (-9);

f. penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif, misalkan (-2) + (-7).

Konsep matematika abstrak seperti itu tentu akan sangat meyulitkan siswa untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi penjumlahan bilangan bulat. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang tepat dan menyenangkan agar siswa dapat mempelajari materi penjumlahan bilangan bulat secara efisien. Salah satunya adalah dengan digunakannya alat peraga Kartu Posinega. Tujuan dari menggunakan alat peraga dalam menanamkan konsep penjumlahan adalah agar siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Berikut penjelasan mengenai penggunaan alat peraga Kartu Posinega dan garis bilangan dalam penjumlahan bilangan bulat.

Dalam menjelaskan konsep penjumlahan untuk siswa pada tahap permulaan, harus diawali dengan menggunakan benda konkret, seperti alat peraga Kartu Posinega. Cara menggunakan alat peraga Kartu Posinega dalam operasi hitung penjumlahan bilangan bulat, misalnya guru akan mengajarkan penjumlahan 2 + (-3) dengan menggunakan alat peraga Kartu Posinega. Pertama, guru mengambil 2 buah kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan menempelkannya di papan tulis. Kemudian guru mengambil 3 buah kartu bintang berwarna merah yang meragakan bilangan bulat negatif dan menempelkannya di


(39)

23

papan tulis, berpasangan dengan kartu bintang biru. Kartu yang berpasangan dinilai 0, sedangkan kartu yang tidak berpasangan adalah hasilnya.

Gambar 3. Contoh Penggunaan Kartu Posinega

Gambar di atas meragakan pengurangan 2 + (-3) = -1. Kartu biru meragakan bilangan bulat positif 2 dan kartu merah meragakan bilangan bulat negatif 3. Ada sebanyak 2 pasang kartu biru dan merah yang berpasangan, dan menyisakan satu buah kartu merah yang meragakan bilangan bulat negatif. Maka, hasil penjumlahan 2 + (– 3) = -1.

Contoh penggunaan garis bilangan dalam menjelaskan konsep penjumlahan. Misalkan, untuk penjumlahan 2 + (–3), maka posisi awal anak panah berada di titik 0 menghadap ke arah kanan (arah bilangan positif), kemudian anak panah bergerak maju 2 satuan dari titik 0, sehingga berada di bilangan 2. Kemudian anak panah mengarah ke arah kiri (arah bilangan negatif), dan bergerak 3 satuan kearah kiri. Maka, anak panah akan berhenti di bilangan -1, sehingga dapat disimpulkan bahwa 2 + (– 3) = -1

+

+


(40)

24

Gambar 4. Penjumlahan dengan garis bilangan

Dengan menggunakan alat peraga diharapkan siswa akan menjadi lebih mudah memahami suatu konsep abstrak matematika. Setelah siswa memahami materi, maka hasil belajar akan meningkat dan tujuan pembelajaran pun tercapai dengan optimal.

6. Pengurangan Bilangan Bulat

Mengingat bahwa pengurangan tidak bersifat komutatif, maka Wakiman (2001: 67) menyatakan bahwa ada 9 tipe pengurangan bilangan bulat, yaitu: a. bilangan bulat positif dikurangi bilangan bulat positif dimana terkurang lebih

kecil daripada pengurang, misalkan 5-9;

b. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif dimana terkurang lebih besar daripada pengurang, misalkan (-7) – (-4);

c. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif dimana terkurang lebih kecil daripada pengurang, misalkan (-4) – (-7);

d. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif dimana terkurang sama dengan pengurang, misalkan (-4) – (-4);

e. bilangan bulat nol dikurangi bilangan bulat positif, misalkan 0 – 5; f. bilangan nol dikurangi bilangan bulat negatif, misalkan 0 – (-8); g. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat nol, misalkan (-6) – 0;


(41)

25

h. bilangan bulat positif dikurangi bilangan bulat negatif, misalkan 9 – (-10); i. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat positif, misalkan (-11) – 7.

Cara menggunakan alat peraga Kartu Posinega dalam operasi hitung pengurangan bilangan bulat, misalkan guru akan mengajarkan pengurangan 4 - 1 dengan menggunakan alat peraga Kartu Posinega. Pertama, guru menjelaskan bahwa 4 dan 1 merupakan bilangan positif. Guru menekankan bahwa tanda kurang dan negatif itu berbeda. Pengurangan berarti mengambil kartu yang dikurangkan. Guru mengambil 4 buah kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan menempelkannya di papan tulis. Karena dikurang 1, maka guru melepas kartu bintang biru sebanyak 1 buah dari papan tulis. Sehingga tersisa 3 buah kartu bintang berwarna biru. Jadi, 4 – 1 = 3.

Gambar 5. Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega

Bagaimana jika terdapat soal bilangan pengurang lebih kecil daripada bilangan yang dikurang? Misalkan 2 – 4. Pertama, guru menjelaskan bahwa 2 dan 4 merupakan sama-sama bilangan positif. Guru menekankan bahwa tanda kurang dan negatif itu berbeda. Pengurangan berarti mengambil kartu yang dikurangkan. Guru mengambil 2 buah kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan menempelkannya di papan tulis. Karena pengurangan berarti diambil/ dilepas, maka seharusnya ada 4 kartu bintang berwarna biru yang dilepas. Tetapi hanya ada 2 kartu bintang berwarna biru yang tertempel di papan tulis.


(42)

26

Maka, cara yang digunakan adalah ditambah dengan bilangan nol (0), karena bilangan berapa pun jika ditambah dengan bilangan nol (0) hasilnya akan tetap. Bilangan nol (0) diperagakan dengan banyaknya kartu bilangan positif sama dengan kartu bilangan negatif. Maka tempelkan lagi 2 kartu bilangan positif dan 2 kartu bilangan negatif. Maka, terdapat 4 kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan 2 kartu berwarna merah yang meragakan bilangan bulat negatif. Sekarang sudah terdapat kartu bilangan positif yang sudah bisa dikurangkan/ dilepas dan tersisa 2 buah kartu bintang berwarna merah yang artinya hasilnya adalah -2. Berikut gambar penjelasan pengurangan bilangan bulat 2 – 4 agar lebih jelas.

Gambar 6. Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega

7. Karakteristik Siswa Kelas IV SD

Salah satu hal yang perlu diketahui tentang anak adalah masa-masa perkembangannya. Salah satu teori untuk memahami perkembangan anak yang banyak digunakan adalah teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut Piaget

+

+


(43)

27

(Sanjaya, 2008: 260), perkembangan kognitif setiap anak berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu.

a. Sensorimotor (0-2 tahun)

Tahap sensorimotor berlangsung dari anak lahir hingga usia 2 tahun, kognitif anak masih terbatas namun sangat mendasari dan menentukan perkembangan kognitif selanjutnya. Pada tahap ini anak belum memahami prinsip kekekalan. Anak belajar dengan mengandalkan inderanya. Contoh, anak memasukkan benda yang dipegangnya ke dalam mulut untuk mengetahui benda apa yang sedang dipegangya itu.

b. Praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap praoperasional anak mulai tertarik dengan benda-benda di sekitarnya dan sudah tidak lagi hanya mengandalkan inderanya seperti pada tahap sensorimotor. Anak mulai memanipulasi benda di sekitar dan sering menanyakan nama benda-benda di sekitar.

c. Operasional konkret (7-11 tahun)

Tahap operasional konkret merupakan usia anak sekolah dasar. Pada tahap ini, anak dapat memahami konsep abstrak melalui benda konkret. Maka dari itu, dalam proses belajar mengajar hendaknya menggunakan media pembelajaran (alat peraga).

d. Operasional Formal (12-14 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak sudah memahami konsep abstrak dan berpikir logis tanpa melalui benda-benda konkret.


(44)

28

Anak usia SD usia 7-11 tahun jika dilihat dari perkembangan kognitifnya menurut teori perkembangan kognitif Piaget berada pada tahap operasional konkret, dimana anak dapat memahami konsep abstrak melalui benda-benda konkret. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi pembelajaran hendaknya menggunakan benda-benda konkret untuk mewujudkan konsep abstrak kepada siswa sekolah dasar.

Selain memahami perkembangan intelektual anak, seorang guru juga harus memahami sifat-sifat anak SD berdasarkan kelompok umurnya sehingga lebih mudah menangani anak didiknya dalam belajar. Menurut Kardi dalam Pitajeng (2006: 9), sifat anak SD dikelompokkan menjadi 2, yaitu pada umur 6-9 tahun (anak SD tingkat rendah) dan pada umur 9-12 tahun (anak SD tingkat tinggi). a. Sifat anak SD kelompok umur 6-9 tahun

Pada kelompok usia ini, anak duduk di kelas 1-3 SD. Anak kelompok umur ini sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah merasa letih dan memerlukan istirahat. Koordinasi otot-otot kecil belum sempurna, karena itu masih ada beberapa yang belum bisa memegang pensil dengan baik. Guru sebaiknya menghindari pembelajaran yang menuntut siswa untuk sering menulis. Sebaliknya, guru harus menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dagar siswa bersemangat untuk belajar.

Sifat-sifat sosial anak SD kelompok usia ini adalah mereka mulai memilih kawan yang disukai dan mulai senang membentuk kelompok bermain. Oleh karena itu, guru dalam pembelajaran sebaiknya membentuk kelompok belajar


(45)

29

dengan memperhatikan anggota kelompoknya. Guru sebaiknya tidak memaksakan anak untuk masuk ke dalam kelompok yang tidak disukainya.

Sifat-sifat emosional yang dimiliki oleh kelompok usia ini adalah mereka sangat menaruh perhatian pada apa yang dirasakan oleh teman-temannya. Mereka sangat sensitif terhadap celaan atau kritikan terhadap dirinya dan teman-temannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya guru harus bijaksana dalam memberikan kritikan. Guru tidak boleh langsung mengatakan ‘salah’ jika pekerjaan siswa belum tepat, tetapi dibimbing untuk mengarahkan ke jawaban yang benar.

Sifat mental pada kelompok ini adalah senang belajar. Guru harus bijaksana dalam mengelola pembelajaran agar siswa selalu merasa senang, misalnya memberikan pujian ketika siswa menjawab dengan benar.

b. Sifat anak SD kelompok umur 9-12 tahun

Pada kelompok usia ini, anak berada di kelas 4-6 SD. Sifat-sifat fisik anak dalam usia ini adalah senang menggunakan benda-benda kecil. Untuk pembelajaran sebaiknya melakukan kegiatan-kegiatan seperti menggunting dan menyusun. Contohnya, membangun bangun-bangun dari potongan tangram atau pancagram

Sifat sosial kelompok ini adalah mulai dipengaruhi oleh tingkah laku kelompok dan terjadi persaingan antar kelompok. Untuk mengatasi sifat tersebut, dalam pembelajaran guru sebaiknya membentuk kelompok berdasarkan jenis kelamin. Kemudian pembelajaran dikemas dalam suatu permainan perlombaan. Dalam permainan tersebut, guru menyisipkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa,


(46)

30

seperti bertanggung jawab, jujur, dan menghargai kelompok lain. Sifat mental kelompok ini adalah mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan kritis. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan apa yang dia peroleh di depan kelas.

Siswa kelas IV masuk ke dalam kelompok usia 9-12 tahun, dimana sifat siswa kelas IV diantaranya adalah senang menggunakan alat-alat dan benda-benda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika pada kelas IV sangat perlu menggunakan benda-benda atau alat peraga untuk menjelaskan materi-materi pembelajaran.

B. Kerangka Pikir

Belajar merupakan proses yang dapat merubah tingkah laku manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan belajar matematika adalah kegiatan yang dapat merubah tingkah laku manusia menjadi lebih baik dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika. Berbagai hambatan sering terjadi dalam proses pembelajaran matematika. Hambatan-hambatan itu bisa dari pihak guru, maupun pihak siswa. Hambatan yang sering terjadi salah satunya adalah saat guru harus mewujudkan suatu konsep abstrak melalui benda-benda konkret. Benda-benda yang digunakan untuk mewujudkan suatu abstrak dalam pembelajaran itulah yang dinamakan dengan alat peraga. Alat peraga merupakan salah satu solusi untuk mengatasi hambatan dari proses pembelajaran. Jadi, dalam pembelajaran guru tidak selalu menyampaikan materi dengan ceramah saja, karena untuk usia anak SD akan sulit memahami jika tidak diragakan dengan benda konkret. Dengan penggunaan alat peraga dalam


(47)

31

pembelajaran matematika, selain mendengar penjelasan dari guru, siswa juga dapat mempraktikannya sehingga siswa belajar melalui pengalaman secara langsung. Siswa yang belajar melalui pengalaman secara langsung akan lebih mudah memahami dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru.

Dalam penelitian pada pembelajaran matematika ini peneliti menggunakan alat peraga berupa Kartu Posinega untuk menyampaikan konsep mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat di kelompok eksperimen. Alat peraga Kartu Posinega ini berfungsi untuk mewujudkan konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat. Selain itu penggunaan kartu posinega juga melibatkan siswa secara langsung dalam praktiknya dan membuat siswa lebih aktif serta senang belajar dengan mencoba menggunakan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Penggunaan garis bilangan dalam menjelaskan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat seperti yang sering digunakan oleh guru tidak dapat mengkonkretkan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sehingga siswa kesulitan dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, walaupun bisa saja dalam pembelajaran guru dapat melibatan siswa secara langsung dalam praktiknya sehingga siswa lebih mudah mengingat materi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa kartu posinega dan garis bilangan dapat digunakan guru untuk menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dengan demikian, dapat digambarkan dalam paradigma sebagai berikut.


(48)

32

Gambar 7. Paradigma Penelitian

X = pembelajaran menggunakan alat peraga Kartu Posinega Y = pembelajaran menggunakan garis bilangan

Z = hasil belajar materi penjumlahan pada bilangan bulat siswa kelas IV SD

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Maslinawati (2015) dalam web idr.iain-antasari.ac.id tentang “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Bulat dengan Menggunakan Media Kartu Posinega dan Garis Bilangan Di Kelas VII Mts.Izharussalam Baruh Jaya Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan media kartu Posinega termasuk dalam kategori baik sekali dan hasil belajar dengan menggunakan Garis Bilangan termasuk dalam kategori baik. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan media kartu Posinega dan garis bilangan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja: “Ada pengaruh penggunaan

X

Y


(49)

33

kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman”.


(50)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Nazir (2003: 84) adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Jadi desain penelitian yang baik adalah yang memuat pengumpulan dan analisis data dari penelitian yang dilakukan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka. Sementara itu Sugiyono (2007: 107) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang termasuk dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design) karena dalam desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Alasan peneliti memilih penelitian eksperimen karena suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment

atau perlakuan, yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai pengaruhnya. Ada persamaan antara desain eksperimen semu (quasi-experimental design)


(51)

35

dapat mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen dan sampel tidak dipilih secara random. Penelitian ini menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel, karena tidak bermaksud membuat generalisasi. Perbedaan antara kedua desain tersebut terletak pada pola desain. Pada desain pra eksperimen, tidak ada pola desain yang menggunakan pretest

untuk mengetahui kemampuan atau kondisi awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan pada desain eksperimen semu, terdapat pola desain yang menggunakan pretest untuk mengetahui kemampuan atau kondisi awal kedua kelompok. Sehingga penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu

(quasi-experimental design).

Menurut Sugiyono (2010: 84), dalam eksperimen semu (quasi experimental) ada dua bentuk desain, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design (pretest-posttest yang tidak ekuivalen), sehingga ada dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jadi dalam desain ini, dimulai dengan memberikan tes awal atau

pretest sebelum perlakuan untuk mengukur kondisi awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa penggunaan kartu posinega dan pada kelompok kontrol juga diberi perlakuan seperti yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu menggunakan garis bilangan untuk menyampaikan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen dan kontrol, kemudian kedua kelompok tersebut diberi tes akhir untuk melihat hasil belajar kelompok


(52)

36

siswa yang menggunakan kartu posinega dan hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan garis bilangan. Berikut ini adalah desain penelitian eksperimen semu Nonequivalent Control Group Design.

Tabel 1. Pola Desain Penelitian

Keterangan:

: tes awal kelompok eksperimen (pretest)

: tes akhir kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan (posttest)

: tes awal kelompok kontrol (pretest)

: tes akhir kelompok kontrol (posttest) setelah diberi perlakuan

: pemberian perlakuan (treatment) berupa penggunaan kartu posinega pada kelompok eksperimen

Y : pemberian perlakuan (treatment) yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu penggunaan garis bilangan pada kelompok kontrol

B. Subjek Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2010: 90) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi dapat dimaknai bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Selain itu, populasi bukan juga sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang melekat pada subyek atau obyek tersebut.

X Y


(53)

37

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 yang berjumlah 61 siswa dan dibagi dalam dua kelas, yaitu kelas IV A dan IV B. Peneliti menggunakan kedua kelas tersebut sebagai subjek penelitian. Kedua kelas memiliki kondisi dan kemampuan yang sama, maka berdasarkan saran dari kedua guru kelas, kelas IV A yang berjumlah 34 siswa dijadikan sebagai kelompok kontrol, yaitu kelompok pembanding dan mendapat perlakuan seperti yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu penggunaan garis bilangan dan kelas IV B yang berjumlah 27 siswa sebagai kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang mendapat perlakuan berupa penggunaan kartu posinega.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Sinduadi 1 yang beralamat di Jalan Magelang, Sinduadi, Mlati, Sleman. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki semua aspek pendukung agar penelitian berjalan dengan baik, salah satunya adalah dekat dengan tempat tinggal peneliti. Selain itu, peneliti menentukan SD Negeri Sinduadi 1 sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut mempunyai kelas yang paralel sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan antara bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Maret 2017. Adapun perinciannya sebagai berikut.


(54)

38

1. Pra Pelaksanaan Penelitian

a. Survei

Survei yang dilaksanakan peneliti disini adalah meninjau secara langsung lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu SD Negeri Sinduadi 1.

b. Menentukan Judul dan Topik Penelitian

Setelah melakukan survei lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan diketahui bahwa ada suatu permasalahan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan judul penelitian yang diikuti rumusan masalah.

c. Menentukan Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat yang dapat digunkan untuk mengumpulkan data-data tentang hasil belajar siswa.

d. Pembuatan Proposal

Berdasar hasil dari survei lapangan dan kajian pustaka, maka disusunlah proposal penelitian untuk diajukan kepada dewan skripsi.

e. Menyelesaikan Administrasi Penelitian

Setelah diajukan dan disetujui oleh dewan skripsi, maka langkah selanjutnya adalah menyelesaikan masalah administrasi yang berhubungan erat dengan surat perizinan.


(55)

39

2. Pelaksanaan a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama proses penelitian berlangsung. Proses pengumpulan data yaitu dengan menggunakan tes hasil belajar siswa tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

b. Proses Bimbingan

Proses bimbingan dengan dosen pembimbing telah peneliti lakukan mulai dari persiapan penelitian sampai dengan menjelang siding ujian skripsi. c. Pengolahan Data

Untuk menguji kebenaran informasi, dilakukan pengolahan data agar akurat dan valid.

3. Penyusunan Laporan

a. Penyusunan data

Penyusunan data dilakukan setelah data diolah, kemudian disusun menjadi suatu laporan yang sistematis.

b. Pengetikan Data

Data diketik setelah tersusun sistematis. c. Penggandaan Laporan Penelitian

Penggandaan laporan penelitian dilakukan setelah mendapat tanda tangan pihak-pihak terkait pada surat pengesahan.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010: 39) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu


(56)

40

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas (independent) adalah penggunaan alat peraga kartu posinega 2. Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar matematika materi

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1.

E. Definisi Operasional

1. Penggunaan Kartu Posinega

Kartu posinega adalah alat peraga dalam matematika yang terdiri dari dua set kartu dengan dua warna atau bentuk yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kartu posinega yang sama-sama berbentuk bintang yang berwarna biru dan merah. Kartu bintang berwarna biru meragakan bilangan bulat positif, sedangkan kartu bintang berwarna merah meragakan bilangan bulat negatif.


(57)

41

Gambar 8. Kartu Posinega

Jadi, yang dimaksud dengan penggunaan kartu posinega adalah penggunaan kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan kartu bintang berwarna merah yang meragakan bilangan bulat negatif untuk menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.

2. Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat

Hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah nilai atau skor yang diperoleh peserta didik melalui tes kognitif berupa soal C2 sampai C3 tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan range 0 – 100 setelah mengikuti pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

F. Prosedur Penelitian

Setiap penelitian memiliki prosedur penelitian tersendiri yang sesuai dengan jenis penelitiannya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 209), strategi atau langkah-langkah penelitian eksperimen, yaitu mengadakan studi literatur, mengadakan identifikasi dan merumuskan masalah, merumuskan batasan masalah dan dukungan teori, menyusun rencana eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan mengolah data.


(58)

42

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka disusun langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

1. Pra-eksperimen

a. Peneliti melakukan survei ke tempat penelitian

b. Peneliti melakukan studi literatur terkait variabel-variabel penelitian

c. Peneliti menentukan metode penelitian, desain penelitian, dan teknik pengumpulan data

d. Peneliti membuat instrumen penelitian

e. Peneliti menyusun RPP dan LKS yang digunakan untuk penelitian f. Peneliti mengonsultasikan instrumen penelitian kepada ahli

g. Peneliti melaksanakan uji coba instrumen penelitian kepada responden dan menetapkan instrumen penelitian yang tepat

2. Eksperimen

a. Tes awal

Pada tahap ini, peneliti memberikan soal atau tes awal terkait materi yang akan diteliti kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapatkan perlakuan.

b. Perlakuan

Pada tahap perlakuan, peneliti melaksanakan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesuai dengan RPP yang telah disusun. Pada kelompok eksperimen, peneliti menggunakan alat peraga kartu posinega untuk menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Sedangkan pada kelompok kontrol, peneliti menggunakan garis bilangan.


(59)

43 c. Tes akhir

Setelah diberi perlakuan, peneliti memberikan soal tes kepada kelompok kontrol dan eksperimen agar diketahui hasil belajar siswa kedua kelompok.

3. Pasca-eksperimen

a. Peneliti mengumpulkan data dari proses eksperimen

b. Menyusun data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan c. Menganalisis data yang telah didapat

d. Menyimpulkan hasil penelitian e. Menyusun laporan penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003: 174). Sedangkan menurut Arikunto (2010: 100), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Jadi, dapat dikaji bahwa yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk mengumpulkan data dengan prosedur yang sistematis untuk menguji hipotesis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu.

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi menurut Sugiyono (2011: 145) digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibagi menjadi 2, yaitu observasi berperan serta dan observasi nonpartisipan. Dalam observasi berperan serta,


(60)

44

peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang atau obyek yang sedang diamati. Sedangkan observasi nonpartisipan, peneliti hanya sebagai pengamat, tidak terlibat langsung dalam kegiatan orang-orang yang sedang diamati.

2. Tes

Tes sebagai instrumen pengumpul data menurut Subana, dkk (2000: 28) adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ada beberapa macam tes instrumen pengumpul data, yaitu.

1. Tes kepribadian, untuk mengungkapkan kepriadian seseorang 2. Tes bakat, untuk mengukur bakat seseorang

3. Tes prestasi, untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu

4. Tes inteligensi, untuk mengukur tingkat intelektual seseorang 5. Tes sikap, untuk mengukur berbagai sikap orang

Data yang dikumpulkan adalah data tentang hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif yang diperoleh melalui pretest dan posttest yang telah ditentukan oleh peneliti dan data pengamatan kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

H. Instrumen Penelitian

Menurut Anggoro (2009: 5.2) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan. Instrumen


(61)

45

biasanya digunakan peneliti untuk mengamati atau menanyai responden sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan.

Penelitian ini menggunakan tes dan observasi sebagai instrumen penelitian. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai instrumen penelitian yang akan digunakan.

1. Soal Tes

Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk isian (completion test).

Tes isian biasa kita sebut dengan tes melengkapi atau tes menyempurnakan. Sebelum tes disusun terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tesnya dan setelah itu diujicobakan kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Variabel Kompetensi

Dasar

Indikator No Item Soal

Gugur Hasil Belajar

Matematika Memahami pola penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan hal-hal

yang konkrit

dan garis

bilangan

Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif

1, 2 2

Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

3, 4, 5 5

Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif

6, 7, 8 -

Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif

9, 10, 11 9

Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan nol dan sebaliknya

12, 13 13

Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan nol dan sebaliknya

14, 15, 16 15, 16 Mengurangkan bilangan bulat positif

dengan bilangan bulat positif

17, 18, 19 18, 19 Mengurangkan bilangan bulat positif

dengan bilangan bulat negatif

20, 21, 22 20 Mengurangkan bilangan bulat negatif

dengan bilangan bulat positif

23, 24, 25 -

Mengurangkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif

26, 27, 28 26, 28 Mengurangkan bilangan bulat positif

dengan bilangan nol dan sebaliknya

29, 30, 31 30, 31 Mengurangkan bilangan bulat negatif

dengan bilangan nol dan sebaliknya

32, 33, 34, 35

34, 35


(62)

46 2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati kesesuaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh peneliti. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Lembar observasi pada kelompok eksperimen berisi langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kartu posinega untuk menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sedangkan lembar observasi pada kelompok kontrol berisi tentang langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan garis bilangan. Berikut kisi-kisi instrumen lembar observasi.

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Kelompok Eksperimen Kegiatan

Pembelajaran

Aspek yang Diamati

Kegiatan Inti 1. Guru mengenalkan kartu posinega kepada siswa.

2. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa kartu bintang biru meragakan bilangan bulat positif dan kartu bintang merah meragakan bilangan bulat negatif.

3. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bilangan bulat nol merupakan banyaknya kartu biru dan kartu merah yang berpasangan.

4. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bilangan bulat positif merupakan banyaknya kartu biru yang tidak berpasangan.

5. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bilangan bulat negatif merupakan banyaknya kartu merah yang tidak berpasangan.

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Kelompok Kontrol Kegiatan

Pembelajaran

Aspek yang Diamati

Kegiatan Inti 1. Guru mengenalkan garis bilangan kepada siswa.

2. Guru menjelaskan kepada siswa jika positif maka arah panah maju. 3. Guru menjelaskan kepada siswa jika negatif maka arah panah

mundur.

4. Guru menjelaskan kepada siswa jika ditambah maka arah panah

“jalan terus”.

5. Guru menjelaskan kepada siswa jika dikurang maka arah panah


(63)

47

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2011: 121) menjelaskan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen juga dapat menggambarkan data sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

a. Uji Validitas Instrumen Soal Tes

Uji validitas tes hasil belajar kognitif yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran berdasarkan kisi-kisi instrumen. Validitas konstruk dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli, yaitu kepada dosen ahli Konsep Dasar Matematika, Bapak Sri Rochadi, M.Pd. untuk mengetahui kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi. Setelah instrumen dibuat, maka instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa kelas IV SD Negeri Widoro yang memiliki karakteristik yang relatif sama dengan SD Negeri Sinduadi 1.

Setelah instrumen diujicobakan, maka peneliti akan memperoleh data. Data tersebut dihitung menggunakan rumus. Untuk pengukuran validitas tes digunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

= korelasi antara variabel X dengan Y N = Jumlah individu


(64)

48 = Jumlah nilai variabel X

= Jumlah nilai variabel Y

= Jumlah kuadrat nilai variabel X = Jumlah kuadrat nilai variabel Y

(∑ = Jumlah kuadrat nilai variabel X dikuadratkan (∑Y = Jumlah kuadrat nilai variabel Y dikuadratkan ∑ = jumlah hasil kali variabel X dan Y

Hasil perhitungan dari SPSS 16.0 kemudian dikonsultasikan dengan dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal instrumen hasil belajar dikatakan valid jika . Jika koefensi korelasi instrumen 0,497, maka instrumen tersebut valid.

Tabel 5. Hasil Hitung Uji Coba Tes

No Butir

Soal

r hitung r

tabel Keterangan

No Butir Soal r hitung r

tabel Keterangan

1 0,515 0,497 Valid 21 0,500 0,497 Valid

2 0,318 0,497 Tidak Valid 22 0,512 0,497 Valid

3 0,592 0,497 Valid 23 0,678 0,497 Valid

4 0,647 0,497 Valid 24 0,668 0,497 Valid

5 0, 015 0,497 Tidak Valid 25 0,678 0,497 Valid

6 0,522 0,497 Valid 26 0,168 0,497 Tidak Valid

7 0,498 0,497 Valid 27 0,552 0,497 Valid

8 0,647 0,497 Valid 28 0,164 0,497 Tidak Valid

9 0,171 0,497 Tidak Valid 29 0,722 0,497 Valid

10 0,647 0,497 Valid 30 0,138 0,497 Tidak Valid

11 0,617 0,497 Valid 31 -0,073 0,497 Tidak Valid

12 0,592 0,497 Valid 32 0,535 0,497 Valid

13 0,403 0,497 Tidak Valid 33 0,535 0,497 Valid

14 0,691 0,497 Valid 34 0,146 0,497 Tidak Valid

15 0,320 0,497 Tidak Valid 35 0,146 0,497 Tidak Valid

16 0,276 0,497 Tidak Valid

17 0,726 0,497 Valid

18 0,118 0,497 Tidak Valid

19 0,313 0,497 Tidak Valid


(65)

49 b. Uji Validitas Instrumen Lembar Observasi

Uji validitas instrumen lembar observasi yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli, yaitu kepada dosen ahli Pembelajaran Matematika, bapak Sri Rochadi, M.Pd. sedangkan validitas isi dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan isi rancangan yang ditetapkan berdasarkan kisi-kisi instrumen.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2011: 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Sebagaimana penjelasan Arikunto (2010: 222) bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan nol atau satu, uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 20 dengan taraf signifikansi 5% karena jumlah butir pertanyaan ganjil dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan = varians total


(66)

50

Nilai lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikan 5% maka butir tersebut dinyatakan reliabel dan sebaliknya jika lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%, maka soal tersebut dinyatakan tidak reliabel. Selanjutnya adalah menafsirkan perolehan angka dengan menggunkan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang diperoleh, atau nilai r. interpretasi tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang Antara 0, 60 sampai dengan 0,799 Kuat

Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat Sugiyono (2012: 231)

Setelah diperoleh harga hitung melalui bantuan program komputer Microsoft Excel 2013, selanjutnya dapat diputuskan instrumen tersebut reliabel atau tidak. Harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel. Dengan N = 16 dengan signifikansi 5% diperoleh 0,497. Karena hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf signifikansi 5% (0,865>0,497) dan berdasarkan tabel interpretasi r masuk dalam kategori sangat kuat, maka dapat disimpulkan instrumen tes penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MODEL TEAM ASSISTIED INDIVIDUALIZATION Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Me

0 1 14

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MODEL TEAM ASSISTIED INDIVIDUALIZATION Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Me

0 3 14

PENGGUNAAN TEKNIK JUMPING FROG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN DAN Penggunaan Teknik Jumping Frog Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Bagi Siswa Kelas Ii Sd Negeri 01 Gondangmani

0 0 13

PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT.

0 3 31

Efektivitas penggunaan alat peraga kartu bilangan pada materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 5 Sleman.

0 0 166

Pengaruh Alat Peraga Kartu Dua Warna Terhadap Hasil Belajar Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas IV SD Negeri Kaponan Pakis Magelang.

0 0 150

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN POSITIF NEGATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SD NEGERI DELEGAN II PRAMBANAN.

0 0 176

PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SD

0 0 87

PENINGKATAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY KELAS IV SD NEGERI 1 SANGGREMAN

0 0 12