BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Selama ini banyak orang menganggap bahwa perempuan itu hanya layak mengerjakan pekerjaan domestik saja terlebih lagi budaya yang sudah mengakar
dipikiran masyarakat bahwa, bagaimana pun keadaannya perempuan tetaplah menjadi pekerja domestik. Kalau pun bekerja dibidang publik, lowongan pekerjaan yang
diposisikan kepada perempuan hanyalah pekerjaan yang tidak jauh dari pekerjaan domestik. Hal ini membuat para perempuan tidak bebas untuk memilih pekerjaan yang
diinginkannya. Tingkat keinginan perempuan untuk mengerjakan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh laki-laki, penulis temukan di PT Agincourt Resources Martabe. Ketika
melakukan penelitian di PT Agincourt Resources Martabe, penulis menemukan fenomena baru dimana para perempuan dilatih untuk bisa mengoperasikan Truk besar,
Truk yang biasanya kita lihat dioperasikan oleh laki-laki. Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang didominasi oleh laki-laki membuat para pekerja perempuan membuat
beberapa strategi agar tetap mempertahankan eksistensi mereka di PT Agincourt Resources Martabe.
Oleh karena itu, penulis pun tertarik untuk meneliti tentang “ Bagaimana Strategi Adaptasi Pekerja Perempuan dalam Menghadapi Situasi Kerja yang Dominan Laki-laki.
Setelah penulis melakukan penelitian terkait dengan pertanyaan di atas, maka terjawablah pertanyaan tersebut yakni:
Universitas Sumatera Utara
Pertama, mengapa para pekerja perempuan memilih bekerja di PT Agincourt Resources Martabe, alasan apa saja yang membuat mereka memilih bekerja di PT
Agincourt Resourcesc Martabe. setelah melakukan wawancara dengan beberapa informan penulis menyimpulkan bahwa alasan yang paling dominan adalah karena
faktor ekonomi keluarga. Kedua, kendala apa saja yang dihadapi pekerja perempuan di PT Agincourt
Resources Martabe. Berdasarkan hasil wawancara, penulis menyimpulkan bahwa kendala yang paling dirasakan oleh pekerja perempuan adalah sifat pekerja laki-laki
yang terkadang tidak mempunyai sopan santun jika berbicara. Keresahan yang lain pun muncul ketika pekerja laki-laki melakukan rayuan atau pun semacam godaan kepada
pekerja perempuan. Meskipun pekerja perempuan menganggap itu hanyalah sebuah gurauan saja namun lama kelamaan itu menjadi sebuah gangguan dan membuat tidak
nyaman. Ketiga, pekerja laki-laki menjadi pekerja yang dominan di tambang emas Martabe
dan lowongan pekerja pada perempuan dibuka pada tahun 2011. Pada tahun 2011 jumlah pekerja perempuan hanya sekitar 20 sampai 30 pekerja saja. Dengan kondisi
laki-laki sebagai pekerja dominan membuat pekerja perempuan harus membuat strategi mereka agar bisa mempertahankan pekerjaan mereka. Meskipun terkadang ada beberapa
pekerja laki-laki yang suka menggoda mereka, untuk mempertahankan eksistensi mereka sebagai pekerja pendatang membuat pekerja perempuan melakukan beberapa
strategi. Beberapa strategi yang mereka lakukan adalah datang tepat waktu, tidak menambah libur, menjalin hubungan yang baik dengan para pimpinan dan dengan
Universitas Sumatera Utara
pekerja laki-laki maupun dengan pekerja perempuan, taat pada aturan yang berlaku di PT Agincourt Resources Martabe, tetap fokus pada pekerjaan, tidak mencemarkan nama
baik PT Agincourt Resources Martabe dan tidak terpengaruh atas isu mengenai pekerja perempuan. Ini mereka lakukan untuk tetap dapat bekerja dan tidak kalah dengan
pekerja laki-laki. Bagi pekerja perempuan yang bekerja di tambang emas Martabe perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak terlihat disana bahkan pekeja perempuan
dan laki-laki diposisikan sama. Begitu juga dengan halnya gaji, Dari keterangan informan mengatakan bahwa mereka nyaman bekerja di PT Agincourt Resources
Martabe meskipun harus membaur dengan laki-laki.
5.2. Saran