Implementasi media bead frame montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

(1)

ABSTRAK

Kingkin Prabandari, 2016. Implementasi Media Bead Frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: implemetasi, media bead frame Montessori, matematika, perkalian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan beberapa siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika khususnya perkalian. Siswa masih kesulitan dalam pembelajaran perkalian dua angka. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan guru belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil pretest, posstest dan analisis angket. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 sebanyak 12 siswa. Implementasi ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.

Hasil penelitian berupa deskripsi implementasi media bead frame Montessori pada pembelajaran matematika. Dampak pengimplementasian media bead frame Montessori menunjukkan dampak positif, yaitu hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada hasil pretest dan posttest. Hasil rata-rata yang ditunjukkan pada saat pretest adalah 44 dan posttest 85. Nilai yang didapatkan siswa melebihi nilai KKM.


(2)

ABSTRACK

Kingkin Prabandari , 2016. The Implementation of Media Bead Frame Montessori for Multiplication at the Thirth Grade Elementary School Caturtunggal 1. Thesis . Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program , Sanata Dharma University.

Keywords : implementation, media bead frame Montessori, mathematics, multiplication.

This research based on the problem of student who get difficult in joining mathematics learning, especially multiplication. The students get difficulty in learning two figures multiplication. It happened because the teacher still used speech method when the educational is going on and the teachers haven’t used the media that help studens understand the material

The kind of research that used is descriptive qualitative and quantitative. The qualitative data is collected from the result of observation, documentary, and interview. While the qualitative data is found from the result of pretest, posttest and analysis of questionnaire. This implementation is done on 12 studemts of grade third in SDN Caturtunggal 1 and this implementation is done 5 meetings.

The result of research is descriptive implementation media bead frame Montessori on mathematic. Imlementation media bead frame show positve effect, that is the result of pretest and posttest. The average yield that is shown in pretest is 44 and posttest is 88. The students get score beyond the KKM.


(3)

i

IMPLEMENTASI MEDIA BEAD FRAME MONTESSORI PADA MATERI PERKALIAN SISWA KELAS III SD NEGERI CATURTUNGGAL 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Kingkin Prabandari NIM: 121134239

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Allah SWT  Orangtuaku

 Dosen pembimbingku  Sahabat-sahabatku  Teman-temanku


(7)

v

HALAMAN MOTTO

Dream, Believe, and Make It Happen” (Agnes Moo)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Oktober 2016 Peneliti


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Kingkin Prabandari

Nomor Mahasiswa : 121134239

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“IMPLEMENTASI MEDIA BEAD FRAME MONTESSORI PADA

MATERI PERKALIAN SISWA KELAS III SD NEGERI

CATURTUNGGAL 1”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Oktober 2016 Yang menyatakan,


(10)

viii ABSTRAK

Kingkin Prabandari, 2016. Implementasi Media Bead Frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: implemetasi, media bead frame Montessori, matematika, perkalian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan beberapa siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika khususnya perkalian. Siswa masih kesulitan dalam pembelajaran perkalian dua angka. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan guru belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil pretest, posstest dan analisis angket. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 sebanyak 12 siswa. Implementasi ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.

Hasil penelitian berupa deskripsi implementasi media bead frame Montessori pada pembelajaran matematika. Dampak pengimplementasian media bead frame Montessori menunjukkan dampak positif, yaitu hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada hasil pretest dan posttest. Hasil rata-rata yang ditunjukkan pada saat pretest adalah 44 dan posttest 85. Nilai yang didapatkan siswa melebihi nilai KKM.


(11)

ix ABSTRACK

Kingkin Prabandari , 2016. The Implementation of Media Bead Frame Montessori for Multiplication at the Thirth Grade Elementary School Caturtunggal 1. Thesis . Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program , Sanata Dharma University.

Keywords : implementation, media bead frame Montessori, mathematics, multiplication.

This research based on the problem of student who get difficult in joining mathematics learning, especially multiplication. The students get difficulty in learning two figures multiplication. It happened because the teacher still used speech method when the educational is going on and the teachers haven’t used the media that help studens understand the material

The kind of research that used is descriptive qualitative and quantitative. The qualitative data is collected from the result of observation, documentary, and interview. While the qualitative data is found from the result of pretest, posttest and analysis of questionnaire. This implementation is done on 12 studemts of grade third in SDN Caturtunggal 1 and this implementation is done 5 meetings.

The result of research is descriptive implementation media bead frame Montessori on mathematic. Imlementation media bead frame show positve effect, that is the result of pretest and posttest. The average yield that is shown in pretest is 44 and posttest is 88. The students get score beyond the KKM.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Media Bead Frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak yang sudah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kesehatan dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.S., M.Pd. Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakaprodi PGSD.

5. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan dan dukungan dengan sabar dan bijaksana. 6. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan dukungan dengan sabar dan bijaksana. 7. Widodo, S.Pd. kepala sekolah SD Negeri Caturtunggal 1 yang telah

memberikan ijin penelitian di SD Negeri Caturtunggal 1.

8. Indhah Setiyani, S.Pd.SD wali kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yag telah membatu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.

9. Siswa-siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerjasama selama penelitian berlangsung. 10.Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa

membantu dalam proses perkuliahan dan skripsi.

11.Kedua orang tuaku, pak Wawan dan bu Sri yang selalu mendoakanku. 12.Mbah Karsih yang selalu memberikan dukungan dan mendoakanku.


(13)

xi

13.Dhimas Bagus Riztiyo, yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan mendoakanku. Mengenalmu dan bersamamu adalah rencana Tuhan yang indah.

14.Sahabat-sahabat yang selalu mendukungku, Farida Hardiyanti, Anggita Pawestri, Defirra Alizunna, dan Eka Oktafiana. Bertemu kalian adalah anugerah yang indah.

15.Teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2012, Sr. Nining, Fabiana Dwi, Orisa Ratih, Susanna Nur, Katarina Tiara, Anastasya Sidharta, Anastasya Ambar, Theresia Wulan, Ratna Dewi, Monica Putri, Elisabet Riris, Wahyu Ahmet, dan semua yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.

16.Bapak Muhibat yang membantu dalam pembuatan alat peraga.

17.Segenap pihak, sahabat, dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan. Karena itu, peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan baik dalam sistematika, isi, dan sebagainya. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 21 Oktober 2016 Peneliti


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

E. Asumsi Penelitian ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7

1. Belajar dan Pembelajaran ... 7

a. Hakikat Belajar ... 7


(15)

xiii

c. Hakikat Pembelajaran ... 9

2. Permbelajaran Matematika ... 10

a. Hakikat Matematika ... 10

b. Pembelajaran Matematika ... 11

c. Hakikat Perkalian ... 12

d. Perkalian dalam Matematika Sekolah Dasar ... 13

3. Pembelajaran Montessori ... 13

a. Sejarah Montessori ... 13

b. Karakteristik Pembelajaran dengan Montessori ... 15

4. Tahap-Tahap Perkembangan Anak ... 16

5. Media Pembelajaran Montessori ... 18

a. Pengertian Media ... 18

b. Pengertian Media Pembelajaran ... 19

c. Media Montessori ... 20

d. Ciri Media Pembelajaran Montessori ... 20

e. Bead Frame Montessori ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 28

1. Tempat Penelitian ... 28

2. Subjek Penelitian ... 28

3. Objek Penelitian ... 28

C. Rancangan Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 33

1. Instrumen Pembelajaran ... 33

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

F. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 40


(16)

xiv

1. Analisis Data Kualitatif ... 43

2. Analisis Data Kuantitatif ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Paparan Implementasi Media Bead Frame Montessori ... 47

a. Pertemuan I ... 47

b. Pertemuan II ... 46

c. Pertemuan III ... 54

d. Pertemuan IV ... 64

e. Pertemuan V ... 68

2. Hasil Belajar Siswa ... 69

3. Hasil Observasi Pembelajaran ... 71

4. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Media Bead Frame Montessori dalam Pembelajaran ... 74

5. Hasil Wawancara Guru terkait Pengimplementasian Media Bead Frame Montessori terhadap Pembelajaran Perkalian ... 75

6. Hasil Wawancara Siswa terkait Pengimplementasian Media Bead Frame Montessori terhadap Pembelajaran Perkalian ... 82

B.Pembahasan ... 88

1. Hasil Implementasi ... 88

2. Dampak Pengimplementasian Media Bead Frame Montessori terhadap Hasil Belajar Siswa ... 90

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 92

B.Keterbatasan Penelitian ... 93

C.Saran ... 93

DAFTAR REFERENSI ... 94

LAMPIRAN ... 97


(17)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 3.1 Tahapan Penelitian Kualitatif Menurut Bogdan ... 29


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 33

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 34

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest ... 35

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 36

Tabel 3.5 Hasil Validasi Angket Respon Siswa ... 37

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran ... 37

Tabel 3.7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran ... 38

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran ... 38

Tabel 3.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran ... 39

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Setelah Pembelajaran ... 39

Tabel 3.11 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 40

Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Hasil Validasi Ahli ... 43

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 44

Tabel 3.14 Lembar Penilaian Sikap Saling Berbagi ... 44

Tabel 3.15 Kriteria Penilaian Sikap Saling Berbagi ... 45

Tabel 3.16 Lembar Penilaian Sikap Kerjasama ... 45

Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Sikap Kerjasama ... 45

Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Hasil Angket Siswa ... 46

Tabel 4.1 Hasil Pretest 12 Siswa SDN Caturtunggal 1 ... 69

Tabel 4.2 Hasil Posttest 12 Siswa SDN Caturtunggal 1 ... 70

Tabel 4.3 Penilaian Sikap Saling Berbagi ... 73

Tabel 4.4 Penilaian Sikap Kerjasama ... 73


(19)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Siswa ... 70


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Guru Menyiapkan Kondisi Siswa ... 49

Gambar 4.2 Bead Frame Montessori ... 50

Gambar 4.3 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 53

Gambar 4.4 Siswa Mempresentasikan Hasil Kerjanya ... 53

Gambar 4.5 Guru Ikut Serta dalam Presentasi Kelompok ... 53

Gambar 4.6 Guru Mempersiapkan Kondisi Siswa dalam Pembelajaran ... 54

Gambar 4.7 Siswa dan Guru Menyerukan Jargon ... 55

Gambar 4.8 Perwakilan dari Masing-Masing Kelompok Mengambil Bead Frame ... 56

Gambar 4.9 Guru Menjelaskan Media Bead Frame ... 56

Gambar 4.10 Guru Memberikan Contoh Soal ... 57

Gambar 4.11 Guru Menunjukkan Hasil Perkalian 5 x 3 ... 58

Gambar 4.12 Guru Menanyakan kepada Siswa Angka yang Dikalikan Selanjutnya ... 59

Gambar 4.13 Guru Menunjukkan Hasil Perkalian 33 x 5 ... 59

Gambar 4.14 Guru Membagikan LKS ... 61

Gambar 4.15 Guru Mengelilingi Kelas dan Mengajari Siswa dalam Belompok ... 61

Gambar 4.16 Siswa Saling Bekerja Sama dalam Mengerjakan Soal ... 62

Gambar 4.17 Ekspresi Siswa Ketika Jawaban Mereka Benar ... 62

Gambar 4.18 Kelompok Mempresentasikan Hasil Pekerjaanya ... 63

Gambar 4.19 Siswa Mengangkat Tangan Ketika Guru Menanyakan Tentang Benar Salah dalam Mengerjakan Soal ... 63

Gambar 4.20 Guru Membagikan LKS kepada Siswa ... 65

Gambar 4.21 Guru Memberikan Contoh Soal Kepada Siswa ... 65

Gambar 4.22 Guru Mengajari Siswa yang Terlihat Kesulitan dalam Mengerjakan Soal ... 67


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 99

Lampiran 2 RPP Pertemuan II ... 102

Lampiran 3 RPP Pertemuan III ... 115

Lampiran 4 RPP Pertemuan IV ... 128

Lampiran 5 LKS Pertemuan I ... 142

Lampiran 6 LKS Pertemuan III ... 149

Lampiran 7 LKS Pertemuan IV ... 156

Lampiran 8 Soal Pretest ... 163

Lampiran 9 Soal Posttest ... 165

Lampiran 10 Angket Siswa ... 167

Lampiran 11 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Validator 1 ... 168

Lampiran 12 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Validator 2 ... 175

Lampiran 13 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Validator 3 ... 178

Lampiran 14 Lembar Validasi Instrumen Pengumpulan Data ... 189

Lampiran 15 Hasil Kerja Siswa Pertemuan II ... 197

Lampiran 16 Hasil Kerja Siswa Pertemuan III ... 203

Lampiran 17 Hasil Kerja Siswa Pertemuan IV ... 209

Lampiran 18 Angket yang telah Diisi Siswa ... 215

Lampiran 19 Hasil Rekapan Pengisian Angket Siswa ... 216

Lampiran 20 Soal Prestest yang telah dikerjakan Siswa ... 217

Lampiran 21 Soal Posttest yang telah dikerjakan Siswa ... 219

Lampiran 22 Transkipsi Video Pertemuan III ... 221

Lampiran 23 Transkripsi Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran ... 228

Lampiran 24 Transkripsi Wawancara Guru Setelah Pembelajaran ... 231

Lampiran 25 Transkripsi Wawancara Siswa ... 233

Lampiran 26 Dokumentasi Foto Saat Pembelajaran ... 236

Lampiran 27 Surat Ijin Penelitian ... 238


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian dari pendahuluan.

A. Latar Belakang Masalah

Kecakapan dasar yang sangat penting sebagai fondasi untuk pengembangan kecakapan akademis seseorang adalah membaca, menulis, dan menghitung. Salah satu mata pelajaran yang mempelajari salah satu aspek dari kecakapan dasar tersebut adalah matematika. Menurut Susanto (2012: 185) matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir dan juga berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan juga dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi, matematika menjadi salah satu bidang studi yang wajib diperkenalkan dan juga dipelajari. Bahkan matematika juga telah diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

Gunawan mengatakan bahwa ada sebuah riset yang menunjukkan bahwa kecakapan matematika sangatlah mempengaruhi perkembangan diri anak (Soesilowati, 2011: xvii). Ketika anak suka, mampu, serta cakap dalam berhitung maka anak akan tumbuh dengan konsep diri yang baik, bahkan anak merasa cakap


(23)

2

serta berharga. Akan tetapi sebaliknya, saat anak tidak suka, tidak mampu, atau tidak cakap berhitung, anak tumbuh dengan konsep diri yang tidak baik karena merasa rendah diri (minder) dan menghindar dari pelajaran yang melibatkan hitungan atau angka.

Menurut survei yang dilakukan oleh Supriadi (2013: 7) mengatakan bahwa beberapa siswa masih menganggap matematika menjadi salah satu pelajaran yang menakutkan karena dirasa paling sulit. Hal ini menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan siswa semakin sulit memahami matematika. Kesulitan belajar dan menguasai matematika dasar, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian ini juga dapat berawal pula dari proses belajar yang salah. Padahal sikap dan minat yang positif terhadap matematika merupakan salah satu standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

Kesulitan dalam pembelajaran khususnya matematika sering dijumpai di sekolah-sekolah. Hal ini terjadi di SD Negeri Caturtunggal 1. Peneliti melakukan observasi selama PPL (Program Pengalaman Lapangan) tanggal 14 September 2015 pada kelas III SD Negeri Caturtunggal 1, menemukan beberapa siswa terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Khususnya pada materi perkalian. Siswa masih belum memahami perkalian terutama untuk perkalian dua angka. Untuk perkalian satu angka, mereka dapat menghitung menggunakan jari mereka. Ketika dihadapkan dengan perkalian dua angka, siswa terlihat kebingungan dalam menghitungnya. Siswa kebingungan angka mana yang harus dikalikan terlebih dahulu. Selain itu, siswa terlihat pasif saat proses


(24)

3

pembelajaran. Terlihat dari siswa hanya mendengarkan guru berbicara menyampaikan materi dan siswa menyimak materi ajar yang ada pada buku paket. Saat pembelajaran berlangsung tanggal 14 September 2015, terlihat kurangnya interaksi antara guru dengan siswa. Hal ini dapat terlihat ketika guru memberikan tugas kepada siswa, namun beberapa siswa belum memahami mengenai apa yang guru jelaskan. Siswa yang belum memahami materi enggan bertanya kepada guru karena siswa malu dan menganggap teman-teman yang lain sudah memahami materi.

Pembelajaran di kelas III diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan pembelajaran belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada guru kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 tanggal 7 Maret 2016, guru jarang menggunakan media ketika pembelajaran matematika berlangsung. Hal ini disebabkan karena guru merasa kebingungan dengan media yang harus digunakan dalam pembelajaran matematika. Matematika dianggap sebagai pembelajaran abstrak sehingga guru sulit menentukan media yang pas. Selain itu, tidak adanya waktu untuk mempersiapkan media yang digunakan saat pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan media untuk menyampaikan materi perkalian kepada siswa agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media pembelajaran dari Montessori.

Media Montessori merupakan alat yang digunakan oleh Maria Montessori yang berasal dari Italia untuk pembelajaran di sekolah. Alat Montessori


(25)

4

mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda, unik dan tidak dimiliki oleh media pada umumnya. Maria Montessori merumuskan empat karakteristik media yang baik sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Karakteristik tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction (mempunyai pengendali kesalahan), dan auto-education (dapat digunakan secara mandiri) (Montessori, 2002: 171-175).

Latar belakang inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan suatu tindakan guna memperbaiki keadaan tersebut menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik dan juga relevan. Peneliti mengimplementasikan salah satu media pembelajaran dari Montessori yaitu bead frame untuk materi perkalian pada siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana implementasi media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1?

2. Bagaimana dampak pengimplementasian media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 ditinjau dari hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui implementasi media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.


(26)

5

2. Mengetahui dampak pengimplementasian media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 ditinjau dari hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika menggunakan media bead frame Montessori.

2. Bagi Guru

Guru memiliki referensi baru tentang media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian.

3. Bagi Sekolah

Memberikan masukan mengenai media pembelajaran Montessori untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan media pembelajaran untuk siswa pada materi perkalian.

E. Assumsi Penelitian

1. Implementasi media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(27)

6

2. Implementasi media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 memberikan dampak yang baik bagi hasil belajar siswa.

F. Definisi Operasional

1. Media pembelajaran adalah alat bantu mengajar untuk menyampaikan materi agar pesan lebih mudah diterima dan menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktif.

2. Media Montessori adalah merupakan media/alat yang didesain untuk mengembangkan pengetahuan anak secara mandiri.

3. Bead frame adalah suatu media pembelajaran Montessori yang terbuat dari tiga meterial (kayu, manik-manik, dan juga kawat) dengan kayu sebagai bingkai, dan kawat sebagai penghubung manik-manik.

4. Pembelajaran matematika sekolah dasar merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorang guru kepada siswa untuk memahami materi matematika dengan cara berpikir meningkat.


(28)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti menguraikan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian, yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir. Berikut adalah uraian dari landasan teori.

A. Kajian Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran a. Hakikat belajar

Belajar merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan oleh manusia dalam ranah formal maupun informal. Beberapa ahli mengartikan belajar dengan keyakinan masing-masing. Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely (dalam Arsyad, 2011: 3) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku, sedagkan perilaku adalah perubahan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati. Sedangkan Slameto (2010: 5) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yag baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan Slameto, Siregar dan Nara (2011: 4) menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas psikis yang terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat tetap. Ahli lain juga mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan, meningkatkan


(29)

8

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan memperkuat kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Melihat dari devinisi beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar tindakan atau usaha yang dilakukan seseorang karena adanya interaksi dengan lingkungan yang dapat menghasilkan pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan kepribadian.

Menurut Gagne (dalam Siregar dan Nara, 2011: 8) setelah seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, selanjutnya belajar untuk mencapai sebuah hasil yang diinginkan. Hasil belajar tersebut antara lain keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Menurut Jihad (2012: 14) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang mengarah pada keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jika dilihat dari perkembangannya, anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yang memberikan benda-benda konkret untuk membenatu proses belajarnya, sedangkan dalam konsep matematika ilmu yag dipelajari bersifat abstrak (Sudayana, 2014: 26). Berdasarkan paparan di atas siswa aka lebih mudah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan objek-objek yang dapat ditangkap oleh panca indera. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa untuk membantu proses belajar, anak membutuhkan alat bantu berupa media yang merupakan benda-benda konkret yang dapat di tangkap oleh panca indera.

b. Hasil Belajar

Sudjana (dalam Nurcholis, 2013: 1) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Driscoll (dalam Uno, 2008: 16) mengungkapkan dua hal, yaitu (1)


(30)

9

hasil belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, dan (2) hasil belajar yang muncul dari diri siswa adalah akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan tes, yaitu mengukur dan menilai hasil kinerja siswa (Nurcholis, 2013: 1). Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan melalui pengukuran hasil kerja siswa. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar.

c. Hakikat pembelajaran

Pembelajaran merupakan usaha yag dilakukan secara sengaja terarah dan terencana dengan tujuan yang telah di tetapkan (Siregar dan Nara, 2011: 13). Pembelajaran merupakan proses interaksi yang membantu siswa agar dapat belajar dengan baik (Susanto, 2013: 19). Pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2002: 24). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan guru terhadap siswa secara terstruktur untuk membantu siswa belajar dengan baik. Pembelajaran sebaiknya dilakukan dalam lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang konstruktif yaitu lingkungan belajar yang menyediakan keterkaitan antara pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, menggabungkan pembelajaran realistik dan konkret, memberikan kesempatan siswa untuk saling berinteraksi, memanfaatkan media, melibatkan


(31)

10

siswa secara emosional dan sosial agar matematika lebih menarik untuk dipelajari (Trianto, 2010: 19).

Pandangan tersebut sejalan dengan pemikiran Montessori yang mengatakan bahwa lingkungan belajar siswa disiapkan untuk memberikan kebebasan kepada siswa. Jika lingkungan sekolah disiapkan dengan benda-benda yag bersifat mengoreksi diri, maka siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing (Gutek, 2013: 75).

2. Pembelajaran Matematika a. Hakikat Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa Latin, yaitu mathematicus dari bahasa Yunani atau mathematikos dengan akar kata manthanein yang berarti be;ajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Susanto, 2013: 184). Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berupa simbol-simbol, karena itu konsep-konsep dalam matematika harus terlebih dulu dipahami (Susanto, 2013: 183).

Prinsip praktis dalam belajar Matematika adalah belajar matematika harus berarti, belajar matematika adalah proses perkembangan, matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur, anak aktif terlibat dalam pembelajaran matematika, anak harus mengetahui apa yang dipelajari dalam kelas matematika, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam belajar, menggunakan berbagai bentuk atau model matematika, variasi matematika membantu siswa belajar matematika, metakognisi memengaruhi anak belajar,


(32)

11

pemberian bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension (Runtukahu, 2014: 31).

Dalam kelas Montessori, matematika di SD berfungsi sebagai literasi yang bertujuan untuk, mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak dengan menggunakan benda-benda kongret (Payne & Rodiot, 2008: 10). Penekanan matematika bukan hanya mengenai rumus dan ketepatan atau benar salah saja, melainkan lebih kepada bagaimana siswa memahami materi melalui proses trial and error yang harus dilewatinya sehingga dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir logis dan matematis (Payne & Rodiot, 2008: 9).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika memerlukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa terutama pada saat siswa belajar konsep dari matematika itu sendiri.

b. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna. Muhsetyo (2012: 26) mengemukakan pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Susanto (2013: 186) berpendapat bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan guru untuk mengembagka kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.


(33)

12

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan penalaran dalam penerapan matematika.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorag guru kepada siswa untuk memahami materi matematika dengan cara berpikir meningkat.

c. Hakikat Perkalian

Operasi hitung perkalian merupakan penjumlahan berulang suatu bilangan (Fajariyah, 2008: 70). Operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata (Runtukahu, 2014: 117) . Oleh karena itu, pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan teori tersebut, Soesilowati menyebutkan bahwa perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan bilangan yang dilakukan secara berulang (Soesilowati, 2011: 35). Perkalian dapat dicontohkan dengan 2 x 3. Perkalian 2 x 3 = 3 + 3. Prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang (Heruman, 2008: 22).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan yang dilakukan secara berulang.


(34)

13

d. Perkalian dalam Matematika Sekolah Dasar

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang wajib dipelajari oleh siswa SD. Sesuai dengan Kurikulum 2013 tujuan matematika adalah membangun kemampuan siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengeola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Operasi perkalian merupakan penjumlahan berulang (Heruman, 2008: 17). Materi perkalian pada siswa kelas III SD meliputi perkalian bilangan satu angka dengan dua angka, perkalian bilangan dua angka dengan dua angka, perkalian yang hasilnya tiga angka, perkalian bersusun, dan operasi hitung perkalian menggunakan soal cerita.

3. Pembelajaran Montessori a. Sejarah Montessori

Maria Montessori adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori dan Renilde Stoppani yang lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, Ancona, Italia. montessori lahir dari keluarga yang terpandang, ayahnya bekerja di perusahaan garam dan tembakau milik negara sebagai pengawas. Sedangkan ibu Montessori adalah wanita berpendidikan tinggi dengan latar belakang keluarga yang kaya dan terpandang (Gutek, 2013: 1).

Montessori menempuh pendidikan mulai dari sekolah dasar di San Nicolo dari Tolentino. Sekolah dasar tersebut merupakan sekolah dasar terbaik kala itu.


(35)

14

Kemudian pada tahun 1883, Montessori diterima sebagai murid di sekolah teknik negeri yang terletak di Regia Secuola Michelangelo Buonarroti. Setelah itu, Montessori meneruskan pendidikannya di akademi kejuruan teknik Regio Istituto Technico Leonardo da Vinci dan fokus di bidang ilmu fisika dan matematika. Pada 1890, Montessori melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran. Namun, usahanya untuk meraih keingannya tidaklah mudah. Pihak universitas menolak karena bidang kedokteran hanya boleh dipelajari oleh kaum laki-laki. Keinginannya yang sangat besar untuk melnjutkan pendidikannya sangat besar tidak membuatnya putus asa. Montesssori untuk sementara masuk fakultas IPA yang kemudian masuk fakultas kedokteran setelah mendapatkan gelar diploma. Montessori adalahsatu-satunya wanita di fakultas kedokteran kala itu (Magini, 2013: 14-17).

Berawal dari Casa dei Bambini yang diresmikan pada tahun 1907. Montessori muli menjajaki dunia pendidikan. Pada awalnya anak-anak masih terlihat kaku dan cenderung liar di kelas. Akan tetapi anak-anak memiliki ketertarikan besar terhadap alat-media yang dibawa oleh Montessori. anak-anak yang tadinya liar menjadi antusias bermain dengan media tersebut.Montessori melihat adanya perubahan pada diri mereka. Seiring berjalannya waktu, sekolah tersebut menjadi sekolah percontohan dan semakin banyak tokoh-tokoh yang berkunjung untuk melihat pembelajaran di Casa dei Bambini (Magini, 2013: 48-56).

Pada tahun 1910, Montessori mendapatkan pengakuan sebagai seorang pendidik yang inovatif di Italia. Nama Montessori dengan prestasinya di bidang pendidikan menarik perhatian negara-negara di Eropa dan Amerika. Kesempatan


(36)

15

besar itu tidak disia-siakan, Montessori semakin mudah untuk menyebarkan pemikirannya. Oleh sebab itu Montessori mulai berkeliling dunia untuk berdialog dan menulis beberapa buku. Sejak saat itu perkembangan metode Montessori di negara-negara Eropa dan Amerika sangat pesat, terutama di Eropa. Hingga saat ini metode Montessori masih terus berkembang di dunia pendidikan (Gutek, 2013: 33-34)

b. Karakteristik Pembelajaran dengan Montessori

Pembelajaran Montessori pada dasarnya menitikberatkan pengembangan kemandirian anak dan memberi kebebasan anak untuk memilih dan menentukan atas apa yang dilakukannya. Pembelajaran yang dilakukan sambil bermain dan menggunakan panca indera secara maksimal selama pembelajaran menciptakan kesenangan pada anak ketika belajar (Montessori, 2002: 33). Montessori mengatakan bahwa proses pendidikan yang ideal dilakukan dalam kondisi lingkungan yang tertata dan terstruktur sesuai dengan perkembangan anak (Gutek, 2013: 25). Semua peralatan yang ada di kelas Montessori disesuaikan dengan perkembangan anak, mulai dari meja, kursi, tempat cuci tangan, dll. Kelas Montessori dibatasi dengan lemari-lemari pendek yang digunakan untuk menyimpan media dengan rapih dan mudah terjangkau oleh anak. Sekolah Montessori dibuat sedemikian rupa untuk melatih indera anak dan melatih keterampilan-keterampilan anak. Berbeda dengan sekolah tradisional, anak-anak di sekolah Montessori dapat memilih kegiatan dan alat-alat pembelajaran yang bersifat mengoreksi ketika anak melakukan kesalahan. Montessori percaya bahwa anak akan menjadi disiplin dan mandiri ketika mengetahui kesalahannya sendiri


(37)

16

kemudian mengulangi hingga anak menguasai tugasnya (Gutek, 2013: 27). Ada beberapa area dalam kelas Montessori yaitu practical life (keterampilan hidup), sensorial (pelatihan indera), bahasa dan matematika (Hainstock, 1997: 21-88). Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Montessori merupakan pembelajaran yang mengedepankan keterampilan dan kemandirian siswa dalam proses perkembangannya.

4. Tahap-tahap Perkembangan Anak

Jean Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak berkembang melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget dirumuskan menjadi empat tahapan (Suparno, 2001: 26-100).

a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak melakukan tindakan-tindakan dengan menggunakan panca indera seperti meraba, melihat, mendengar, membau, dll. Pada tahap ini anak belum bisa berbicara, anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengatakan suatu benda. Gagasan anak terus berkembang mulai dari belum mempunyai gagasan menjadi mempunyai gagasan. Gagasan ini berkaitan dengan ruang dan waktu yag belum terkoordinir dengan baik. Perkembangan tersebut terjadi terus-menerus dan menjadi tumpukan periode perkembangan berikutnya. b. Tahap Praoperasional (usia 3-7 tahun)

Tahap ini merupakan jembatan tahap sensori ke tahap operasional konkret. Dalam tahap perkembangan praoperasional, anak sudah mampu menggunakan bahasa dengan simbol-simbol yang membuat anak bisa berkomunikasi denga orag dewasa. Bahasa yang digunakan ini dapat membantu meningkatkan intelegensi


(38)

17

anak. Pada tahap ini kemampuan kognitif anak sudah pada taraf yang lebih tinggi. Namun pada tahap ini anak belum berpikir secara sistematis dan logis.

c. Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)

Pada tahap ini pemikiran anak sudah terarah dengan berdasarkan logika. Konsep bilangan, waktu dan ruang sudah semakin berkembang, tetapi masih terbatas pada benda-benda kongkret sebagai batuannya. Anak masih belum bisa memecahkan masalah yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu, ilmu matematika yang bersifat abstrak masih terlalu sulit untuk anak sekolah dasar.

d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)

Pada tahap ini pemikiran anak sudah tidak lagi berfokus pada objek-objek yang dapat dilihat, dengan kata lain anak sudah mampu berpikir abstrak untuk memahami suatu konsep. Penelaran anak sudah jauh meningkat, sehingga anak dapat berpikir lebih dari satu dimensi abstrak.

Berdasarkan teori perkembangan Piaget, siswa SD berada pada tahap operasional konkret dengan rentang usia 7-11 tahun. Anak senang menggunakan objek-objek untuk belajar dan mulai berpikir logis namun masih kesulitan dalam berpikir abstrak. Oleh karena itu, proses pembelajaran diharapkan mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui benda-benda konkret. Maka dari itu, peneliti menggunakan media pembelajaran untuk membantu siswa memahami pembelajaran matematika yang abtrak.


(39)

18

5. Media Pembelajaran Montessori a. Pengertian Media

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Anitah (2010: 5) menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Senada dengan itu, Munandi (2010: 7) mengemukakan bahwa media dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Kusnadi dan Sutjipto (2011: 9) media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapi tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna atau sarana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Guna mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dalam hal ini media dapat berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat mengaktifkan siswa dan penyampai materi (Munadi, 2010: 37).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk membantu siswa memahami setiap materi yang disampaikan guru.


(40)

19

b. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah bentuk jamak dari medium yang berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata medium diartikan sebagai “antara” atau “sedang” (Latuheru, 1988: 14). Pengertian media pembelajaran menurut Latuheru (1988: 14) adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar).

Sadiman (2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran kepada siswa.

Selanjutnya Schramm (dalam Asyhar, 2011: 10) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan kenginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Arsyad, 2002: 15).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah alat bantu mengajar untuk menyampaikan materi agar pesan lebih mudah diterima dan menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktif.


(41)

20

c. Media Montessori

Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Anitah, 2010: 5). Media dijadikan sebagai alat bantu guru mengajar agar siswa lebih memahami materi. Seperti halnya dengan media Montessori, media Montessori di desain untuk menarik perhatian anak-anak yang dapat mengajarkan konsep dengan menggunakan media/alat tersebut secara berulang-ulang (Liliard, 2005: 21). Media Montessori dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dan kemandirian, mengandung unsur seni, dan mengembagkan rasa tanggung jawab. Media ini dilengkapi dengan pengendali kesalahan sehingga anak dapat memperbaiki kesalahannya sendiri.

Media/alat matematika Montessori mencakup jumlah dan simbol, sistem desimal, dan empat operasi hitung matematika. Media yang digunakan bukan untuk mengajarkan matematika melainkan untuk membatu mengembagka kemampuan matematikanya. Pikiran tersebut mencakup kemampuan untuk memahami perintah, sesuatu yang abstrak, dan memiliki kemampuan untuk memahami konsep baru sebagai pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran (Liliard, 1997:137). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media Montessori merupakan media/alat yang didesain untuk mengembangkan pengetahuan anak secara mandiri.

d. Ciri-Ciri Media Pembelajaran Montessori

Media Montessori mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda, unik dan tidak dimiliki oleh media pada umumnya. Karakteristik tersebut adalah memiliki


(42)

21

ciri menarik, bergradasi, auto-correction (mempunyai pengendali kesalahan), dan auto-education (dapat digunakan secara mandiri). Maria Montessori merumuskan empat ciri utama media yang baik sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Montessori, 2002: 171-175)

1) Menarik

Setiap media Montessori harus mampu menarik perhatian anak, sehingga secara spontan anak ingin menyentuk, meraba, memegang, merasakan, dan menggunakannya (Montessori, 2002: 174-175). Media yang menarik adalah yang memiliki keindahan dari segi warna dan kecerahannya. Warna yang digunakan merupakan warna yang lembut dan terang.

2) Bergradasi

Salah satu ciri media pada Montessori adalah bergradasi. Bergradasi yang dimaksudkan adalah rangsangan yang rasional tentang suatu gradasi (Montessori, 2002: 175). Unsur bergradasi pada umumnya tampak pada segi warna dan bentuk. Ketika anak belajar menggunakan media, anak akan menggunakan lebih dari satu indera. Salah satu media Montessori yang berguna untuk memperkenalkan gradasi adalah pink tower terdiri 10 kubus dengan kubus paling besar memiliki sisi 10 cm. kubus yang lebih kecil berikutnya selalu memiliki ukuran sisi 1 cm lebih kecil. Kubus yang paling besar diletakkan paling bawah hingga yang terkecil di posisi paling atas. Kubus-kubus ini akan membentuk sebuah menara. Dengan begitu anak belajar membeda-bedakan besar-kecil dan berat ringan suatu objek (Montessori, 2002: 174)


(43)

22

3) Auto-correction (Mempunyai Pengendali Kesalahan)

Media pada Montessori pengenadali kesalahan, maksudnya melalui media tersebut anak dapat mengetahui sendiri setiap kesalahan yang dilakukan sehingga dengan sendirinya anak tahu jika ia melakukan kekeliruan. Montessori memberikan contoh tentang model balok yang berlubang-lubang (papan silinder). Dalam lubang-lubang terpasang silinder-silinder kecil dari kayu yang memiliki perbedaan ukuran dari yang paling kecil sampai paling besar. Silinder-silinder itu dilepask dan ditempatkan di atas meja secara acak, lal anak diminta untuk memasangkan kembali ke dalam lubang-lubang yang sesuai. Anak sangat antusias untuk mengamati hubungan antara ukuran lubang dan silinder. Silinder yang ukurannya lebih kecil dari lubang bisa masuk, tetapi yang lebih besar tidak bisa masuk. Anak akan mengetahui kesalahannya dan mengulang berkali-kali jika silinder yang mereka masukkan tidak tepat pada lubangnya (Montessori, 2002: 172)

4) Auto-education (Pembelajaran Mandiri)

Seluruh media pembelajaran Montessori dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak melakukan pendidikan diri (auto-education). Hal tersebut akan meningkatkan kemandirian anak dalam belajar dan campur tangan pendidik semakin diminimalisir. Peran pendidik dalam kelas Montessori adalah sebagai pengamat. Oleh sebab itu, Montessori tidak lagi menggunakan istilah “guru” tetapi “direktris” bagi pendidik, sebab direktris bertugas untuk mengarahkan aktivitas psikis anak dan perkembangan fisiologisnya yaitu hidup dan jiwanya.


(44)

23

e. Bead Frame Montessori

Bead frame merupakan salah satu media yang dikembangkan oleh Maria Montessori. Bead Frame digunakan untuk membantu siswa dalam belajar matematika yaitu penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Kali ini peneliti fokuskan pada materi perkalian.

Terdapat tiga material pokok pada media bead frame yaitu manik-manik, kayu, dan kawat. Kayu merupakan bahan yang digunakan untuk membuat bingkai bead frame. Manik-manik dalam media ini memiliki tiga warna yaitu hijau, biru dan merah sesuai dengan susunannya. Jumlah maik-manik seluruhnya ada 70 manik-manik dengan jumlah kawat 7 buah. Manik-maik teratas berwarna hijau yang melambangkan satuan, manik-manik kedua berwarna biru melambangkan nilai puluhan, manik-manik ketiga berwarna merah yang melambangkan ratusan. Pada baris keempat menggunakan warna hijau kembali yang melambangkan nilai ribuan dan begitu seterusnya. Bead frame mudah dibawa oleh siswa karena bentuknya yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat. Jadi anak-anak senang menggunakannya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bead frame adalah salah suatu media pembelajaran Montessori yang terbuat dari tiga meterial (kayu, manik-manik, dan juga kawat) dengan kayu sebagai bingkai, dan kawat sebagai penghubung manik-manik.

B. Penelitian yang Relevan

Devi (2013) meneliti tentang “Implementasi Perangkat Pembelajaran Geometri Menggunakan Pendekatan PMRI Siswa Kelas IV B di SD Krekah


(45)

24

Bantul”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan desain perangkat pembelajaran geometri menggunakan pendekatan PMRI dan mengetahui kemunculan indikator PMRI pada pembelajaran matematika. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dari hasil wawancara da dokumentasi. Sedagkan data kuantitatif didapat dari hasil validasi desain peragkat pembelajaran yang sudah direvisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi desain perangkat pembelajaran dengan pendekatan PMRI membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian ini kelima karakteristik yang telah diklarifikasikan ke dalam beberapa indikator, indikator memodelkan masalah dalam kalimat matematika dan indikator merupakan rumus matematika dalam pemecahan masalah tidak tampak di dalam proses pembelajaran karena saat menjelaskan guru tidak memakai kalimat matematika da materi yang dipelajari adalah sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang balok dan kubus.

Dian (2015) meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Montessori”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir ketika dihadapkan langsung dengan objek dan aktivitas konkret, salah satunya dengan menggunakan media. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil dari penelitian ini berupa prototype media papan perkalian berbasis Metode Montessori. Produk yang dikembangkan di validasi oleh ahli pada bidangnya yang menunjukkan bahwa (1) media memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi,


(46)

25

auto-correction, auto-education, dan kontekstual. (2) memiliki rerata skor 3, 55 dan masuk kategori “sangat baik”. Memalui penggunaan media matematika perkalian berbasis Montessori. nilai siswa dapat meningkat dari rerata 3,95 menjadi 8,62. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa media papan perkalian sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas

Pratiwi (2013) meneliti tentang “Pengembangan Media Montessori untuk Keterampilan Berhitung Matematika Kelas IV”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media yang berkualitas sesuai dengan lima ciri media yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat. Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Produk yang dikembangkan memperoleh rerata 4,65 dengan kategori “sangat baik” dari pakar pembelajaran matematika, pakar media matematika, guru kelas, dan sekelompok siswa kelas IVA. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan lima ciri media yang dijadikan dasar pengembangan media Montessori.

C. Kerangka Berfikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran pokok yang harus diberikan sejak dini terutama pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Namun banyak orang yang menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang terlalu


(47)

26

abstrak padahal pada dasarnya siswa sekolah dasar masih pada tahap perkembangan untuk belajar secara kongkret. Selain itu, dalam menyampaikan materi pembelajaran guru cenderung monoton yang mengakibatkan siswa merasa bosan dan jenuh sehingga siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit.

Kesulitan siswa menjadi pokok pemikiran bagi guru sehingga guru harus mengemas pembelajaran secara menarik. Pembelajaran yang menarik dapat dilaksanakan menggunakan media pembelajaran yang menarik pula. Media pembelajaran dapat membantu proses belajar siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajarnya. Media pembelajaran menjadi bagitu penting sehingga dibutuhkan media yang pas dan efisien untuk materi yang sedang diajarkan. Salah satu media pembelajaran yang cocok digunakan untuk adalah pembelajaran dengan metode Montessori. Metode Montessori mengembangkan alat-media yang menarik dan memiliki pengendali kesalahan sehingga siswa mampu belajar menggunakan alat-alat tersebut.

Oleh karena itu, peneliti mengimplementasikan media atau media Montessori yaitu bead frame pada materi perkalian siswa kelas III SDN Caturtunggal 1. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan hasil implementasi dan hasil belajar siswa menggunakan media bead frame pada materi perkalian siswa kelas III SDN Caturtunggal 1. Media tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi perkalian.


(48)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini peneliti menguraikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kredibilitas dan transferabilitas, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif (Arifin, 2011: 54) adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi atau perbandingan berbagai variabel. Tujuan penelitian deskriptif adalah menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat daerah atau populasi tertentu.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Arifin, 2011: 140) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif melibatkan pengumpulan dan penggunaan bermacam-macam data empirik yang berupa: transkip wawancara, catatan lapangan selama melakukan penelitian, dan sebagainya. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar.


(49)

28

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri caturtunggal 1 yang terletak di Jl. Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini dijadikan tempat penelitian karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara, guru belum menggunakan media pembelajaran khususnya untuk pembelajaran matematika. Sehingga peneliti mengimplementasikan media bead frame untuk membantu siswa yang masih kurang mampu dalam belajar matematika khususnya pada materi perkalian.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yang terletak di Jl. Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 12 siswa. 3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah implementasi media bead frame pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang ke dalam tiga tahapan. Rancangan penelitian ini berdasarkan pada rancagan penelitian yang dikemukakan oleh Bogdan (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 84-92). Tiga tahapan penelitian dapat dilihat pada bagan berikut.


(50)

29

Bagan 3.1 Tahapan Penelitian Kualitatif Menurut Bogdan

1. Tahapan Pralapangan

Tahapan pertama yaitu tahap pralapangan. Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan, diantaranya menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan penelitian, menilai keadaan lapangan, menyusun instrumen penelitian dan mempersiapkan media pembelajaran sebagai alat yang digunakan dalam penelitian.

Kegiatan validasi dilakukan untuk memperoleh gambaran apakah keseluruhan isntrumen yang digunakan untuk penelitian benar-benar sudah baik. Proses validasi ini sendiri sebetulnya terkait pada proses setiap instrumen penelitian, artinya keseluruhan instrumen harus diiringi langkah validasi untuk meyakini kebenaran dan ketepatannya sedini mungkin. Validasi instrumen penelitian dilakukan oleh dua dosen ahli, satu kepala sekolah, da satu guru kelas. 2. Tahapan Pekerjaan Lapangan

Pada tahapan kedua yaitu tahapan pekerjaan lapangan. Pada tahap ini, peneliti melakukan implementasi pembelajaran menggunakan media bead frame yang telah disiapkan. Implementasi dilakukan dalam lima kali pertemuan. Implementasi dilakukan di kelas III SD Negeri Caturtunggal 1. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama lima kali pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti memberikan sooal pretest kepada siswa kelas III untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pertemuan kedua peneliti mengenalkan media bead frame kepada


(51)

30

siswa serta cara menggunakan media bead frame untuk menghitung perkalian. Pada pertemuan kedua ini peneliti menyampaikan materi tentang perkalian bilangan dua angka dengan satu angka yang dibatasi pada angka satu sampai dengan dua puluh. Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan materi tentang perkalian dua bilangan dengan satu bilangan tetapi kali ini peneliti membatasi apada angka satu sampai dengan lima puluh. Pada pertemuan keempat peneliti menambah materi lagi mengenai perkalian dua angka dengan dua angka dari angka satu sampai dengan lima puluh. Pada pertemuan keempat ini peneliti memberikan angket respon siswa terhadap pembelajarn menggunakan media bead frame Montessori. Pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan kelima, peneliti memberikan soal postest untuk melihat hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan media bead frame. Pada setiap pertemuan terdapat soal evaluasi untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dari setiap pertemuannya. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti mengumpulkan data dengan cara merekam siswa, mengambil foto siswa, memberikan angket kepada siswa dan melakukan wawancara kepada siswa dan guru.

3. Tahapan Analisis Data

Tahapan ketiga yaitu tahapan analisis data. Data yang telah diperoleh dari hasil implementasi selama penelitian dianasilis sesuai dengan jenis datanya. Bogman dan Biklen mengemukakan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil dan bahan yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman serta kemampuan menyajikan apa yang telah ditemukan (Gunawan, 2013: 220).


(52)

31

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data kualitatif a. Observasi

Data kualitatif observasi diperoleh dari observasi peneliti ketika peneliti melakukan PPL di SDN Caturtunggal 1 tanggal 14 September 2015. Observasi dilakukan ketika guru menjelaskan mengenai materi perkalian matematika dimana materi tersebut yang akan peneliti gunakan sebagai penelitian.

Selain itu peneliti mengamati sikap siswa ketika melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Peneliti mengamati sikap saling berbagi dan kerjasama siswa dalam kelompok.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulsn data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011: 233). Wawancara dilakukan kepada guru kelas III SDN Caturtunggal 1 dan beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data pendukung penelitian. Dokumentasi yang peneliti gunakan antara lain: video pembelajaran, dan wawancara guru.


(53)

32

2. Data kuantitatif a. Pretest dan Posttest

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada pertemuan pertama sebelum peneliti memulai pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest dilakukan pada pertemuan kelima setelah peneliti melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis, logis, objektif, dan rasional (Arifin, 2011: 231). Pada penelitian ini, observasi dilakukan secara langsung selama pembelajaran. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui sikap kerjasama dan saling berbagi siswa saat menggunakan media pembelajaran. Data observasi diambil dari pedoman penilaian pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Pengisian Angket

Angket merupakan instrumen penelitian yang berisi tentang serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk mendapatkan informasi dari responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Arifin, 2011: 228). Angket yang digunakan berisi pertanyaan mengenai media pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran. Selain itu, angket juga berisi tentang proses pembelajaran.


(54)

33

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari respondes (Gulo, 2000: 123). Instrumen yang digunakan peneliti dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan pada saat penelitian adalah media bead frame Montessori, silabus dan tiga Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya terdapat Lembar Kerja Siswa (LKS), soal evaluasi, dan materi pembelajaran. Instrumen pembelajaran sebelum digunakan telah melalui proses validasi oleh dua dosen ahli, kepala sekolah, dan guru kelas SDN Caturtunggal 1. Hasil validasi instrumen pembelajaran sebagai berikut:

Kriteria kelayakan instrumen menurut aturan penilaian Riduwan (2007: 15):  81 – 100 = Sangat layak

 61 – 80 = Kurang layak  41 – 60 = Cukup Layak  21 – 40 = Kurang layak  0 – 20 = Sangat kurang layak

Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran No Perangkat

Pembelajaran

Validator Total Rata-rata Skor

Keterangan

1 2 3

1 Silabus 95 100 95 290 96,7 Sangat Layak 2 RPP 100 93,3 96,7 290 96,7 Sangat Layak

3 LKS 95 100 90 285 95 Sangat Layak

4 Materi 100 100 100 300 100 Sangat Layak 5 Soal 100 95 100 295 98,3 Sangat Layak


(55)

34

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil validasi dari kelima instrumen perangkat pembelajaran termasuk dalam kategori sangat layak. Penafsiran hasil instrumen mengikuti aturan pemberian skor oleh Riduwan (2007: 15).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2012: 38). Instrumen yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Lembar soal pretest

Soal pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kisi-kisi soal prestest yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest Kompetensi

Dasar

Indikator Item nomor Kunci

Jawaban 1.3

Melakukan

perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian

bilangan tiga angka.

1.3.1

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan satu angka mulai dari 1-20

1. Hasil dari operasi hitung 16 x 7 adalah n. Berapa nilai n? 2. Ibu membeli roti sebanyak 8

kotak. Masing-masing kotak berisi 15 roti. Berapa jumlah roti seluruhnya?

3. Hasil perkalian dari 15 x 9 adalah x. Berapa nilai x?

1. 112 2. 120

3. 135 1.3.2

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan satu angka mulai dari 1-50

4. 25 x 6 = x. Berapa nilai x? 5. Kakak membelikan kelereng

untuk adik sebanyak 7 kantong. Masing-masing kantong berisi 25 kelereng. Berapa jumlah kelereng yang kakak beli untuk adik?

6. Paman memetik jeruk sebanyak 9 keranjang. Masing-masing keranjang berisi 34 buah jeruk. Berapa jumlah jeruk yang dipetik oleh paman?

7. Hasil operasi hitung 42 x 5 adalah n. Berapa nilai n?

4. 150 5. 175

6. 306


(56)

35

1.3.3

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan dua angka yang hasilnya bilangan tiga angka

8. Pak Topan memiliki 12 petak kolam ikan lele. Masing-masing kolam berisi 15 ikan lele. Berapa jumlah ikan yang ada di kolah Pak Topan seluruhnya?

9. Hitunglah hasil perkalian berikut!

26 x 23 = n. Berapa nilai n? 10 Pak Bejo memanen buah

semangka dari ladang miliknya. Dari hasil panennya, Pak Bejo mendapatkan 15 keranjang semangka dan masing-masing keranjang berisi 35 buah semangka. Berapa jumlah buah semangka Pak Bejo seluruhnya?

8. 180

9. 598

10. 525

Soal yang digunakan dalam pretest adalah soal cerita dengan jumlah soal 10. b. Lembar soal posttest

Postest digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan media bead frame. Apabila hasil yang diperoleh siswa lebih tinggi dari pretest dan melebihi KKM yaitu 60 maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Kisi-kisi soal posttest yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest Kompetensi

Dasar

Indikator Item nomor Kunci

Jawaban 1.4

Melakukan

perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian

bilangan tiga angka.

1.3.1

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan satu angka mulai dari 1-20

1. Adik mempunyai 8 kantong kelereng. Masing-masing kanong berisi 17 butir kelereng. Berapa banyak kelereng adik?

2. Setiap tangkai anggur berisi 16 buah anggur. Jika ada 9 tangkai, berapa jumlah anggur seluruhnya?

3. Tono mempunyai 16 potong tali. Masing-masing tali panjangnya 7 cm. Berapa panjang tali Tono jika disambungkan?

1. 136

2. 144

3. 112


(57)

36

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan satu angka mulai dari 1-50

dus berisi 35 kue. Berapa jumlah kue seluruhnya?

5. Petani memanen kacang panjang sebanyak 8 ikat. Masing-masing ikat berisi 28 buah kacang panjang. Berapa banyak kacang panjang seluruhnya?

6. Adik akan membuat 4 buah kalung. Setiap kalung terdiri dari 30 manik-manik. Berapa jumlah manik-manik yang diperlukan adik untuk membuat kalung seluruhnya?

7. Hasil perkalian dari 34 x 7 adalah x. Berapa nilai x?

5. 224

6. 120

7. 238 1.3.3

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan dua angka yang hasilnya bilangan tiga angka

8. Sekolah akan mengadakan kunjungan ke musium. Sekolah menyediakan 12 bus. Masing-masing bus berisi 20 siswa. Berapa jumlah siswa yang mengikuti kunjungan ke musium?

9. Perpustakaan memiliki 15 rak buku. Masing-masing rak berisi 28 buku. Berapa jumlah buku seluruhnya?

10. Ada 15 buah keranjang apel di toko buah pak Amir. Masing-masing keranjang berisi 25 buah apel. Berapa jumlah apel

seluruhnya?

8. 240

9. 420

10. 375

Soal yang digunakan dalam posttest adalah soal cerita dengan jumlah soal 10. c. Angket Respon Siswa

Angket dibuat bertujuan untuk mengetahui pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan menggunakan media yang peneliti gunakan selama proses pembelajaran. Angket dengan jumlah lima pertanyaan dan dengan respon “ya” dan “tidak”. Peneliti menggunakan respon “ya” dan “tidak” karena mengingat siswa kelas III masih berada pada kelas bawah. Kisi-kisi angket yang digunakan untuk memperoleh data kejelasan siswa dalah sebagai berikut.


(58)

37

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

Indikator Item Nomor Ya Tidak

Ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran.

1. Saya senang menggunakan media bead frame untuk belajar perkalian.

Proses pembelajaran di kelas

2. Saya dapat mengerjakan soal yang diberikan guru menggunakan media bead frame. Proses pembelajaran di

kelas

3. Saya dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mengerjakan soal dengan media bead frame. Proses pembelajaran di

kelas

4. Saya memahami materi perkalian ketika menggunakan media bead frame daripada tidak menggunakan media.

Penggunaan media saat pembelajaran.

5. Saya dapat menggunakan media bead frame tanpa bantuan teman ataupun guru.

Angket tersebut sebelumnya telah divalidasi oleh validator dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.5 Hasil Validasi Angket Respon Siswa No Perangkat

Penelitian

Validator Total Rata-rata Skor

Keterangan

1 Angket 90 90 90 Sangat Layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa angket sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.

d. Pedoman Wawancara Guru

Pedoman wawancara guru diggunakan oleh peneliti sebagai pedoman ketika wawancaa dilakukan. Peneliti membuat dua pedoman wawancara yaitu wawancara sebelum pembelajan dan wawancara setelah pembelajaran. pedoma wawancara sebelumnya telah divalidasi oleh dosen ahli. Berikut adalah kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan dan hasil pedoman wawancara guru.


(59)

38

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran

Indikator Item Nomor

Proses kegiatan belajar mengajar. 1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar kelas III SDN Caturtunggal 1? 2. Bagaimana antusiasme siswa terhadap

pelajaran matematika? Kesulitan yang dialami guru pada

saat memberikan pembelajaran matematika.

3. Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam mengajarkan matematika kepada siswa? 4. Apa saja kesulitan yang sering dialami

Ibu ketika mengajarkan matematika? Usaha yang dilakukan untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan.

5. Bagaimana usaha Ibu dalam mengatasi kesulitan tersebut?

Media yang tersedia di kelas. 6. Apakah Ibu menggunakan media untuk mengajar matematika?

7. Media apakah yang pernah Ibu ajarkan kepada siswa?

Penggunaan media matematika pada saat pembelajaran.

8. Apakah media tersebut membantu siswa memahami materi yang Ibu ajarkan? Ketertarikan siswa terhadap

media.

9. Bagaimana dengan antusiasme siswa ketika Ibu mengajarkan matematika menggunakan media?

Hasil belajar siswa 10. Menurut Ibu, apakah media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Ketersediaan media 11. Jika saya menawarkan media Bead

Frame untuk mengetahui apakah media tersebut dapat digunakan secara berkelompok dalam pelajaran matematika, apakah Ibu bersedia menerima?

Peneliti menyiapkan 11 item wawancara sebagai dasar wawancara guru. Item tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan jalannya wawancara.

Tabel 3.7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran No Perangkat Penelitian Validator Total Rata-rata

Skor

Keterangan 1 Wawancara Guru Sebelum

Pembelajaran

100 100 100 Sangat Layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat wawancara sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.


(60)

39

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran

Indikator Item Nomor

Pengamatan guru terhadap penggunaan media

1. Bagaimana pendapat Ibu mengenai media Bead Frame yang saya gunakan untuk pembelajaran perkalian?

Efektivitas penggunaan media 2. Apakah media ini efektif digunakan dalam berkelompok?

3. Apakah media ini perlu digunakan kembali untuk pembelajaran selanjutnya?

Keberlanjutan penggunaan media pembelajaran

4. Apakah Ibu berniat untuk menggunakan media Bead Frame? Masing-masing item dibuat berdasarkan indikator wawancara. Item dapat dikembagkan sesuai jalannya wawancara.

Tabel 3.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran No Perangkat Penelitian Validator Total Rata-rata

Skor

Keterangan 1 Wawancara Guru Setelah

Pembelajaran

81,25 81,25 81,25 Sangat Layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat wawancara sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.

e. Pedoman Wawancara Siswa

Berikut adalah tabel kisi-kisi pedoman wawancara siswa setelah pembelajaran.

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Setelah Pembelajaran

Indikator Item Nomor

Ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran.

1. Bagaimana perasaanmu ketika mengikuti pembelajaran menggunakan media bead frame?

Proses kegiatan belajar di kelas. 2. Apakah kamu dapat mengerjakan soal-soal menggunakan media bead frame?


(61)

40

3. Apakah belajar dalam kelompok lebih memudahkanmu untuk belajar?

Penggunaan media saat pembelajaran matematika

4. Apakah kamu merasa kesulitan ketika menggunakan media bead frame?

5. Apakah kamu ingin belajar menggunakan media bead frame untuk pembelajaran selanjutnya?

Peneliti menyiapkan 5 item wawancara untuk siswa. Masing-masing item dapat dikembangkan sesuai keperluan wawancara.

Tabel 3.11 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa No Perangkat Pembelajaran Validator Total Rata-rata

Skor

Keterangan Dosen

1 Wawancara Siswa 90 90 90 Sangat Layak Hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat wawancara siswa sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini, peneliti buat berdasarkan langkah-langkah yaitu: merumuskan indikator wawancara, membuat pertanyaan wawancara, dan validasi instrumen pedoman wawancara.

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Hasil penelitian berupa data yang telah dikumpulkan dari lapangan, memerlukan pengecekan data untuk memastikan perolehan data yang dapat dipercaya dan dan dapat menjawab rumusan masalah (Tohirin, 2012: 71). Kebenaran data penelitian dapat ditentukan dari:

1. Kredibilitas (Credibility)

Kredibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran atau keabsahan hasil penelitian dapat mengungkapkan keadaan yang sesungguhnya


(62)

41

terjadi di lapangan. Strategi untuk menjamin dan meningkatkan kredibilitas hasil penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan pencarian secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan dan tentatif (Tohirin, 2012: 72). Peneliti diharuskan lebih fokus, melakukan pengamatan lebih rinci, terus-menerus atau berkesinambungan sampai menemukan penjelasan yang mendalam dalam gejala atau fenomena yang muncul (Putra, 2011: 173). Ketekunan pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan sesuai dengan fokus penelitian. Ketekunan pengamatan oleh peneliti dilakukan dengan mencermati data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan penyusunan transkip video dan wawancara. Ketekukan pengamatan membuat peneliti memahami masalah yang diteliti secara menyeluruh dan mendalam, sehingga hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya.

b. Trianggulasi

Menurut Lexi (dalam Tohirin 2012: 76), Trianggulasi berarti membandingkan dan meninjau kembali derajat kepercayaan/kebenaran informasi yang telah diperoleh melalui alat yang berbeda. Melalui trianggulasi peneliti dapat mengecek kembali data yang ditemukan dengan jalan membadingkannya dengan sumber, metode, dan teori (Tohirin, 2012: 74). Trianggulasi yag dipakai dalam penelitian ini adalah trianggulasi metode dengan mengecek derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.


(1)

(2)

(3)

(4)

CURRICULUM VITAE

Name : Kingkin Prabandari

Place / Date of Birth : Magelang, March 15, 1994

Sex : Female

Marital Status : Single

Present Address : Kragilan RT.003 RW. 002, Tempak, Candimulyo, Magelang 56191

Permanent Address : Kragilan RT.003 RW. 002,

Tempak, Candimulyo, Magelang 56191 Mobile Phone : 085743048016

Religion : Moslem Height / Weight : 170 cm / 55 kg

Email : kingkinprabandari15@gmail.com

Educational Background

1. 2000 – 2006 : SD Negeri Candimulyo 2 2. 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Candimulyo 3. 2009 – 2012 : SMA Negeri 2 Magelang

4. 2012 – 2016 : Bachelor Degree of Elementary School Teacher Education at Sanata Dharma Univercity Yogyakarta, with Final Project “The Implementation Bead Frame Montessori on Material Multiplication of Student Grade Third at SDN Caturtunggal 1”


(5)

The Experiences

Teaching at SDN Caturtunggal 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Period : July 2015 – Oct 2015

Position : Classroom Teacher Job

Description

: 1. Make the lesson plan for the day. 2. Set the class.

3. Make the comfortable class.

4. Make the simple method for student.

Discuss with the real teacher about Montessori Method

Period : 29 Sept 2014 Position : Cofasilitator Job

Description

: 1. Giving knowledge about media Montessori. 2. Giving the exemple how to use the media.

Organization Experiences 1. August – Sept

2014

: Study Group “Montessori Method”

Committee Experiences

1. 29 Sept 2014 : Cofasilitator at diseminasi of “Montessori Method” 2. 15-16 April

2015

: Coordinator ot the game “Makrab Kelas B Krik” at Kaliurang, Yogyakarta.

Other Certificates

1. 2013 : “Pelaksanaan Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 1” yang diselenggarakan


(6)

Center) Bolawen, Tlogoadi, Mlati, Sleman.

3. 2014 : “English Club Program for Prymary School Teacher Education Study Program”.