Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini akan menguraikan tentang 1.1 latar belakang masalah, 1.2 identifikasi masalah, 1.3 pembatasan masalah, 1.4 rumusan masalah, 1.5 tujuan penelitian, 1.6 manfaat penelitian, 1.7 asumsi penelitian, dan 1.8 definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia berhak untuk mendapat pendidikan dalam hidupnya. Sekolah adalah salah satu sarana untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan di sekolah dilakukan dengan kegiatan belajar mengajar. Winkel 2014: 29 mengatakan bahwa pendidikan di sekolah mengarahkan belajar siswa supaya siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang semuanya menunjang perkembangannya. Salah satu cara siswa dapat memperoleh pendidikan yaitu dengan belajar di sekolah. Siswa belajar guna menambah ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Susanto 2013: 183 menegaskan bahwa siswa belajar supaya tidak hanya terampil namun juga dapat menerapkan apa yang ia pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai mata pelajaran diajarkan pada siswa untuk dapat mewujudkan tujuan dari belajar itu. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa di sekolah yaitu matematika. Dari hasil observasi, dengan belajar matematika siswa dapat memperoleh pengetahuan, salah satunya yaitu berhitung. Berhitung digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, siswa perlu menghitung berapa uang yang harus siswa keluarkan untuk membeli sebuah barang. Ismunamto 2011: 18-19 menegaskan bahwa kehadiran matematika dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari sangat bermanfaat, karena dapat digunakan untuk berhitung, mengolah data, berdagang, dan dapat membantu bidang studi lainnya seperti akuntansi, perpajakan, kimia, fisika, dan farmasi. Salah satu materi pelajaran penting dalam matematika adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan. Goenawan dan Alexander 2014: 14 menjelaskan bila siswa tidak dapat memahami konsep penjumlahan dan pengurangan maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi pelajaran matematika pada tahap selanjutnya. Sebagai contoh, siswa yang kurang memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan akan kesulitan mempelajari materi perkalian dan pembagian. Oleh karena itu penting bagi siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan ini, karena materi penjumlahan dan pengurangan bilangan ini menjadi dasar bagi operasi dasar bilangan yang lain. Uno dan Nurdin 2011: 265 menegaskan bahwa pembelajaran yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan belajarnya. Dengan demikian, pembelajaran yang diberikan kepada siswa Sekolah Dasar disesuaikan dengan tahap perkembangan belajar siswa Sekolah Dasar. Piaget dalam Santrock, 2014: 49 mengungkapkan terdapat empat tahapan perkembangan belajar siswa. Empat tahapan tersebut diantaranya, tahap sensorimotor lahir sampai 2 tahun, tahap praoperasional 2 sampai 7 tahun, tahap operasional konkret 7 sampai 11 tahun, dan tahap operasional formal 11 tahun sampai dewasa. Siswa usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasional konkret. Santrock 2014: 49 menegaskan pada tahap operasional konkret anak berpikir secara operasional, dan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif tetapi hanya dalam situasi konkret. Oleh karena itu Uno dan Nurdin 2011: 265 menegaskan bahwa pembelajaran untuk siswa pada tahap operasional konkret hendaknya menggunakan benda- benda konkret sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dengan cara penyajian matematika menggunakan benda konkret yang sesuai dengan tahap perkembangan belajar siswa, siswa yang belajar akan siap menerima pelajaran. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru matematika kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman pada tanggal 29 Maret 2016 menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa siswa yang belum menguasai materi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas II pada tanggal 9 Mei 2016 menunjukkan bahwa terdapat 12 siswa yang mendapat nilai di bawah 60. Guru mengatakan bahwa siswa masih kesulitan dalam materi penjumlahan dengan teknik menyimpan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama melakukan program PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengakraban lingkungan di SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman ini, diketahui bahwa penggunaan media dalam pembelajaran di kelas masih belum maksimal. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak selalu menggunakan media dalam pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran masih terbatas pada pengenalan materi pembelajarannya saja. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, guru menggunakan lidi untuk memperkenalkan materi penjumlahan dan pengurangan kepada siswa. Pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka dan lebih, guru tidak lagi menggunakan lidi dalam pembelajaran melainkan menerapkan teknik ceramah dalam pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan salah satu cara untuk membantu siswa memahami materi yang sedang diajarkan. Kustandi dan Sutjipto 2013: 8 menegaskan bahwa media pmbelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan sarana meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Menurut Anitah 2010: 5 media dapat berupa orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu media pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap adalah media pembelajaran decanomial bead bar box. Media decanomial bead bar box ini merupakan salah satu media berbasis Montessori. Media berbasis Montessori mempunyai empat ciri-ciri. Ciri-ciri media Montessori yaitu auto-education, auto- correction, menarik, dan bergradasi Montessori, 2002: 169, 171. Prasetya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2014: 18 menambahkan ciri media Montessori yaitu kontekstual. Dengan menggunakan media decanomial bead bar box, siswa dapat menambah pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam menggunakan media tersebut dan membantunya memahami materi pembelajaran. Media decanomial bead bar box adalah kumpulan manik-manik yang berwarna-warni. Manik-manik berwarna merah mengindikasikan bilangan satu dengan jumlah manik-manik satu. Manik-manik berwarna hijau mengindikasikan bilangan dua dengan jumlah manik-manik dua. Begitu seterusnya hingga bilangan sepuluh. Media decanomial bead bar box ini memberikan pengetahuan baru pada siswa karena siswa sendiri yang menggunakan media ini sehingga siswa dapat mengetahui cara menggunakan media ini. Montessori dalam Magini, 2013: 55 mengatakan bahwa dengan mengalami dan melakukannya sendiri, siswa akan mendapat pengalaman belajar. Media decanomial bead bar box ini merangsang indera penglihatan dan peraba siswa supaya mampu membedakan berbagai macam warna manik- manik dan mengetahui jumlah manik-manik dalam satu rangkaian. Media ini juga dapat memberikan pengaruh terhadap sikap siswa karena siswa diajarkan untuk bersikap disiplin dalam menggunakan media. Montessori 2013: 173 mengatakan bahwa disiplin terletak pada penguasaan diri dan pengaturan perilaku untuk mengikuti sejumlah peraturan dalam kehidupan. Montessori dalam Magini, 2013: 54 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, siswa dapat memilih sendiri materi yang ingin mereka pelajari dan mengembalikan media ke tempat semula. Kegiatan tersebut merupakan salah satu sikap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disiplin dalam pembelajaran Montessori. Selain itu media decanomial bead bar box ini dapat membantu siswa untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan. Media ini juga menarik bagi siswa karena berwarna- warni. Rasa ingin tahu siswa akan muncul sehingga siswa ingin bereksplorasi dengan media decanomial bead bar box ini. Berdasarkan penjelasan di atas, media decanomial bead bar box sesuai dengan tahapan perkembangan belajar siswa yaitu tahap operasional konkret di mana siswa membutuhkan benda- benda konkret untuk membantunya mempelajari materi penjumlahan dan pengurangan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Decanomial Bead Bar Box untuk Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan pada Siswa Kelas II SD Negeri Caturtunggal 1 Sleman.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif Melalui Metode Demonstrasi Dengan Menggunakan Alat Peraga (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Iv Mi Sirojul Athfal Bekasi)

2 56 145

PENINGKATAN KETERAMPILAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH DENGAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT Peningkatan Keterampilan Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Cacah Dengan Model Teams Games Tournament Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Jambon Tah

0 2 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH DENGAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT Peningkatan Keterampilan Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Cacah Dengan Model Teams Games Tournament Pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Jambon Tah

0 2 14

DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLES MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD.

0 5 38

Implementasi media bead frame montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

1 25 263

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru

1 10 192

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU POSINEGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN.

1 22 174

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN POSITIF NEGATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT SISWA KELAS IV SD NEGERI DELEGAN II PRAMBANAN.

0 0 176

PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SD

0 0 87

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan kontekstual untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah pada siswa kelas II SD N Cancangan Cangkringan Sleman - USD Repository

0 0 89