pengamatan langsung lalu menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami oleh peserta didik.
2. Prinsip Pendekatan Tematik
Menurut Abdul Majid 2014: 89, prinsip pembelajaran tematik integratif antara lain:
1. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang
aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tema menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari
beberapa mata pelajaran. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran yang
mungkin saling terkait. 3.
Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya
pembelajaran tematik
integratif harus
mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat
dalam kurikulum. 4.
Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat,
kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 5.
Materi pembelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. artinya materi yang tidak mungkin dipadukan
tidak usah dipadukan.
3. Ciri-ciri Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif juga memiliki ciri-ciri yaitu 1 berpusat pada peserta didik, 2 memberikan pengalaman
secara langsung kepada peserta didik, 3 pemisahan antar muatan pelajaran tidak terlihat dengan jelas, 4 memberikan
konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, 5 keterpaduan berbagai
muatan pelajaran bersifat luwes, 6 hasil yang didapatkan dalam pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik Kemendikbud. 2014: 16.
4. Manfaat Pendekatan Tematik Integratif
Menurut Ahmadi 2014: 224 ada beberapa manfaat tematik integratif yaitu 1 kebebasan dalam pemanfaatan waktu
dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, 2 menyatukan pembelajaran
siswa, konvergensi
pemahaman yang
diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran, merefleksikan keadaan nyata yang dihadapi
anak di rumah dan lingkungannya, sesuai dengan cara anak berfikir, dimana menurut penelitian otak mendukung teori
pedagogi dan psikologi bahwa anak menerima banyak hal serta mengolah dan merangkumnya menjadi satu.
Selain itu manfaat lain yang didapatkan dengan menggunakan pendekatan tematik integratif yaitu a suasana
kelas yang nyaman dan menyenangkan, b menggunakan
kelompok kerja sama, memadukan kolaborasi kelompok belajar dan strategi pemecahan konflik yang mendorong siswa
untuk memecahkan masalah c mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak d siswa dengan
cepat dan tepat waktu dapat memproses informasi e proses pembelajaran di kelas mendorong siswa berada dalam format
ramah otak, f materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari g siswa yang relatif mengalami keterlambatan untuk menyelesaikan program belajar dapat dibantu oleh guru
dengan cara memberikan bimbingan secara khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas h program pembelajaran
yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi
cara penilaian. Melihat penyempurnaan pola pikir pada pembahasan
sebelumnya dapat diketahui bahwa pola pikir pada Kurikulum 2013 merujuk pada perubahan yang memiliki karakteristik
hampir sama dengan konsep pembelajaran kontekstual. Yang menekankan pembelajaran berpusat pada siswa, memberikan
pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat
luwes fleksibel, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Jika pembelajaran sudah kontekstual, maka guru juga harus berwawasan luas memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengembangkan materi pembelajaran. Secara akademik
guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak
membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang tertentu saja. Begitu juga dengan peserta didik,
pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik
maupun krativitas. Hal ini terjadi karena pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitis mengurai, asosiatif
menghubung-hubungkan, dan kemampuan eksploratif dan elaboratif menemukan dan menggali. Majid 2014: 93.
Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif
merupakan pembelajaran yang dilakukan secara terpadu dan terdapat keterkaitan antar bidang studi, antar konsep, antar
pokok bahasan, antar tema bahkan antar topik melalui pengalaman langsung sehingga pembelajaran dapat bermakna
bagi siswa.
d. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran tematik
terpadu dalam
proses pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, segala informasi bisa datang dari mana saja dan kapan saja tidak tergantung dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran
yang diharapkan mampu mendorong peserat didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberi tahu Modul Diklat
Kurikulum 2013.
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah adalah sebuah pendekatan yang berbasis ilmiah dengan merujuk pada kegiatan
menginvestigasi atas sesuatu atau beberapa fenomena atau gejala dengan tujuan memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya. Dalam pendekatan saintifik menekankan kegiatan berbasis metode ilmiah yang meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan ilmiah ini mempunyai ciri
tertentu yang terdiri dari dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.
Proses pembelajaran
dalam pendekatan
saintifik harus
dilaksanakan dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau
kriteria ilmiah. Menurut Sudarwan dalam Majid, 2014: 194.
Kondisi pembelajaran saat ini diharapkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah dengan banyak bertanya, bukan
hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis peserta
didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan bukan berpikir mekanitis rutin dengan mendengarkan dan menghafal semata.
Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama di antara peserta didik dalam
menyelesaikan setiap permasalahan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran
selain dengan tetap mengacu pada Standar Proses dimana pembelajarannya diciptakan suasana yang memuat eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berprilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak
untuk mengamati,
menanya, menalar,
merumuskan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan, sehingga peserta didik
dapat penguasaan materi yang dipelajari dengan baik. Untuk lebih jelasnya berikut adalah langkah-langakah pendekatan saintifik.
1. Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran seperti menyajikan media objek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang.
2. Menanya
Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik. 3.
Menalar Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik
mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah
temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.
4. Mencoba
Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan
kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut
membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat
kegiatan pembelajaran. 5.
Membentuk jejaring
Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama
untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan uraian di atas pendekatan saintifik yang diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum
2013 merupakan suatu proses yang dilakukan siswa dengan mengedepankan ide-ide kreatif. Kemampuan siswa dapat
dikembangkan secara holistik mulai dari ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
e. Penilaian Otentik 1. Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian dalam
Kurikulun 2013
mengacu pada
Permendikbud No 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin
perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.
Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efesien, dan sesuai dengan konteks budaya.
Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Kunandar, 2014: 35.
Menurut Permendikbud dalam Kunandar, 2014:35 mengatakan bahwa penilaian pendidikan adalah kriteria
mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup, penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian akhir semester dan ujian nasional.
Penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil
belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan
konsisten sebagai akutabilitas publik. Pusat Kurikulum 2009 dalam Majid 2014 : 236. Sedangkan menurut Johnson dalam
Majid 2014:236 mengatakan bahwa penilaian autentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukan
apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran dan penilaian autentik berfokus pada
tujuan, melibatkan pembelajaran secaara langsung, membangun kerjasama dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Penilaian autentik
dikembangkan karena
penilaian tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks
dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara holistik. Santrock dalam Majid 2014: 236.
Menurut Mueller dalam Majid 2014:238 mengatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian
yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas-tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan
penerapan keterampilan dan pengetahuan yang esensial yang bermakna.
2. Ciri-ciri Penilaian otentik
Penilian otentik memiliki beberapa ciri yaitu 1 harus mengukur semua aspek pembelajaran yaitu kinerja dan produk,
2 dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung, 3 menggunakan berbagai cara dan sumber,
maksudnya dalam menilai peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian, 4 tes merupakan salah satu alat
untuk pengumpulan data penilaian, 5 tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan kehidupan sehari-
hari, 6 penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik Kunandar, 2014:
38-39. 3. Macam-macam Penilaian Otentik
Pembelajaran otentik
meminta siswa
untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan pendekatan
saintifik, memahami gejala atau fenomena yang berhubungan satu dengan yang lain, serta mengkaitkan apa yang dipelajari
dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Penilaian otentik mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan,
dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya
menjadi pengetahuan baru. Majid 2014 : 250 Jenis-jenis penilaian otentik yaitu:
1. Penilaian proyek project assessment adalah kegiatan
penilaian terhadap tugas yang akan diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu tertentu. Penyelesaian
tugas itu berupa investigasi yang dilakukan peserta didik, mulai
dari perencanaan,
pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian penilaian proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman, pengaplikasian, penyelidikan dan lain-lain. 2.
Penilaian kinerja berupa proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta siswa
menyebutkan unsur-unsur atau tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Cara
merekam hasil
penilaian berupa
penilaian kinerja
menggunakan daftar cek, catatan anekdot, skala penilaian, dan memori atau ingatan.
3. Penilaian portofolio merupakan penilian atas kumpulan
artefak yang menunjukan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kinerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik baik individu atau kelompok, melalui refleksi, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi.
4. Penilaian jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk
menunjukan segala sesuatu yang telah dipelajari atau diperoleh dalam proses pembelajaran. Jurnal dapat digunakan
untuk mencatat atau merangkum topik-topik yang telah dipelajari, perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran
tertentu, kesulitan-kesulitan atau keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah atau topik pelajaran.
5. Penilaian tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta
didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganaalisis, mensitesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komperhensif,
sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Dengan demikian, jelas penilaian autentik lebih dapat mengungkapkan hasil belajar siswa secara holistik sehingga benar-
benar dapat mencerminkan potensi, kemampuan, dan kreativitas siswa sebagai hasil proses belajar. Selain itu penerapan penilaian
autentik akan dapat mendorong siswa untuk lebih aktif belajar dan menerapkan hasil belajarnya dengan kehidupan nyata. Dengan
demikian penilaian autentik dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sesuai dengan Kurikulum 2013, penilaian otentik dituntut
untuk memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Penilaian tersebut berfungsi untuk melihat
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain
sebagainya. Penilaian ini lebih fokus pada tugas-tugas kompleks dan kontekstual, membuat anak untuk mampu menunjukan
kompetensi yang dimiliki dalam pengaturan yang lebih otentik. Penilaian otentik sangat relevan dengan pembelajaran terpadu
khususnya pada jenjang sekolah dasar.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran