Selain itu, Kak Susi menambahkan jangan menjelek-jelekan nama PT Agincourt Resources Martabe jika sudah keluar dari perusahaan tambang ini. Karena kerap kali
terdengar omongan-omongan yang tidak enak di dengar di telinga mengenai perusahan tambang emas ini. Bersikaplah netral dan tidak ikut campur atas permasalahan konflik
tersebut, karena sudah ada orang-orang yang telah ditunjuk untuk menghadapi konflik tersebut.
4.2.6. Tetap Fokus pada Pekerjaan
Semua pekerja di PT Agincourt Resources Martabe selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Di kawan PT Agincourt Resources Martabe akan terlihat
mobil hilir mudik, mobil tersebut dipakai untuk keperluan perusahaan. Kak Basariah 24 tahun mengatakan,
“kami pekerja perempuan disini memang agak sedikit terganggu dengan beberapa sikap laki-laki yang terkadang ketika berbicara sama kami
membuat sakit hati. Memang tidak semua yang seperti itu, Cuma beberapa saja itu pun paling yang umurnya dibawah 25 tahun.”
Meskipun sedikit terganggu namun pekerja perempuan harus tetap fokus pada pekerjaan mereka, jangan sampai merusak pekerjaan mereka. Bisa saja itu
adalah cara pekerja laki-laki untuk menyingkirkan kami, Kak Basariah menambahkan. Kak Basariah mengatasi sikap pekerja laki-laki yang suka usil
kepada mereka dengan cara tidak terlalu dekat dengan laki-laki dan kalau bicara dengan cara yang sopan agar laki-laki pun sopan kepada mereka.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu menurut Kak Basariah, ada satu hal lagi yang membuatnya sangat takut kehilangan pekerjaannya. Sampai sekarang ini konflik antara
masyarakat Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe masih tetap berlangsung. Tujuan dari konflik tersebut adalah masyarakat Batang Toru meminta
agar pihak perusahaan membuka lowongan pekerjaan lagi kepada masyarakat khsususnya pada masayarakat Batang Toru. Masyarakat Batang Toru tetap
melakukan demonstrasi ke PT Agincourt Resources Martabe meskipun secara kecil-kecilan dan tidak terdengar sampai ke media. Ketakutan itu semakin
menyelimuti Kak Basariah ketika PT Agincourt Resources Martabe sempat menutup perusahaa selama seminggu sehingga menimbulkan kerugian yang besar
pada perusahaan tambang ini. Kak Basariah takut jika suatu saat pihak perusahaan akan mengurangi jumlah pekerja mereka dan membuka lowongan pekerjaan
kepada masyarakat Batang Toru.
4.2.7. Tidak Terpengaruh Atas Isu Mengenai Pekerja Perempuan di PT Agincourt Resources Martabe
Lingkungan kerja yang dominan laki-laki membuat perempuan yang bekerja di PT Agincourt Resources Martabe dipandang sebelah mata oleh manyarakat. Kabar
seperti ini memang sudah lama penulis dengar dari masyarakat, namun dulu itu tidak begitu menjadi masalah buat penulis. Setelah memutuskan mengambil judul skripsi
mengenai pekerja perempuan di PT Agincourt Resources Martabe masalah tersebut menjadi penting. Awalnya isu mengenai pekerja perempuan ini penulis dengar dari teman
Universitas Sumatera Utara
yang bekerja di PT Agincourt Resources Martabe yaitu Bang Hendri. Beliau berasal dari Batang Toru dan sudah lama bekerja di perusahaan tambang emas ini. Bang Hendri pun
sempat melarang penulis agar tidak melakukan penulisan di PT Agincourt Resources Martabe, karena beliau takut nantinya penulis juga menjadi bahan pembicaraan bagi
masyarakat Batang Toru. Dari keterangan Bang Hendri masyarakat Batang Toru membuat sebuah stereotype
bagi perempuan yang bekerja di PT Agincourt Resources Martabe. Isu tersebut menjadi hangat diperbincangkan dikalangan masyarakat dan membuat penulis tertarik untuk
mempertanyakannya langsung kepada pekerja perempuan. Disela-sela wawancara mengenai strategi pekerja perempuan, penulis menyempatkan bertanya mengenai isu
tersebut Kak Basariah. Beliau mengatakan bahwa isu tersebut memang sudah lama didengarnya dan sudah
beredar luas di masyarakat Batang Toru. Namun dengan keberadaan isu tersebut tidak membuat Kak Basariah menjadi pesimis, bahkan beliau mengatakan bahwa ia bangga
memakai baju perusahaan tambang emas besar ini. Kak Basariah pun menambahkan kalau memang ada pekerja perempuan yang terbukti tidak baik dimata masyarakat biarlah
itu menjadi urusan mereka, yang penting beliau tidak berprilaku yang aneh-aneh dan taat pada aturan yang berlaku.
Kak Irma melanjutkan perkatannnya bahwa semua yang bekerja di PT Agincourt Resources Martabe tujuannya adalah mencari uang. Masyarakat terkadang membuat
pandangan mereka sendiri dan selalu memberikan pendapat yang negatif pada perempuan. Sementara itu informan saya yang lain yaitu Kak Yanti berkata bahwa isu
Universitas Sumatera Utara
tersebut terkadang membuatnya marah dan ingin menemui orang yang pertama kali menyebarkan isu seperti itu. Beliau pernah pergi ke rumah orang tuanya yang berada di
Desa Hapesong, setelah sampai disana beliau pergi ke kedai untuk membeli sayur dan lauk untuk makan malam dirumah orang tuanya. Sesampainya di kedai betapa marahnya
Kak Yanti mendapati ibu-ibu yang sedang asik membicarakan tentang pekrja perempuan di PT Agincourt Resources Martabe
Kak Yanti mengatakan bahwa mengapa begitu teganya masyarakat berkata kalau pekerja perempuan tidak beda dengan seorang pelacur. Pada saat itu ibu-ibu yang sedang
mengobrol itu tidak tahu bahwa Kak Yanti adalah pekerja perempuan di PT Agincourt Resources Martabe. Mendengar percakapan ibu-ibu tersebut Kak Yanti rasanya sangat
sedih dan ingin menjawab bahwa pendapat mereka tentang pekerja perempuan itu salah besar. Tapi apa daya beliau, isu tersebut sudah menjamur di otak masyarakat khususnya
di daerah Batang Toru. Pada saat saya mewawancarai Kak Yanti mengenai isu pekerja perempuan wajah
beliau menunjukkan sifat kekecewaan nya pada masyarakat. Karena menurut beliau mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membantu orang tua, bukan
untuk menjual diri. Menurut Kak Yanti masyarakat mungkin sering melihat pekerja perempuan sedang berjalan bersama atau pernah melihat pekerja perempuan diantar oleh
pekerja laki-laki yang kelihatan sudah berkeluarga. Oleh karena itu masyarakat berasumsi bahwa pekerja perempuan tersebut menjadi simpanan para pimpinan-pimpinan PT
Agincourt Resources Martabe, apa lagi memang kebanyakan para pimpinan perusahaan tambang emas Martabe berasal dari luar kota bahkan dari luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
Penulis bertanya bagaimana menghilangkan isu tersebut dari pikiran masyarakat, beliau menjawab bahwa isu tersebut sudah lengket dipikiran masyarakat dan ketika
melihat pekerja perempuan pasti langsung menganggap bahwa perempuan tersebut tidak baik. Yang harus dilakukan adalah berperilaku yang baik saja dan berpenampilan yang
sopan, biarlah masyarakat yang menilai mereka. Tetapi satu yang pasti mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pendapat masyarakat memang tidak bisa dibantah dan dihapuskan begitu saja dari pikiran mereka. Masyarakat pasti mempunyai alasan mengapa mereka sampai
menyimpulkan bahwa pekerja perempuan di G- Resources Martabe tidak berbeda dengan seorang pelacur. Kak Yanti menambahkan bagi dirinya sudah tidak penting lagi
masyarakat mau berbicara apa tentang pekerja perempuan dan tidak ambil pusing mengenai hal itu. Beliau sudah mempunyai pekerjaan yang nyaman dan mempunyai gaji
yang lumayan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan beliau mengatakan bahwa masyarakat yang memulai isu tersebut adalah
orang yang merasa iri dan karena tidak diterima bekerja di PT Agincourt Resources Martabe atau pun mungkin karena kontraknya tidak diperpanjang oleh perusahaan.
4.3. Bidang-Bidang Pekerjaan Yang Dikerjakan oleh Perempuan di PT Agincourt Resources Martabe