Jenis Kelamin Profil Pasien

1. Jenis Kelamin

Pengelompokkan profil pasien diare berdasarkan jenis kelamin bertujuan untuk mengetahui proporsi jumlah pasien diare laki-laki dan perempuan yang diresepkan antibiotika selama menjalani rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015. Data menunjukkan bahwa dari 34 data rekam medis pasien diare, diperoleh jumlah pasien laki-laki sebanyak 21 pasien 62 dan pasien perempuan sebanyak 13 pasien 38 lihat Tabel VI. Hasil penelitian menunjukkan persentase pasien diare dengan jenis kelamin laki-laki yang menjalani rawat inap lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Hal ini sesuai dengan data dari Riskesdas 2013 yang menyatakan bahwa prevalensi diare baik pada responden dewasa maupun balita lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Faktor gaya hidup, tingkat sanitasi, dan aktifitas fisik dapat mempengaruhi kejadian diare ini. Laki-laki lebih rentan terserang diare akibat gaya hidup dan sanitasi yang cenderung lebih buruk dibandingkan perempuan. 2. Usia Pengelompokkan usia pada penelitian ini dikategorikan menjadi anak- anak dan dewasa. Pasien dikategorikan dalam kelompok anak-anak jika usianya 17 tahun, dan pasien dikategorikan dewasa apabila usianya ≥17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien diare pada kelompok umur dewasa lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak, dengan jumlah pasien dewasa sebanyak 20 pasien 59, dan pasien anak-anak sebanyak 14 pasien 41 lihat Tabel VI. Berbagai penelitian dan survey mengenai prevalensi diare yang pernah dilakukan sebelumnya, menyatakan bahwa diare lebih sering terjadi pada anak-anak. Diare pada anak-anak menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia setelah pneumonia IVAC, 2014. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian ini tidak dapat dijadikan dasar bahwa orang dewasa lebih mudah terserang diare dibandingkan dengan anak- anak. Hal tersebut terkait dengan data yang digunakan dalam penelitian ini relatif sedikit yaitu sebanyak 34 kasus, dan dalam penelitian ini tidak menggunakan seluruh rekam medis pasien diare yang ada, namun hanya rekam medis pasien diare yang menjalani rawat inap dan menerima peresepan antibiotika pada periode April 2015. 3. Status pulang pasien Status pulang pasien dikategorikan menjadi tiga, yaitu membaik, sembuh, dan meninggal. Pengelompokkan status pulang pasien ini didasarkan pada informasi yang tercantum dalam rekam medis pasien. Tujuan pengelompokan status pulang pasien ini adalah untuk melihat perkembangan kondisi pasien setelah menjalani rawat inap dan menerima terapi dengan antibiotika. Status pulang pasien ini berkaitan dengan efektifitas antibiotika yang diberikan. Antibiotika yang memberikan outcome baik ditandai dengan perbaikan kondisi klinis atau pasien sembuh. Sebaliknya apabila antibiotika yang digunakan tidak efektif, maka outcome terapi yang dihasilkan pun juga tidak baik pasien tidak sembuh dan dirujuk ke rumah sakit lain atau bahkan meninggal. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 28 pasien 82 pulang dengan status membaik, 6 pasien 18 pulang dengan status sembuh, dan tidak ada pasien yang pulang dengan status meninggal. Menurut hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, penggunaan antibiotika pada pasien diare di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015 memberikan outcome terapi yang baik. Outcome terapi yang baik tersebut dapat disebabkan karena antibiotika yang digunakan dalam penelitian ini memiliki spektrum yang luas. Mengingat bahwa antibiotika yang digunakan merupakan antibiotika empiris, karena tidak dilakukan kultur bakteri sehingga tidak diketahui bakteri penyebab diare secara pasti. Antibiotika dengan spektrum luas efektif digunakan untuk terapi empiris, karena jangkauan aktifitasnya yang luas baik untuk bakteri gram positif maupun gram negatif, sehingga dapat memberikan outcome yang optimal Leekha, Terrell, and Edson, 2011; Tjay Rahardja, 2007.

B. Pola Peresepan Antibiotika

Dokumen yang terkait

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

0 1 50

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien leptospirosis di RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Januari-Mei 2015.

1 10 242

Evaluasi interaksi penggunaan obat hipoglikemi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 1 92

Evaluasi peresepan antibiotika profilaksis dengan metode gyssens pada pasien yang menjalani operasi sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

2 21 186

Evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 4 109

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien infeksi sepsis neonatal periode Maret-April 2015 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

0 7 188

Evaluasi penggunaan obat Hipoglikemia pada pasien di instalasi rawat inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

1 6 117

Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan demam tifoid berdasarkan kriteria Gyssens di Instalasi Rawat Inap Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013.

2 8 201

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.

7 45 147

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul

0 0 48