b. Penggunaan antibiotika dimulai dari terapi lini pertama.
c. Penerapan pedoman penggunaan antibiotika.
d. Penegakan diagnosis, penggunaan informasi klinis dan tes laboratorium.
e. Disesuaikan dengan spektrum dan pola kepekaan kuman, hasil
pemeriksaan atau perkiraan mikroorganisme, dan profil farmakokinetika dan farmakodinamika obat, serta cost effectiveness.
f. Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan antibiotika, ketersediaan
dan mutu fasilitas penunjang, menjamin tenaga medis yang kompeten, dan memantau penggunaan antibiotika, serta menetapkan kebijakan
penggunaan antibiotika.
B. Antibiotika pada Diare
Diare dapat disebabkan karena infeksi bakteri, virus, dan parasit dan non infeksi alergi, obat, keracunan makanan, dan lain-lain. Diare yang disebabkan
karena infeksi virus bersifat self-limiting disease, sehingga penggunaan antibiotika pada kasus ini tidak direkomendasikan. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat
dapat memperparah penyakit, meningkatkan biaya kesehatan, mengganggu flora normal usus, dan meningkatkan resiko resistensi terhadap antibiotika Barr
Smith, 2014. Terapi dengan antibiotika diperlukan ketika diare disebabkan karena
bakteri invasif atau inflammatory bacterial pathogen. Antibiotika yang digunakan secara tepat dapat meringankan gejala, durasi penyakit, dan mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi. Antibiotika dapat membantu dan secara rutin digunakan dalam kasus :
1. Cholera, Shigella, Salmonella typhoid dan parathypoid
2. Infeksi Campylobacter atau Salmonellosis nonthypi yang disertai dengan
darah, persisten, atau pasien mempunyai sistem imun yang lemah 3.
Infeksi amoeba invasif 4.
Giardiasis simtomatik anoreksia dan penurunan berat badan, diare persisten. DuPont, 2014; WGO, 2012.
Penggunaan antibiotika dapat dipertimbangkan untuk kondisi sebagai berikut :
1. Shigella, Salmonella, Campylobacter yang disertai dengan darah atau infeksi
parasit yang disertai dengan darah danatau lendir. 2.
Infeksi Salmonella nonthypi yang disertai dengan darah pada fesenya, dan pasien termasuk bayi atau geriatri, sistem imun lemah, atau malnutrisi.
3. Diare pelancong yang sedang atau berat, atau diare dengan demam dan
dengan feses disertai dengan darah danatau lendir. 4.
Antibiotika juga dapat direkomendasikan ketika pasien memiliki penyakit infeksi non intestinal yang serius, seperti pneumonia atau sepsis.
WGO, 2012: WHO, 2005. Penggunaan antibiotika harus disesuaikan dengan data sensitifitas bakteri
setempat, bila tidak memungkinkan dapat menggunakan data publikasi yang dipakai saat ini. Tabel III dan IV. menunjukkan antibiotika yang
direkomendasikan untuk pasien dewasa dan anak-anak sesuai dengan bakteri penyebabnya. Data publikasi saat ini menyatakan kotrimoksazol menjadi terapi
lini pertama diare pada anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009; WGO, 2012.
Tabel III. Antibiotika untuk Terapi Diare pada Pasien Anak DuPont, 2009; WGO, 2012
Penyebab Terapi Lini Pertama
Alternatif Shigella
Azitromisin 10mgkghari selama 3 hari
Seftriakson 50mgkgBBhari selama 3 hari
Salmonella typhi
Seftriakson 100mgkgBBhari tiap 12 jam
Azitromisin 20mgkgBBhari selama 7 hari
Campylobacter Azitromisin 30mgkgBBhari
Eritromisin 30mgkghari dalam 2-4 dosis terbagi selama 3-5 hari
Yersinia
Terapi seperti shigellosis
Norovirus Hanya perlu diberikan penggantian cairan dan elektrolit
Vibrio Cholera Azitromisin 20mgkghari
TMPSMX 5mgkg – 25mgkg
setiap 12 jam selama 3 hari
Giardia
Metronidazol 5mgkgBB digunakan 3xsehari selama 5 hari
Tinidazol diberikan dalam dosis tunggal, 40mgkgBB, maksimal
2gram Entamoeba
hystolitica
Metronidazol 10mgkgBB digunakan 3xsehari selama 5 hari
Clostridium difficile
Metronidazol 7.5mgkgBB setiap 8 jam selama 10-14 hari
maksimal: 500 mg Vankomisin 10 mgkgBB setiap
6 jam, selama 10
–14 hari, Shiga toxin-
producing E.coli -
dosis antibiotika diberikan secara oral TMPSMX = trimethoprimsulfametoksasol
Tabel IV. Antibiotika untuk Terapi Diare pada Pasien Dewasa Barr Smith, 2014; DuPont, 2014; WGO, 2012
Penyebab Terapi Lini Pertama
Alternatif Shigella
Siprofloksasin 500mg 2xsehari selama 3 hari
Azitromisin 500mg 2xsehari selama 3 hari, atau
Seftriakson 2-4gramhari
Salmonella typhi
Florokuinolon siprofloksasin 500mg 2xsehari selama 7 hari
Sefalosporin intravena selama 7 hari, atau
Azitromisin 500mghari selama 7 hari
Campylobacter
Azitromisin 500mghari selama 3-5 hari
Siprofloksasin 500mg 2xsehari selama 5-7 hari
Yersinia -
untuk penyakit yang parah adalah TMPSMX 160800mg
2xsehari selama 5 hari, atau Siprofloksasin 500mg 2xsehari
selama 7-10 hari
Norovirus
Hanya perlu diberikan penggantian cairan dan elektrolit
Vibrio Cholera
Doksisiklin 300mghari Azitromisin 1gram dalam dosis
tunggal, atau Siprofloksasin 500 mg tiap 12
jam selama 3 hari
Cyclospora atau Isospora
TMPSMX 160800mg 2xsehari selama 7-10 hari
-
Cryptosporidium -
Altenatif untuk penyakit yang parah adalah Nitazoksanid
500mghari selama 3 hari
Giardia
Metronidazol 250mg 3xsehari selama 5 hari
Tinidazol diberikan dalam dosis tunggal, 40mgkgBB, maksimal
2gram
Entamoeba hystolitica
Metronidazol 750mg 3xsehari selama 5 hari. 10 hari untuk kondisi yang parah .
Clostridium difficile
Metronidazol 500mg 3xsehari selama 10 hari
Vankomisin 125mg 4xsehari selama 10 hari
Shiga toxin- producing E.coli
-
dosis antibiotika diberikan secara oral TMPSMX = trimethoprimsulfametoksasol
C. Evaluasi Peresepan Antibiotika dengan Metode Gyssens