Implementasi decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI DECANOMIAL BEAD BAR BOX UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PADA SISWA
KELAS II SD NEGERI CATURTUNGGAL 1 SLEMAN
Katarina Tiara Dewantari Universitas Sanata Dharma
2016
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan agar siswa tidak hanya terampil matematika namun juga memberikan bekal pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika perlu menggunakan benda konkret untuk membantu siswa memahami konsep matematika sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa yaitu pada tahap operasional konkret. Penjumlahan dan pengurangan bilangan merupakan salah satu materi pelajaran matematika. Seringkali siswa kesulitan dalam mempelajari materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Penggunaan media pembelajaran berupa benda konkret sangat membantu dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu decanomial bead bar box. Media ini merupakan salah satu media berbasis Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman dan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada implementasi media decanomial bead bar box materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data berupa soal tes, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi pengimplementasian media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Hasil belajar siswa menggunakan media decanomial bead bar box menunjukkan rata-rata nilai tes 79,09, rata-rata nilai sikap 83,33, dan rata-rata nilai penggunaan media decanomial bead bar box 84,72.
Kata kunci: implementasi, decanomial bead bar box, penjumlahan dan pengurangan bilangan.
(2)
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF DECANOMIAL BEAD BAR BOX FOR ADDITION AND SUBTRACTION OF NUMBERS FOR STUDENT AT
THE SECOND GRADE OF CATURTUNGGAL 1 SLEMAN ELEMENTARY PUBLIC SCHOOL
Katarina Tiara Dewantari Sanata Dharma University
2016
Mathematics is one of the lesson that have purpose, so student is not just can use mathematics but can give the experience then they can apply mathematics in their life. Mathematics learning need used the real material to help student understand the mathematics concepts appropriate with student learning development stage that was in operational real stage. Addition and substraction of numbers was one of the mathematics lesson. Sometimes is hard for student to learn about addition with keeping technique and substraction with borrowed technique. Using learning tools as real material was very helpful for learned the addition and substraction of numbers. One of the learning tools that can used is decanomial bead bar box. This tool was one of the Montessori based tools. The purpose of this research was describe the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School and to describe the student learning result on implementation decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School.
This research used the descriptive qualitative method. The subjects of this research were 22 students at the second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School. The instruments of the research was learning instruments and instruments of collecting data such as test, observation sheet, and the manual of interview.
The result from this research was description of the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and subtraction of numbers. The result from student learning by used decanomial bead bar box show the score average was 79,09. The result of attitude showed the score average was 83,33, and the score average from using decanomial bead bar box tool was 84,72.
Key words: implementation, decanomial bead bar box, addition and substraction of numbers.
(3)
i
IMPLEMENTASI DECANOMIAL BEAD BAR BOX UNTUK
MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI CATURTUNGGAL 1
SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Katarina Tiara Dewantari NIM: 121134062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus Bunda Maria
Almarhum dan Almarhumah Orangtuaku Kakak-kakakku
Saudara-saudaraku Sahabat-sahabatku Dosen Pembimbingku
(7)
v
HALAMAN MOTTO
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab Tuhan Allahmu menyertai kamu kemanapun kamu pergi.
(Yosua 1: 9)
Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur. (Filipi 4: 6)
Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya. (1 Korintus 10: 13)
(8)
(9)
(10)
viii ABSTRAK
IMPLEMENTASI DECANOMIAL BEAD BAR BOX UNTUK MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PADA SISWA
KELAS II SD NEGERI CATURTUNGGAL 1 SLEMAN
Katarina Tiara Dewantari Universitas Sanata Dharma
2016
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan agar siswa tidak hanya terampil matematika namun juga memberikan bekal pada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika perlu menggunakan benda konkret untuk membantu siswa memahami konsep matematika sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa yaitu pada tahap operasional konkret. Penjumlahan dan pengurangan bilangan merupakan salah satu materi pelajaran matematika. Seringkali siswa kesulitan dalam mempelajari materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Penggunaan media pembelajaran berupa benda konkret sangat membantu dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu decanomial bead bar box. Media ini merupakan salah satu media berbasis Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman dan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada implementasi media decanomial bead bar box materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data berupa soal tes, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian ini berupa deskripsi pengimplementasian media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Hasil belajar siswa menggunakan media decanomial bead bar box menunjukkan rata-rata nilai tes 79,09, rata-rata nilai sikap 83,33, dan rata-rata nilai penggunaan media decanomial bead bar box 84,72.
Kata kunci: implementasi, decanomial bead bar box, penjumlahan dan pengurangan bilangan.
(11)
ix ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF DECANOMIAL BEAD BAR BOX FOR ADDITION AND SUBTRACTION OF NUMBERS FOR STUDENT AT
THE SECOND GRADE OF CATURTUNGGAL 1 SLEMAN ELEMENTARY PUBLIC SCHOOL
Katarina Tiara Dewantari Sanata Dharma University
2016
Mathematics is one of the lesson that have purpose, so student is not just can use mathematics but can give the experience then they can apply mathematics in their life. Mathematics learning need used the real material to help student understand the mathematics concepts appropriate with student learning development stage that was in operational real stage. Addition and substraction of numbers was one of the mathematics lesson. Sometimes is hard for student to learn about addition with keeping technique and substraction with borrowed technique. Using learning tools as real material was very helpful for learned the addition and substraction of numbers. One of the learning tools that can used is decanomial bead bar box. This tool was one of the Montessori based tools. The purpose of this research was describe the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School and to describe the student learning result on implementation decanomial bead bar box tool for addition and substraction of numbers for student at second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School.
This research used the descriptive qualitative method. The subjects of this research were 22 students at the second grade of Caturtunggal 1 Sleman Elementary Public School. The instruments of the research was learning instruments and instruments of collecting data such as test, observation sheet, and the manual of interview.
The result from this research was description of the implementation of decanomial bead bar box tool for addition and subtraction of numbers. The result from student learning by used decanomial bead bar box show the score average was 79,09. The result of attitude showed the score average was 83,33, and the score average from using decanomial bead bar box tool was 84,72.
Key words: implementation, decanomial bead bar box, addition and substraction of numbers.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan. Sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Decanomial Bead Bar Box untuk Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberi dukungan baik secara langsung maupun secara tidak langsung selama proses penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD.
5. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., dosen pembimbing I yang dengan sabar dan bijaksana telah memberikan bimbingan dan dukungan.
6. Andri Anugrahana S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing II yang dengan sabar dan bijaksana telah memberikan bimbingan dan dukungan.
7. Widodo S.Pd., Kepala SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
8. Dra. Murtini, guru kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.
9. Seluruh siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerjasama selama penelitian berlangsung.
(13)
(14)
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR BAGAN ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 6
1.3Pembatasan Masalah ... 7
1.4Rumusan Masalah ... 7
1.5Tujuan Penelitian ... 7
1.6Manfaat Penelitian ... 8
1.7Asumsi Penelitian ... 9
1.8Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Kajian Pustaka ... 11
(15)
xiii
2.1.2 Hasil Belajar ... 12
2.1.3 Pembelajaran Matematika ... 13
2.1.4 Metode Montessori ... 14
2.1.5 Media Pembelajaran ... 15
2.1.6 Decanomial Bead Bar Box ... 16
2.1.7 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan ... 19
2.2 Penelitian yang Relevan ... 21
2.3 Kerangka Berpikir ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Jenis Penelitian ... 27
3.2 Setting Penelitian ... 28
3.2.1 Tempat Penelitian... 28
3.2.2 Subjek Penelitian ... 28
3.2.3 Waktu Penelitian ... 28
3.3 Rancangan Penelitian ... 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.4.1 Wawancara ... 31
3.4.2 Observasi ... 32
3.4.3 Dokumentasi ... 32
3.4.4 Tes ... 32
3.5 Instrumen Penelitian... 33
3.5.1 Pedoman Wawancara ... 34
3.5.2 Pedoman Observasi ... 35
3.5.3 Soal Tes ... 36
3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas ... 37
3.7 Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 41
4.1.1.1 Pertemuan I ... 42
(16)
xiv
4.1.1.3 Pertemuan III ... 51
4.1.1.4 Pertemuan IV ... 54
4.1.2 Penggunaan Media Decanomial Bead Bar Box ... 57
4.2 Pembahasan ... 61
4.2.1 Hasil Implementasi Media Decanomial Bead Bar Box ... 61
4.2.2 Hasil Belajar pada Implementasi Media Decanomial Bead Bar Box ... 63
BAB V PENUTUP ... 67
5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 68
5.3 Saran ... 68
DAFTAR REFERENSI ... 70
LAMPIRAN ... 74
(17)
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 3.3.1 Tahapan Penelitian Kualitatif menurut Bogdan ... 29
(18)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1.6.1 Klasifikasi Manik-Manik Media Decanomial Bead Bar Box 17
Tabel 3.5.1.1 Pedoman Wawancara Guru ... 34
Tabel 3.5.1.2 Pedoman Wawancara Siswa ... 35
Tabel 3.5.2.1 Pedoman Observasi ... 36
Tabel 3.5.3.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 36
Tabel 3.7.1.1 Kriteria Penilaian Hasil Tes ... 40
Tabel 3.7.3.1 Kriteria Penilaian Observasi ... 40
Tabel 4.1.2.1 Wawancara Penggunaan Media oleh Siswa... 58
Tabel 4.1.2.2 Hasil Observasi Penggunaan Media oleh Siswa ... 59
Tabel 4.2.2.1 Hasil Belajar Siswa ... 63
Tabel 4.2.2.2 Penilaian Sikap Siswa ... 65
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.6.1 Media Decanomial Bead Bar Box ... 17
Gambar 4.1.1.1.1 Siswa diperkenalkan Media Decanomial Bead Bar Box ... 43
Gambar 4.1.1.1.2 Perwakilan Kelompok Mengambil Media ... 44
Gambar 4.1.1.1.3 Siswa Mengambil Manik-Manik ... 45
Gambar 4.1.1.1.4 Siswa Menghitung Jumlah Manik-Manik ... 45
Gambar 4.1.1.2.1 Siswa Mengambil Manik-Manik Bilangan Pertama .... 48
Gambar 4.1.1.2.2 Siswa Menghitung Jumlah Manik-Manik ... 48
Gambar 4.1.1.2.3 Siswa Mengambil Manik-Manik Bilangan Kedua ... 49
Gambar 4.1.1.2.4 Siswa Menghitung Manik-Manik Bilangan Pertama dan Kedua ... 50
Gambar 4.1.1.2.5 Siswa Mendapat Arahan dari Guru ... 50
Gambar 4.1.1.3.1 Siswa Mengambil Manik-Manik ... 52
Gambar 4.1.1.3.2 Siswa Mengurangkan Manik-Manik ... 53
Gambar 4.1.1.4.1 Siswa Mengambil Manik-Manik ... 55
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 75
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80
Lampiran 3 LKS ... 111
Lampiran 4 Soal Tes ... 120
Lampiran 5 Lembar Validasi Ahli RPP oleh Dosen ... 133
Lampiran 6 Lembar Validasi RPP oleh Guru ... 137
Lampiran 7 Lembar Validasi Ahli Wawancara oleh Dosen ... 141
Lampiran 8 Soal Tes Kondisi awal yang telah dikerjakan Siswa ... 146
Lampiran 9 Soal Tes yang dikerjakan Siswa sesudah Menggunakan Media ... 156
Lampiran 10 Lembar Observasi Pertemuan I ... 166
Lampiran 11 Lembar Observasi Pertemuan II ... 167
Lampiran 12 Lembar Observasi Pertemuan III ... 168
Lampiran 13 Lembar Observasi Pertemuan IV ... 169
Lampiran 14 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan I ... 170
Lampiran 15 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan II ... 171
Lampiran 16 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan III ... 172
Lampiran 17 Lembar Penilaian Sikap Siswa Pertemuan IV ... 173
Lampiran 18 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan I ... 174
Lampiran 19 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan II ... 175
Lampiran 20 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan III ... 176
Lampiran 21 Lembar Penilaian Keterampilan Siswa Pertemuan IV ... 177
Lampiran 22 Transkripsi Wawancara Guru dan Siswa... 178
Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian ... 184
Lampiran 24 Surat Ijin Penelitian ... 185
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini akan menguraikan tentang 1.1 latar belakang masalah, 1.2 identifikasi masalah, 1.3 pembatasan masalah, 1.4 rumusan masalah, 1.5 tujuan penelitian, 1.6 manfaat penelitian, 1.7 asumsi penelitian, dan 1.8 definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap manusia berhak untuk mendapat pendidikan dalam hidupnya. Sekolah adalah salah satu sarana untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan di sekolah dilakukan dengan kegiatan belajar mengajar. Winkel (2014: 29) mengatakan bahwa pendidikan di sekolah mengarahkan belajar siswa supaya siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang perkembangannya.
Salah satu cara siswa dapat memperoleh pendidikan yaitu dengan belajar di sekolah. Siswa belajar guna menambah ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Susanto (2013: 183) menegaskan bahwa siswa belajar supaya tidak hanya terampil namun juga dapat menerapkan apa yang ia pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai mata pelajaran diajarkan pada siswa untuk dapat mewujudkan tujuan dari belajar itu. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa di sekolah yaitu matematika. Dari hasil observasi,
(22)
dengan belajar matematika siswa dapat memperoleh pengetahuan, salah satunya yaitu berhitung. Berhitung digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, siswa perlu menghitung berapa uang yang harus siswa keluarkan untuk membeli sebuah barang. Ismunamto (2011: 18-19) menegaskan bahwa kehadiran matematika dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari sangat bermanfaat, karena dapat digunakan untuk berhitung, mengolah data, berdagang, dan dapat membantu bidang studi lainnya seperti akuntansi, perpajakan, kimia, fisika, dan farmasi.
Salah satu materi pelajaran penting dalam matematika adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan. Goenawan dan Alexander (2014: 14) menjelaskan bila siswa tidak dapat memahami konsep penjumlahan dan pengurangan maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi pelajaran matematika pada tahap selanjutnya. Sebagai contoh, siswa yang kurang memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan akan kesulitan mempelajari materi perkalian dan pembagian. Oleh karena itu penting bagi siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan ini, karena materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ini menjadi dasar bagi operasi dasar bilangan yang lain. Uno dan Nurdin (2011: 265) menegaskan bahwa pembelajaran yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan belajarnya. Dengan demikian, pembelajaran yang diberikan kepada siswa Sekolah Dasar disesuaikan dengan tahap perkembangan belajar siswa Sekolah Dasar.
(23)
Piaget (dalam Santrock, 2014: 49) mengungkapkan terdapat empat tahapan perkembangan belajar siswa. Empat tahapan tersebut diantaranya, tahap sensorimotor (lahir sampai 2 tahun), tahap praoperasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun sampai dewasa). Siswa usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret. Santrock (2014: 49) menegaskan pada tahap operasional konkret anak berpikir secara operasional, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif tetapi hanya dalam situasi konkret. Oleh karena itu Uno dan Nurdin (2011: 265) menegaskan bahwa pembelajaran untuk siswa pada tahap operasional konkret hendaknya menggunakan benda-benda konkret sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dengan cara penyajian matematika menggunakan benda konkret yang sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa, siswa yang belajar akan siap menerima pelajaran.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru matematika kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman pada tanggal 29 Maret 2016 menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa siswa yang belum menguasai materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas II pada tanggal 9 Mei 2016 menunjukkan bahwa terdapat 12 siswa yang mendapat nilai di bawah 60. Guru mengatakan bahwa siswa masih kesulitan dalam materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama melakukan program
(24)
pengakraban lingkungan di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman ini, diketahui bahwa penggunaan media dalam pembelajaran di kelas masih belum maksimal. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak selalu menggunakan media dalam pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran masih terbatas pada pengenalan materi pembelajarannya saja. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, guru menggunakan lidi untuk memperkenalkan materi penjumlahan dan pengurangan kepada siswa. Pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dan lebih, guru tidak lagi menggunakan lidi dalam pembelajaran melainkan menerapkan teknik ceramah dalam pembelajaran.
Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan salah satu cara untuk membantu siswa memahami materi yang sedang diajarkan. Kustandi dan Sutjipto (2013: 8) menegaskan bahwa media pmbelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan sarana meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Menurut Anitah (2010: 5) media dapat berupa orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu media pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap adalah media pembelajaran decanomial bead bar box. Media decanomial bead bar box ini merupakan salah satu media berbasis Montessori. Media berbasis Montessori mempunyai empat ciri-ciri. Ciri-ciri media Montessori yaitu education, auto-correction, menarik, dan bergradasi (Montessori, 2002: 169, 171). Prasetya
(25)
(2014: 18) menambahkan ciri media Montessori yaitu kontekstual. Dengan menggunakan media decanomial bead bar box, siswa dapat menambah pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam menggunakan media tersebut dan membantunya memahami materi pembelajaran.
Media decanomial bead bar box adalah kumpulan manik-manik yang berwarna-warni. Manik-manik berwarna merah mengindikasikan bilangan satu dengan jumlah manik-manik satu. Manik-manik berwarna hijau mengindikasikan bilangan dua dengan jumlah manik-manik dua. Begitu seterusnya hingga bilangan sepuluh. Media decanomial bead bar box ini memberikan pengetahuan baru pada siswa karena siswa sendiri yang menggunakan media ini sehingga siswa dapat mengetahui cara menggunakan media ini. Montessori (dalam Magini, 2013: 55) mengatakan bahwa dengan mengalami dan melakukannya sendiri, siswa akan mendapat pengalaman belajar. Media decanomial bead bar box ini merangsang indera penglihatan dan peraba siswa supaya mampu membedakan berbagai macam warna manik-manik dan mengetahui jumlah manik-manik-manik-manik dalam satu rangkaian. Media ini juga dapat memberikan pengaruh terhadap sikap siswa karena siswa diajarkan untuk bersikap disiplin dalam menggunakan media. Montessori (2013: 173) mengatakan bahwa disiplin terletak pada penguasaan diri dan pengaturan perilaku untuk mengikuti sejumlah peraturan dalam kehidupan. Montessori (dalam Magini, 2013: 54) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, siswa dapat memilih sendiri materi yang ingin mereka pelajari dan mengembalikan media ke tempat semula. Kegiatan tersebut merupakan salah satu sikap
(26)
disiplin dalam pembelajaran Montessori. Selain itu media decanomial bead bar box ini dapat membantu siswa untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan. Media ini juga menarik bagi siswa karena berwarna-warni. Rasa ingin tahu siswa akan muncul sehingga siswa ingin bereksplorasi dengan media decanomial bead bar box ini. Berdasarkan penjelasan di atas, media decanomial bead bar box sesuai dengan tahapan perkembangan belajar siswa yaitu tahap operasional konkret di mana siswa membutuhkan benda-benda konkret untuk membantunya mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Decanomial Bead Bar Box untuk Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1.2.1 Siswa masih kesulitan memahami materi penjumlahan bilangan dengan teknik menyimpan dan pengurangan bilangan dengan teknik meminjam. 1.2.2 Hasil belajar siswa yang masih kurang.
(27)
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas II SD. Masalah penelitian dibatasi pada penggunaan media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dengan standar kompetensi 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada kompetensi dasar 1.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1.4.1 Bagaimana implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman?
1.4.2 Bagaimana hasil belajar pada implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.5.1 Mendeskripsikan implementasi media decanomial bead bar box pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
(28)
1.5.2 Mendeskripsikan hasil belajar pada implementasi media decanomial bead bar box pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberi wawasan tentang media pembelajaran berbasis Montessori dalam penggunaannya di sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1Bagi Siswa
Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
1.6.2.2Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
1.6.2.3Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman peneliti mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan media decanomial bead bar box sehingga dapat menjadi bekal ketika menjadi guru kelak.
(29)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menggunakan fasilitas media guna meningkatkan pemahaman siswa terkait materi yang diajarkan.
1.7 Asumsi Penelitian
Asumsi dari penelitian ini yaitu:
1.7.1 Implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman berjalan dengan lancar.
1.7.2 Semua siswa di kelas sekurang-kurangnya sudah mempelajari mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada penjumlahan tanpa menyimpan dan pengurangan tanpa meminjam.
1.8 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini yaitu:
1.8.1 Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 1.8.2 Media adalah suatu alat yang membantu proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. 1.8.3 Media decanomial bead bar box adalah salah satu media berbasis
Montessori berupa kotak yang berisi manik-manik dan memiliki karakteristik menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual.
(30)
1.8.4 Penjumlahan adalah kegiatan menjumlahkan dua bilangan.
(31)
11 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai 2.1 kajian pustaka, 2.2 penelitian yang relevan, dan 2.3 kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
Hal-hal yang akan diuraikan dalam kajian pustaka yaitu tentang hakekat belajar, hasil belajar, pembelajaran matematika, metode Montessori, media pembelajaran, media decanomial bead bar box, serta penjumlahan dan pengurangan bilangan.
2.1.1 Hakekat Belajar
Uno dan Nurdin (2011: 139) mengatakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya Suryabrata (dalam Rahyubi, 2014: 3) menambahkan bahwa belajar merupakan upaya yang sengaja dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik yang berupa pengetahuan atau keterampilan. Menurut Mayer (dalam Rahyubi, 2014: 4), belajar diartikan sebagai perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman yang dialami siswa. Selain perubahan tingkah laku berupa pengetahuan atau keterampilan yang di dapat dari hasil latihan atau pengalaman, Hamalik (2011: 27-29) menegaskan belajar sebagai suatu perubahan perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan
(32)
pengalaman. Menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Susanto (2013: 4-5) menegaskan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara sengaja dan dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan belajar yaitu kegiatan yang dilakukan guna mendapat pengetahuan dan keterampilan yang belum didapat sebelumnya melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. 2.1.2 Hasil Belajar
Susanto (2013: 5) mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor itulah yang dimaknai sebagai hasil dari kegiatan belajar (hasil belajar). Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Suprijono (2009: 5-7) juga mengatakan hal yang serupa dengan Susanto. Menurutnya hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang dapat berupa nilai-nilai, sikap, dan keterampilan. Widoyoko (2009: 25) juga mengartikan hasil belajar sebagai perubahan pada diri siswa yang berupa perubahan sikap, pengetahuan maupun kecakapan. Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
(33)
mempelajari materi pelajaran di sekolah. Tingkat keberhasilan tersebut dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu.
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang menyangkut aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat dinyatakan dalam skor.
2.1.3 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Susanto, 2013: 19). Pembelajaran di sekolah bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya (Susanto, 2013: 89). Siregar dan Hartini (2011: 13) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, serta pelaksanaannya terkendali. Salah satu pembelajaran yang diajarkan di sekolah dasar yaitu matematika. Susanto (2013: 183) mengatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa tidak hanya terampil menggunakan matematika namun juga dapat memberikan bekal dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Susanto (2013: 186) mengatakan
(34)
bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru terhadap materi matematika.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Metode Montessori
Montessori (2013: 1-7) lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia. Montessori adalah anak tunggal dari seorang manajer perusahaan, Alessandro Montessori. Montessori bersekolah di sebuah sekolah menengah teknik dan melanjutkan ke sekolah kedokteran di Universitas Roma. Pada tahun 1896, Montessori menjadi perempuan Italia pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Montessori menjadi wakil dari Italia pada Kongres Perempuan Internasional di Berlin tahun 1896. Dalam sambutannya, Montessori menyerukan peningkatan status sosial dan ekonomi dari perempuan Italia. Montessori juga mendorong kaum perempuan untuk mengambil posisi di depan dalam reformasi pendidikan dan untuk bekerja sebagai sukarelawan pengentasan buta huruf di kalangan masyarakat miskin.
Montessori (2013: 12) mengatakan bahwa metode Montessori mendasarkan pembelajaran pada tahap-tahap perkembangan dengan menggunakan bahan-bahan pembelajaran dan melatih siswa-siswa untuk
(35)
membangun keterampilan-keterampilan praktis sehingga mereka dapat mencapai sebagian derajat kemandirian. Magini (2013: 54-55) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media berbasis Montessori diawali dengan (1) direktris mengambil media berbasis Montessori yang akan digunakan, (2) direktris menunjukkan pada siswa cara menggunakan media berbasis Montessori tersebut, dan diakhiri dengan (3) siswa bekerja menggunakan media Montessori tersebut sesuai dengan cara yang ditunjukkan oleh direktris. Dalam rangka menjamin karakteristik Montessori yaitu auto-education dan auto-correction, direktris mengevaluasi kesesuaian tindakan siswa dalam menggunakan media dengan arahan sebelumnya. Jika tindakan siswa sudah sesuai dengan arahan sebelumnya maka siswa sudah bisa bekerja sendiri menggunakan media tersebut di lain waktu. Jika tindakan siswa belum sesuai dengan arahan sebelumnya maka direktris akan memberikan bimbingan kembali.
Montessori (dalam Magini, 2013: 55) mengatakan bahwa dengan mengalami dan melakukannya sendiri, siswa akan mendapat pengalaman belajar. Oleh karena itu, Montessori (2002: xvii) membela hak anak untuk aktif, untuk mengeksplorasi lingkungannya dan mengembangkan sumber daya sendiri melalui setiap penyelidikan dan usaha kreatif. Dengan demikian, Magini (2013: 54) mengatakan bahwa tujuan Montessori untuk membuat siswa-siswa mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri dapat tercapai. 2.1.5 Media Pembelajaran
(36)
yang menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan sikap baru. Sedangkan media pembelajaran menurut Hamdani (2011: 90) adalah alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan Hamdani, Anitah (2010: 5) juga mengemukakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Lain hal nya dengan Anitah, Munadi (2010: 7) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan Kustandi dan Sutjipto (2013: 8) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan atau sarana meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna.
Berdasarkan uraian diatas maka media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu alat yang membantu proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. 2.1.6 Decanomial Bead Bar Box
Decanomial Bead Bar Box adalah salah satu media berbasis Montessori. Media ini berupa kotak yang di dalamnya terdapat 10 kotak kecil yang berisi manik-manik. Setiap kotak kecil berisi manik-manik dengan
(37)
warna yang berbeda. Berikut adalah tabel klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box.
Tabel 2.1.6.1 Klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box.
Kotak Kecil Rangkaian Warna Bilangan
Pertama -0- Merah 1
Kedua -00- Hijau 2
Ketiga -000- Merah jambu 3
Keempat -0000- Kuning 4
Kelima -00000- Biru muda 5
Keenam -000000- Ungu 6
Ketujuh -0000000- Putih 7
Kedelapan -00000000- Cokelat 8
Kesembilan -000000000- Biru tua 9
Kesepuluh -0000000000- Emas 10
Selain tabel klasifikasi manik-manik media decanomial bead bar box, berikut merupakan gambar media decanomial bead bar box.
(38)
Decanomial Bead Bar Box memiliki karakteristik media Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction. Montessori, 2002: 169) menjelaskan ciri media yang menarik berarti media tersebut menimbulkan reaksi dari siswa yang membuat pembelajaran dapat terlaksana nantinya. Media berupa rangkaian manik-manik yang berwarna-warni ini dapat menarik perhatian siswa untuk menggunakan media decanomial bead bar box tersebut. Prasetya (2014: 18) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bergradasi dalam media Montessori berarti media tersebut mempunyai perbedaan warna yang menonjol agar siswa mudah membedakan media tersebut saat menggunakannya. Dengan kata lain, perbedaan warna pada setiap rangkaian manik-manik memudahkan siswa dalam membedakan jumlah bilangan berdasarkan warna manik-manik tersebut saat menggunakannya. Karakteristik media Montessori yang ketiga yaitu auto-education. Montessori (2002: 169) menjelaskan auto-education yang dimaksud adalah media tersebut dapat mendorong siswa untuk mempelajarinya sendiri berdasarkan pengamatan dan kebebasan. Media decanomial bead bar box ini memberikan pengetahuan baru dan pengalaman belajar pada siswa karena siswa sendiri yang menggunakan media decanomial bead bar box tersebut.
Karakteristik media Montessori yang selanjutnya adalah auto-correction. Montessori (2002: 171) mengatakan auto-correction yaitu ketika siswa menemukan kesalahan dalam penggunaan media dalam berbagai cara. Magini (2013: 54) menambahkan bahwa setiap media Montessori memiliki
(39)
unsur pengendali kesalahan. Dalam hal ini pengendali kesalahan decanomial bead bar box terletak pada jawaban dibalik kartu soal. Prasetya (2014: 18) menambahkan ciri media Montessori yaitu kontekstual. Lillard (2005: 32) mengatakan bahwa prinsip pembelajaran Montessori yaitu disesuaikan pada konteks dan material. Siswa dalam pembelajaran Montessori belajar dari melakukan sesuatu sesuai dengan konteks. Prasetya (2014: 20) menambahkan bahwa ciri kontekstual merujuk pada pemanfaatan benda-benda atau barang-barang yang merupakan potensi lokal sebagai bahan dasar dalam pembuatan media. Dalam hal ini yaitu penggunaan benda konkret dalam pembelajaran siswa usia Sekolah Dasar sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa dan bahan pembuatan media yang terdapat di lingkungan sekitar. Dari uraian yang telah disebutkan, media decanomial bead bar box memberikan pengetahuan baru dan pengalaman belajar pada siswa. Media tersebut juga merangsang indera penglihatan dan peraba siswa sehingga memudahkan siswa dalam membedakan jumlah bilangan dalam rangkaian manik-manik berdasarkan warna manik-maniknya. Oleh sebab itu, media ini dapat membantu siswa mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan bilangan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media Decanomial Bead Bar Box merupakan salah satu media berbasis Montessori berupa kotak yang berisi manik-manik dan memiliki karakteristik menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual.
2.1.7 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan
(40)
matematika yang diajarkan di sekolah. Runtukahu dan Selpius (2014: 111) mengatakan bahwa urutan pembelajaran terkait dengan operasi penjumlahan maupun operasi pengurangan harus diperkenalkan dengan pengalaman konkret. Kemudian pembelajaran didasarkan pada tingkat kesulitan yang harus dikerjakan oleh siswa yaitu berdasarkan jumlah digit bilangan yang terlibat (menggunakan simbol). Tung (2015: 285) mengatakan bahwa siswa perlu belajar sistem perhitungan berbasis sepuluh. Kata sepuluh mempresentasikan satu entitas tunggal atau sepuluh unit terpisah (10 satuan). Representasi ini dapat ditukarkan, artinya sepuluh unit terpisah (10 satuan) dapat ditukarkan dengan satu puluhan (sepuluh). Oleh karena itu Goenawan dan Alexander, (2014: 15) mengatakan bahwa dalam belajar penjumlahan bilangan, siswa belajar mulai dari penjumlahan satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya. Siswa perlu berlatih secara terus-menerus dan atau berulang-ulang pada penjumlahan salah satu bilangan agar nantinya siswa dapat menguasai dengan mahir. Barulah siswa dapat belajar pada penjumlahan dengan tingkat yang lebih tinggi.
Negoro dan Harahap (2010: 260) mengatakan bahwa penjumlahan adalah operasi yang dipergunakan untuk memperoleh jumlah dari dua bilangan. Schwartzman (1994:19) menegaskan bahwa penjumlahan yaitu ketika kita menambahkan suatu bilangan ke sesuatu, kita memberi lebih pada sesuatu tersebut. Dengan kata lain penjumlahan adalah ketika kita menambahkan suatu bilangan ke bilangan lain, maka kita memberi lebih pada bilangan lain tersebut. Goenawan dan Alexander (2014: 16) mengatakan
(41)
bahwa dalam belajar penjumlahan, siswa juga mempelajari masa transisi dari bentuk pembelajaran verbal (dengan kata-kata) ke bentuk pembelajaran tertulis. Contohnya yaitu pada pengucapan dua (2) ditambah (+) enam (6) sama dengan (=) delapan (8). Bentuk yang ditulis dari pengucapan tersebut yaitu 2 + 6 = 8. Bentuk pembelajaran ini akan terus dipakai pada penjumlahan di tingkat selanjutnya.
Schwartzman (1994: 2011) mengatakan bahwa pengurangan adalah mengurangkan bilangan kedua dari bilangan pertama. Pengurangan ditulis dengan simbol pengurangan (-). Goenawan dan Alexander (2014: 23-24) menjelaskan bahwa urutan pembelajaran terkait dengan pengurangan sama halnya dengan penjumlahan yaitu berdasarkan banyaknya digit bilangan yang terlibat. Oleh karena itu dalam pengurangan bilangan, siswa diajarkan mulai dari pengurangan satuan, puluhan, ratusan dan seterusnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penjumlahan merupakan kegiatan menjumlahkan dua bilangan. Pengurangan adalah mengurangkan bilangan kedua dari bilangan pertama.
2.2 Penelitian yang Relevan
Berikut akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2011) mengenai peningkatan kemampuan berhitung dan keaktifan siswa melakukan penjumlahan dan pengurangan menggunakan media manik-manik kelas I, Prasetya (2014) mengenai pengembangan alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan kelas I, dan Pamungkas
(42)
(2014) tentang penggunaan media manik-manik melalui demonstrasi dalam mengalikan bilangan kelas II.
Penelitian pertama ditulis oleh Yosephine Purwanti Astuti (2011). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan keaktifan siswa kelas I dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilan gan cacah di SD Kanisius Bantul pada semester ganjil 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Bantul dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas I SD yang berjumlah 36 siswa. Dalam penelitiannya, Astuti berperan sebagai pengamat sedangkan yang melaksanakan pembelajaran menggunakan media manik-manik adalah guru kelas I. Hasil penelitian yang dilakukan Astuti menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal yaitu 63,89% dan setelah itu meningkat mencapai 86,11%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 100%, sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 13,89%. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus I mencapai 72,86% dari kondisi awal yaitu 70,21%. Pada siklus II peningkatan keaktifan mencapai 76,06%. Skor rata-rata kelas dari siklus I yaitu 85,00 dan pada siklus II menjadi 93,61.
Penelitian yang kedua ditulis oleh Andreas Erwin Prasetya (2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan untuk penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Kanisius Pugeran Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Pugeran dengan subjek penelitian
(43)
yaitu siswa kelas I SD. Pengembangan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan mengarah pada ciri, kualitas, dan dampak penggunaan alat peraga yang berbasis pada metode Montessori. Hasil penelitian Prasetya menunjukkan bahwa alat peraga penjumlahan dan pengurangan (1) memiliki lima ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual; (2) memiliki kualitas “sangat baik” ; (3) dan memberikan dampak afektif berupa minat dan konsentrasi belajar anak. Hal ini terbukti dengan penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan yang mampu membantu anak memahami materi dengan rerata peningkatan pretest ke posttest sebesar 114,6%.
Penelitian yang ketiga ditulis oleh Margareta Putri Pamungkas (2014). Penelitian Pamungkas ini bertujuan untuk meningkatkan serta mendeskripsikan aktivitas siswa dan kemampuan mengalikan bilangan siswa kelas II SD Kanisius Notoyudan dengan penggunaan media manik-manik melalui metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Notoyudan dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas II SD yang berjumlah 19 siswa. Hasil penelitian yang dilakukan Pamungkas menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dan kemampuan dalam mengalikan bilangan dengan bantuan media manik-manik melalui metode demonstrasi. Hasil aktivitas siswa seperti mengamati orang lain bekerja pada kondisi awal sebesar 40,12%. Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian tersebut di atas adalah penggunaan media dalam pembelajaran
(44)
penjumlahan dan pengurangan bilangan dan melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran tersebut.
2.3 Kerangka Berpikir
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Salah satu materi pelajaran yang dipelajari dalam matematika yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan. Seringkali siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan. Hal yang menjadi kesulitan mereka yaitu ketika materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Ketika menjumlahkan bilangan, mereka lupa untuk menambahkan suatu bilangan ke bilangan yang berada di depannya. Ketika mengurangkan bilangan, mereka lupa untuk mengurangkan bilangan yang sudah dipinjam. Guru dalam melaksanakan pembelajaran di Sekolah Dasar lebih banyak melakukan kegiatan atau aktivitas dibandingkan dengan siswanya. Guru lebih banyak menjelaskan dan siswa pasif selama pembelajaran. Hal yang siswa lakukan yaitu memperhatikan guru dan mencatat catatan terkait materi yang diajarkan. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan latihan. Pembelajaran yang demikian membuat siswa kurang dapat memahami materi yang sedang diajarkan.
Pemberian materi penjumlahan dan pengurangan harus sesuai dengan tahap perkembangan siswa supaya tidak terjadi salah konsep yang nantinya akan berdampak pada kesulitan siswa untuk mempelajari materi matematika
(45)
selanjutnya. Tahap perkembangan siswa usia Sekolah Dasar berada pada penggunaan benda konkret. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika hendaknya menggunakan benda konkret. Dengan penggunaan benda konkret, siswa tidak hanya membayangkannya saja namun juga dapat melihatnya dan memegangnya. Siswa dapat mengalami sendiri menggunakan benda konkret sebagai media belajar. Pengalaman yang didapat oleh siswa akan lebih lama tertanam dalam diri mereka bila mereka mengalaminya sendiri. Dengan demikian, materi yang disampaikan akan lebih mudah untuk ditangkap oleh siswa. Oleh karena itu, penting bagi pembelajaran dengan menggunakan media sebagai alat bantu penyampaian materi kepada siswa. Untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan, media yang dapat digunakan yaitu media decanomial bead bar box.
Media decanomial bead bar box merupakan salah satu media Montessori. Media ini memiliki ciri-ciri diantaranya menarik, yang dapat membuat siswa ingin mencoba menggunakannya; bergradasi, dapat dilihat dari manik-manik yang berwarna-warni; auto-education, di mana siswa dapat belajar sendiri menggunakan media ini; auto-correction, di mana siswa akan dapat menyadari kesalahannya sendiri dengan melihat jawaban di balik kartu soal; dan kontekstual, yaitu kesesuaian pada konteks siswa yang dapat dilihat dari penggunaan benda konkret sesuai dengan tahapan perkembangan belajar siswa dan bahan pembuatan media ada di lingkungan sekitar serta kemudahan siswa untuk membawa media tersebut. Media ini menitikberatkan pada pengalaman indera siswa. Penggunaan media ini sederhana dan dapat melatih
(46)
keaktifan siswa. Media decanomial bead bar box ini digunakan oleh siswa itu sendiri. Siswa akan berlatih secara mandiri untuk mencoba menjumlahkan dan mengurangkan bilangan dengan berbagai manik-manik yang berwarna-warni. Dengan demikian, siswa tidak lagi hanya menerima pembelajaran dari guru dan duduk diam mendengarkan guru menjelaskan materi namun juga dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan bantuan media decanomial bead bar box ini.
Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti berinisiatif melakukan implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Media ini diharapkan dapat membantu guru menyampaikan materi pembelajaran dan membantu siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan. Peneliti juga melihat hasil belajar siswa dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari pengimplementasian media decanomial bead bar box ini.
(47)
27 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai 3.1 jenis penelitian, 3.2 setting penelitian, 3.3 rancangan penelitian, 3.4 teknik pengumpulan data, 3.5 instrumen penelitian, 3.6 kredibilitas dan transferabilitas, dan 3.7 teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Basrowi dan Suwandi (2008: 22) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sama sekali belum diketahui. Nawawi dan Mimi (2005: 73) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan keadaan pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang Nampak atau sebagaimana adanya. Darmadi (2014: 186) mengatakan bahwa penelitian deskriptif juga dapat dilakukan dengan mendeskripsikan suatu fenomena menggunakan interpretasi dari angka-angka.
Penelitian ini dilakukan guna mengungkap fenomena dengan mendeskripsikannya menggunakan interpretasi angka-angka dari data yang didapat. Dengan kata lain, penelitian ini mendeskripsikan hasil implementasi media decanomial bead bar box pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.
(48)
3.2 Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, subjek penelitian, dan waktu penelitian.
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Caturtunggal 1. Sekolah Dasar ini beralamat di jalan Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 tahun ajaran 2015/2016. Siswa kelas II di SD Negeri Caturtunggal 1 ini berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.
3.2.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dari bulan Februari hingga bulan Juli 2016. Kegiatan yang dilakukan yaitu dari pembuatan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Caturtunggal 1 hingga penulisan laporan.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan tahap penelitian kualitatif menurut Bogdan. Tahapan penelitian tersebut yaitu tahap pralapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data (Basrowi dan Suwandi, 2008: 84-92). Tahapan ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut.
(49)
Bagan 3.3.1 Tahapan penelitian kualitatif menurut Bogdan
Tahap penelitian yang pertama yaitu pralapangan. Basrowi dan Suwandi (2008: 84-87) mengatakan bahwa pada tahap ini kegiatan yang harus peneliti lakukan yaitu menyusun rancangan penelitian, menentukan tempat penelitian, mengurus perijinan, menilai keadaan lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menyusun rancangan penelitian atau proposal penelitian berisi bab pendahuluan, landasan teori, dan metode penelitian. Selanjutnya peneliti menentukan tempat atau lokasi penelitian yaitu SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman sebagai tempat penelitian. Selain itu, peneliti melakukan observasi tempat atau lokasi penelitian yang peneliti lakukan selama mengikuti program PPL (Program Pengakraban Lingkungan). Observasi tersebut dilakukan guna mengetahui keadaan atau kondisi lokasi penelitian agar peneliti dapat mempersiapkan diri secara fisik maupun mental sebelum melakukan penelitian. Peneliti juga menyiapkan media decanomial bead bar box yang nantinya digunakan selama pembelajaran dan menyusun instrumen penelitian dan instrumen pembelajaran serta melakukan validasi terhadap instrumen-instrumen yang telah dibuat. Instrumen pembelajaran yang disusun diantaranya silabus pembelajaran, RPP, LKS, dan soal evaluasi. Instrumen penelitian yang disusun yaitu pedoman wawancara dan pedoman observasi. Validasi instrumen dalam penelitian ini dilakukan oleh ahli dan guru. Hal ini
(50)
dilakukan guna mengetahui kelayakan instrumen penelitian sebelum digunakan saat penelitian.
Tahap penelitian yang kedua yaitu tahap pekerjaan lapangan. Basrowi dan Suwandi (2008: 88-90) mengatakan bahwa kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap ini yaitu melakukan penelitian dan mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman. Penelitian yang dilakukan berupa implementasi menggunakan media pembelajaran Montessori yaitu decanomial bead bar box terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka pada siswa kelas II. Peneliti melakukan implementasi menggunakan media decanomial bead bar box di kelas. Implementasi dilakukan selama empat hari. Selama penelitian berlangsung, peneliti mengumpulkan data berupa foto selama pembelajaran, melakukan observasi dan wawancara kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang didapatkan tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Tahap penelitian yang ketiga adalah analisis data. Basrowi dan Suwandi (2008: 91-92) mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini yaitu menganalisis data yang telah didapatkan selama penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori. Data berupa hasil wawancara ditranskripsikan ke dalam percakapan wawancara. Sugiyono (2014: 89) menjelaskan nantinya data-data yang telah disusun secara sistematis dibuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
(51)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat penting dilakukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan guna mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan peneliti demi tercapainya tujuan dari penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, jenis data yang dihasilkan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Uraian tentang teknik pengumpulan data akan dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1 Wawancara
Wawancara menurut Arikunto (2013: 198) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber. Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur. Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur ini karena jawaban yang diberikan kepada pewawancara tidak dibatasi sehingga subjek dapat lebih bebas mengemukakan jawaban sepanjang tidak keluar dari konteks. Herdiansyah (2013: 66-67) menegaskan bahwa wawancara semi terstruktur memberikan kebebasan pada subjek untuk menjawab pertanyaan selama tidak keluar dari konteks dan kontrol terhadap bahan pembicaraan yang dipegang peneliti yaitu pedoman wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan guru kelas II. Hal yang dibahas dalam wawancara dengan guru kelas yaitu mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Wawancara juga dilakukan pada siswa kelas II. Wawancara yang dilakukan pada siswa kelas II bertujuan untuk mendapat
(52)
informasi terkait dengan pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar box.
3.4.2 Observasi
Sanjaya (2013: 270) berpendapat bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar box. Observasi dilakukan dengan melengkapi format yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. 3.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya ‘dokumen’ berarti barang-barang tertulis. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, notulen rapat, dan lain-lain (Arikunto, 2013: 201-202). Dalam hal ini, dokumentasi dalam penelitian berupa transkripsi wawancara dengan guru dan siswa.
3.4.4 Tes
Tes menurut Arikunto (2013: 193) merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Salah satu tes yang dapat dilakukan yaitu tes prestasi (achievement test). Tes prestasi menurut Arikunto (2013: 194) yaitu tes yang digunakan
(53)
untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Pemberian tes ini dilakukan setelah orang yang dimaksud sudah mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan membagikan soal tes kepada siswa. Pembagian soal tes dilakukan sebelum siswa menggunakan media. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Pembagian soal tes juga dilakukan di akhir pertemuan terakhir. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar box.
3.5 Instrumen Penelitian
Menurut Siregar (dalam Adayu, 2014: 60) instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes dan nontes. Sugiyono (2010: 148) mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu perangkat pembelajaran berupa silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, LKS, 20 pertanyaan soal evaluasi, pedoman wawancara dengan guru dan siswa, serta pedoman observasi. Sebelum digunakan, instrumen-instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh para ahli dan guru kelas II. Berikut adalah tabel kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
(54)
3.5.1 Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru dan empat siswa kelas II. Wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa bertujuan untuk mengetahui pembelajaran matematika di kelas dan penggunaan media di dalam kelas. Berikut tabel pedoman wawancara guru.
Tabel 3.5.1.1. Pedoman wawancara guru.
No Garis Besar
Wawancara Aspek yang ditanyakan
1
Pembelajaran
Matematika di kelas II.
1. Proses pembelajaran Matematika di kelas.
2. Proses pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan
2
Kesulitan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
Matematika.
1. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Matematika.
2. Materi yang sulit disampaikan kepada siswa. 3. Penyebab kesulitan dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
3
Media pendukung
dalam kegiatan
pembelajaran Matematika.
1. Ketersediaan media pendukung di kelas untuk pelajaran matematika.
2. Pengadaan media pendukung buatan guru. 3. Pengadaan media pendukung bukan buatan guru. 4. Media pendukung yang pernah digunakan guru
dalam pembelajaran Matematika.
5. Penggunaan media pendukung oleh siswa.
5
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran
Matematika.
1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika.
2. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran Matematika.
Wawancara yang dilakukan berfokus untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mempelajari mata pelajaran matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Selain itu, wawancara dilakukan guna mengetahui penggunaan media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, khususnya pada mata pelajaran matematika materi
(55)
penjumlahan dan pengurangan bilangan. Berikut tabel pedoman wawancara siswa.
Tabel 3.5.1.2. Pedoman wawancara siswa.
No Garis Besar
Wawancara Aspek yang ditanyakan
1. Auto education
1. Penggunaan media decanomial bead bar box secara mandiri oleh siswa.
2. Pemahaman siswa akan materi pembelajaran dengan menggunakan media decanomial bead bar box.
2. Menarik
1. Ketertarikan siswa belajar Matematika karena warna media decanomial bead bar box.
2. Ketertarikan siswa pada bentuk media decanomial bead bar box.
3. Penggunaan media decanomial bead bar box membuat siswa merasa senang.
3. Gradasi
1. Kemudahan siswa membawa/memindahkan media
decanomial bead bar box.
2. Kemudahan siswa mengetahui angka berdasarkan warna media decanomial bead bar box.
4. Auto correction
1. Kesadaran siswa mengetahui kesalahan dalam
menggunakan media decanomial bead bar box.
2. Kemudahan siswa menemukan jawaban ketika
menggunakan media decanomial bead bar box. 5. Kontekstual
1. Kemudahan menemukan bahan pembuatan media
decanomial bead bar box di lingkungan sekitar.
2. Pembuatan media decanomial bead bar box oleh
Bapak/Ibu guru atau orang lain.
Wawancara yang dilakukan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa terkait penggunaan media decanomial bead bar box oleh siswa dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan di kelas.
3.5.2 Pedoman Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti digunakan untuk melihat penggunaan media decanomial bead bar box oleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Berikut adalah tabel lembar observasi yang digunakan peneliti.
(56)
Tabel 3.5.2.1 Pedoman observasi.
No. Indikator Deskripsi
1 Menggunakan
media decanomial bead bar box dalam melakukan
penjumlahan dan
pengurangan
3. Siswa selalu menggunakan media decanomial bead bar box dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan. 2. Siswa sesekali menggunakan media decanomial bead bar box dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan. 1. Siswa tidak pernah menggunakan media decanomial bead bar box dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan.
2 Menunjukkan sikap
disiplin dalam
melakukan
penjumlahan dan
pengurangan.
3. Siswa menggunakan media decanomial bead bar box sesuai dengan cara penggunaanya, menaruh manik-manik media decanomial bead bar box sesuai dengan tempatnya, mengembalikan media decanomial bead bar box pada tempat semula.
2. Siswa memenuhi 2 dari 3 kriteria. 1. Siswa memenuhi 1 dari 3 kriteria.
3 Menunjukkan sikap
saling berbagi
dalam mengerjakan tugas.
3. Siswa berbagi dalam menggunakan media decanomial bead bar box untuk menyelesaikan tugas.
2. Siswa mau berbagi menggunakan media decanomial bead bar box untuk menyelesaikan tugas.
1. Siswa tidak mau berbagi menggunakan media decanomial bead bar box untuk menyelesaikan tugas. Observasi dilakukan selama empat pertemuan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. observasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan media decanomial bead bar box oleh siswa dan sikap siswa selama menggunakan media decanomial bead bar box tersebut. 3.5.3 Soal Tes
Lembar soal tes pada instrumen penelitian ini memuat 20 pertanyaan terkait materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan media decanomial bead bar box. Kisi-kisi soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (lihat lampiran 4).
Tabel 3.5.3.1 Kisi-kisi soal tes.
Materi Pelajaran Indikator Nomor Soal
Penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua
Menentukan hasil penjumlahan
(57)
angka tanpa teknik menyimpan.
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan.
Penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua
angka dengan teknik
menyimpan.
Menentukan hasil penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan.
3, 5, 10, 15, 17 Pengurangan bilangan dua
angka dengan bilangan dua
angka tanpa teknik
meminjam.
Menentukan hasil pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam.
1, 4, 11, 16, 18
Pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua
angka dengan teknik
meminjam.
Menentukan hasil pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik meminjam.
7, 8, 12, 13, 19
Berdasarkan tabel kisi-kisi soal tes tersebut, dalam penelitian ini siswa mengerjakan 20 soal penjumlahan dan pengurangan bilangan yang terdiri dari 5 soal penjumlahan bilangan dua angka dan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, 5 soal penjumlahan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan, 5 soal pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka tanpa teknik meminjam, dan 5 soal pengurangan bilangan dua angka dengan bilangan dua angka dengan teknik meminjam.
3.6 Kredibilitas dan Transferabilitas
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari lapangan memerlukan pengecekan data agar dapat mengetahui keabsahan data yang didapat. Keabsahan data dapat diperoleh dengan cara (Darmadi, 2014: 294):
3.6.1 Kredibilitas
Tohirin (2012: 71) mengatakan bahwa kredibilitas digunakan untuk memastikan sejauh mana data yang diperoleh dapat diterima dan dapat
(58)
menjawab rumusan masalah penelitian. Cara yang dilakukan yaitu dengan ketekunan pengamatan dan triangulasi. Pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan penelitian dilakukan secara tekun dan terus menerus supaya data yang diperoleh lengkap dan sesuai fokus penelitian. Ketekunan dalam pengamatan membuat peneliti memahami masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya. Cara yang kedua yaitu dengan triangulasi. Darmadi (2014: 295) mengatakan bahwa triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pembanding terhadap data tersebut. Tohirin (2012: 76) mengatakan bahwa triangulasi dapat dilakukan dengan membandingkan data dengan sumber, metode, maupun teori. Triangulasi dalam penelitian ini yaitu membandingkan data yang telah diperoleh dengan hasil wawancara dan hasil observasi.
3.6.2 Transferabilitas
Darmadi (2014: 295) berpendapat bahwa transferabilitas berarti mempertanyakan apakah hasil penelitian yang dilakukan dapat diterapkan pada waktu dan situasi yang lain. Siregar (2010: 216) menjelaskan bahwa tujuan dari transferabilitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi lain. Berdasarkan penjelasan tersebut maka, transferabilitas dalam penelitian ini dilakukan guna melihat kemungkinan penggunaan hasil penelitian di tempat lain pada waktu dan situasi yang berbeda.
(59)
Tingkat transferabilitas hasil penelitian tentang implementasi media decanomial bead bar box materi penjumlahan dan pengurangan bilangan siswa kelas II SD Caturtunggal 1 Sleman yaitu dapat diterapkan di tempat lain selama sesuai dengan permasalahan dan situasi yang dialami. Dengan kata lain implementasi media decanomial bead bar box untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dapat diterapkan di tempat lain pada waktu yang berbeda dengan mempertimbangkan kesesuaian permasalahan yang dialami dan karakteristik yang dimiliki siswa.
3.7 Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan peneliti selama penelitian kemudian dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.7.1 Penskoran Soal Tes
Soal tes yang diberikan kepada siswa berupa soal tes esai. Soal tes esai yang digunakan dalam penelitian yaitu soal tes dengan jawaban terbatas. Peneliti menggunakan pedoman jawaban sebagai petunjuk. Pedoman jawaban ditulis untuk setiap soal. Peneliti juga menentukan nilai skor yang di kenakan pada soal (Purwanto, 2009: 207). Oleh karena itu, peneliti menggunakan rumus penskoran soal tes sebagai berikut.
(60)
Kriteria penilaian hasil tes dalam penelitian ini diadaptasi dari Widoyoko (2009: 242). Berikut tabel kriteria penilaian hasil tes.
Tabel 3.7.1.1 Kriteria penilaian hasil tes.
Nilai Keterangan
80>x≥100 Sangat baik
60>x≥80 Baik
40>x≥60 Cukup
20>x≥40 Kurang
0≥x≥20 Sangat kurang
3.7.2 Penskoran Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan daftar isian yang di dalamnya telah tercantum jenis-jenis aspek kegiatan yang harus dinilai. Oleh karena itu penskoran hasil observasi menggunakan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2009: 207).
Skor yang telah diperoleh, dihitung dengan kriteria penilaian yang diadaptasi dari Widoyoko (2009: 242) Berikut tabel kriteria penilaian observasi.
Tabel 3.7.3.1 Kriteria penilaian observasi.
Nilai Keterangan
80>x≥100 Sangat baik
60>x≥80 Baik
40>x≥60 Cukup
20>x≥40 Kurang
0≥x≥20 Sangat kurang
Untuk data kualitatif berupa hasil wawancara dianalisis menggunakan transkripsi data yaitu mentranskripsikan hasil wawancara ke dalam bentuk percakapan wawancara (Herdiansyah, 2013: 338).
(61)
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai 4.1 hasil penelitian dan 4.2 pembahasan.
4.1 Hasil Penelitian
Dalam hasil penelitian akan dijelaskan mengenai 4.1.1 pelaksanaan pembelajaran dan 4.1.2 penggunaan media decanomial bead bar box.
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan implementasi media decanomial bead bar box pada pembelajaran matematika kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Waktu pelaksanaan implementasi media di kelas dilakukan pada tanggal 10 Mei hingga 13 Mei 2016. Sebelumnya, pada tanggal 9 Mei 2016 peneliti melakukan tes kepada siswa kelas II berupa pengerjaan soal tes yang memuat 20 pertanyaan mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Soal tes diberikan untuk mengumpulkan data kemampuan berhitung siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Hasil pengerjaan tes oleh siswa dijadikan data awal sebelum pelaksanaan implementasi media oleh peneliti di kelas. Pada tanggal 14 Mei 2016, peneliti juga memberikan soal tes kepada siswa kelas II. Pemberian soal tes ini untuk melihat hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan media decanomial bead bar
(62)
box. Uraian mengenai pelaksanaan implementasi di kelas II selama empat pertemuan adalah sebagai berikut.
4.1.1.1 Pertemuan 1
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Mei 2016 selama 2 jam pelajaran (2x40 menit). Materi pembelajaran yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah penjumlahan bilangan dua angka tanpa menyimpan. Siswa membantu guru membawa media decanomial bead bar box masuk ke dalam kelas. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam antara guru dan siswa. Kemudian guru menanyakan kabar siswa dan siswa menjawabnya. Salah satu siswa memimpin doa bersama sebelum pembelajaran dimulai. Untuk menambah semangat siswa dalam belajar, siswa bersama dengan guru melakukan tepuk semangat dan menyanyikan lagu “satu ditambah satu.” Lagu tersebut dipilih sekaligus untuk mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi penjumlahan bilangan. Siswa dengan arahan guru membahas lagu yang telah dinyanyikan bersama-sama. Siswa kemudian menyampaikan materi pelajaran yang dapat siswa pelajari dari lagu tersebut. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Siswa juga diberitahu bahwa hari ini siswa akan belajar dengan menggunakan media decanomial bead bar box.
Siswa membantu guru membagikan LKS kepada setiap siswa di kelas. Setelah semua LKS dibagikan, siswa diminta untuk mengisi nama dan no.absen siswa pada lembar LKS. Kemudian, guru menanyakan kepada siswa
(63)
perilaku yang menunjukkan sikap saling berbagi di dalam kelas. Siswa secara bergiliran menyebutkan perilaku yang menunjukkan sikap saling berbagi di dalam kelas. Jawaban siswa ditulis pada papan tulis oleh guru. Siswa bersama dengan guru membahas perilaku-perilaku yang menunjukkan sikap saling berbagi yang telah siswa sebutkan dan mengaitkannya pada penggunaan media dalam belajar secara berkelompok. Setelah itu, guru mengulang kembali sedikit tentang materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan menggunakan cara bersusun pendek dan cara bersusun panjang. Kemudian, siswa pun diperkenalkan pada media decanomial bead bar box. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai nama dan kegunaan media decanomial bead bar box. Kemudian, siswa mengamati cara penggunaan media yang diperagakan oleh guru dengan contoh soal penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan.
Gambar 4.1.1.1.1 Siswa diperkenalkan media decanomial bead bar box.
Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan kepada siswa. Kegiatan tersebut adalah pembagian kelompok belajar dan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dalam setiap kelompok. Kemudian, siswa berkumpul
(64)
bersama dengan kelompoknya. Perwakilan dari setiap kelompok mengambil media decanomial bead bar box dan kartu soal yang ada di depan kelas.
Gambar 4.1.1.1.2 Perwakilan kelompok mengambil media.
Terdapat satu kelompok di mana salah satu siswanya enggan berbagi media decanomial bead bar box dengan salah satu teman kelompoknya. Guru pun berusaha menyakinkan siswa tersebut agar mau berbagi dalam menggunakan media, namun siswa tersebut bersikeras enggan berbagi media. Akhirnya salah satu siswa dalam kelompok tersebut bersedia bergabung dengan kelompok lain dan kelompok lain menerimanya.
Pembelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa bersama dengan kelompoknya mulai mengerjakan soal penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan menggunakan media decanomial bead bar box. Siswa secara bersama-sama dengan kelompoknya membaca soal yang ada pada kartu soal. Soal yang dikerjakan siswa yaitu: Santi mengumpulkan 42 baju bekas. Kemudian Santi mendapat 13 baju bekas dari Doni. Berapa jumlah baju bekas yang Santi punya? Untuk menjawab soal tersebut, siswa menuliskan terlebih dahulu soal tersebut pada lembar jawaban. Siswa diberi kebebasan untuk menuliskan
(65)
dalam cara bersusun pendek maupun bersusun panjang. Kemudian, siswa mulai mengambil manik-manik sejumlah dengan bilangan pada kartu soal (42).
Gambar 4.1.1.1.3 Siswa mengambil manik-manik.
Siswa memastikan jumlah manik-manik yang mereka ambil sesuai dengan bilangan yang ada pada kartu soal dengan menghitung manik-manik tersebut. Setelah itu, siswa mengambil manik-manik lagi sejumlah bilangan yang tertulis pada kartu soal (13). Semua manik-manik yang siswa ambil kemudian siswa hitung. Jumlah semua manik-manik yang siswa hitung adalah jawaban dari soal tersebut.
(1)
Transkripsi Wawancara Media dengan Siswa 4
Peneliti : S, kemarin sudah bisa belum menggunakan medianya sendiri? Siswa : iya, sudah bisa dong bu.
Peneliti : terus S jadi paham tidak belajar materinya pakai medianya itu? Siswa : iya paham.
Peneliti : cara menggunakan medianya sudah tau?
Siswa : iya udah tau bu. Ambil manik-maniknya lalu nanti dijumlahin jadi satu.
Peneliti : saat ibu bawa medianya ke kelas, S jadi ingin belajar tidak? Siswa : hooh, pengin bu. Jadi semangat.
Peneliti : S tertarik tidak dengan medianya itu? Siswa : iya, tertarik bu. Bagus medinya. Peneliti : kenapa S tertarik dengan medianya?
Siswa : soalnya waktu liat medianya jadi penasaran terus pengin nyoba. Peneliti : S senang tidak menggunakan medianya?
Siswa : senang bu. Belajarnya jadi lebih enak. Peneliti : S bisa bawa medianya?
Siswa : iya bisa bu.
Peneliti : bawa medianya susah tidak?
Siswa : gak, gak susah bu. Gampang bawanya.
Peneliti : S jadi lebih mudah tau manik-maniknya bilangan berapa karena warnanya bukan?
Siswa : iya, karena warna manik-maniknya. Jadi cepet gitu bu ambilnya. Peneliti : kemarin saat menggunakan media, S sadar tidak kalau salah
gunain medianya?
Siswa : iya, sadar. Pas liat jawaban di belakang soalnya.
Peneliti : S lebih mudah menemukan jawaban dari soal saat pakai medianya tidak?
Siswa : iya lebih mudah, lebih cepat. Tinggal jumlahin manik-maniknya kalau gak ngurangin manik-maniknya.
(2)
183
Siswa : iya, mudah bu. Kayu kan ada di mana-mana Peneliti : orang lain bisa tidak membuat medianya itu? Siswa : oh ya bisa. bisa-bisa
(3)
(4)
185
Lampiran 24
(5)
(6)
187
CURRICULUM VITAE
Katarina Tiara Dewantari merupakan anak keempat dari empat bersaudara yang lahir di Purworejo, 9 April 1994. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Pius Bakti Utama Kutoarjo, tamat pada tahun 2006. Pendidikan Menengah Pertama di SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo, tamat pada tahun 2009. Pendidikan Menengah Atas di SMA Pius Bakti Utama Bayan, tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selama menempuh pendidikan di PGSD, penulis mengikuti berbagai macam kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis.
1. Bendahara dalam Inisiasi Prodi PGSD tahun 2014. 2. Peserta dalam Live Show Karawitan di TVRI tahun 2014.
3. Anggota Divisi Acara dalam Parade Gamelan Anak Se-Jawa tahun 2013.
4. Anggota “PGSD Choir” tahun ajaran 2012/2013, 2013/2014, 2014/2015,
2015/2016.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menyusun
skripsi yang berjudul “Implementasi Decanomial Bead Bar Box untuk Materi
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.”