Banyaknya material yang dibawa dapat mempengaruhi besarnya gaji yang akan diterima oleh pembawa Truk tersebut.
Sementara itu gaji yang diterima oleh Kak Susi adalah sebesar Rp.2.500.000 setiap bulannya dan jika beliau lembur maka gaji lemburnya adalah Rp20.000 per jam.
Kak Susi bukan pekerja permanen namun masih pekerja yang dikontrak oleh PT Agincourt Resources Martabe. Kak Susi bercerita mengenai pengalaman kerjanya seperti
dirinya terkadang harus menahankan teriknya matahari jika disiang hari karena beliau bekerja dilapangan. Tapi beliau juga berkata jika hari sedang hujan Kak Susi pun akan
merasa senang dikarenakan pembawa Truk tidak akan beroperasi. Jika Truk tidak beroperasi maka Kak Susi pun tidak akan bekerja.
Sama dengan pekerja perempuan yang lain Kak Susi juga mempunyai kewajiban untuk masuk sip malam. Seluruh pekerja perempuan yang ada di PT Agincourt Resources
Martabe tidak terkecuali wajib untuk bersedia jika masuk sip malam dan bersedia bekerja sambil merasakan panasnya matahari dan dinginnya angin malam.
4.3.4. Tukang Masak
Gambar 15. Pekerja perempuan yang sedang berada didalam dapur PT Agincourt Resources Martabe.
Universitas Sumatera Utara
Tampak pada gambar diatas seorang pekerja yang sedang membuka buah semangka untuk cuci mulut makan siang yang ditujukan kepada seluruh pekerja PT
Agincourt Resources Martabe. Pekerja yang bertugas didapur ini pun mempunyai sip pagi dan sip malam tidak terkecuali perempuan. Para pekerja tukang masak ini terdiri dari
sekitar 30 pekerja dan 20 orang cleaning service. Dari jumlah pekerja tukang masak yang ada di G-Resources Martabe mereka harus memasak untuk makan siang seluruh pekerja
PT Agincourt Resources Martabe yang berjumlah ribuan orang. Informan saya bernama Kak Ida 23tahun yang bekerja sudah satu tahun menjadi tukang masak berkata bahwa,
menu yang sering dimasak bersama dengan teman-temannya adalah berupa makanan laut, ikan asin dan ikan teri yang kemudian digoreng dan ditambah dengan sambal.
Alasannya karena apabila digoreng akan lebih mudah dalam proses memasaknya, jika dibandingkan dengan masakan yang bersantan dan berkuah. Selanjutnya mereka tidak
lupa untuk menyediakan makanan cuci mulut bagi seluruh pekerja seperti buah-buahan agar-agar dan lain-lain, namun yang paling sering adalah buah-buahan segar.
Dari keterangan gambar terlihat banyak sayur-sayur yang berada didalam dikeranjang dan masih banyak lagi yang disimpan didalam kulkas agar tetap segar. Dari
keterangan Kak Ida bahwa mereka membeli bahan-bahan memasak dan buah-buahan segar tersebut dari masyarakat Batang Toru. Alasannya karena memang sudah menjadi
langganan dan harganya pun murah karena langsung dari kebun bukan dari agen. Ini berdampak positif bagi beberapa masyarakat Batang Toru karena secara tidak langsung
mereka mendapat pendapatan dari bisnis ini. Kemudian mereka tidak perlu lagi menjual
Universitas Sumatera Utara
hasil perkebunan, pertanian dan hasil perikanan mereka ke pasar karena sudah ada pembeli tetap yaitu PT Agincourt Resources Maratabe.
Sejak dahulu PT Agincourt Resources Martabe sudah melakukan transaksi jual beli hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan lain lainnya dengan masyarakat Batang
Toru. Ketika saya bertanya kepada Kak Ida mengapa seperti itu beliau pun menjawab bahwa transaksi itu dilakukan oleh PT Agincourt Resources Martabe untuk menambah
pendapatan masyarakat Batang Toru karena mereka sudah mau menerima tambang emas ini berdiri didaerah mereka. Rata-rata sumber pendapatan mereka adalah dengan bertani,
berkebun, memancing dan lain-lain. Maka dari itu untuk menambah pendapatan mereka pihak tambang emas Martabe ingin membantu mensejahterakan kehidupan mereka agar
masyarakat Batang Toru secara perlahan –lahan menerima kehadiran tambang emas Martabe di Batang Toru. Selain itu alasannya adalah sayur serta buah-buahan mereka pun
kualitasnya tidak kalah dengan yang ada dipasaran bahkan lebih bagus. Ketika saya menanyakan mengenai rasa masakan yang dimasak oleh Kak Ida dan kawan-kawannya,
Kak Ida mengatakan dengan tersenyum tipis kepada saya dengan berkata: “Anggo rasa memang inda satabo masakan restoran dek, tapi tarpangan
ma dek. Guarna pe dek madung male pasti habis do dibaen alai I sude sanga aha pe dilehen”Kalau rasa memang tidak seenak masakan restoran
dek, tapi bisa dimakan lah dek. Namanya pun dek sudah lapar pasti habis juga dibuat orang itu apa pun yang dikasih.
Ditambahkan oleh Kak Ida kalau beliau dan kawan-kawannya pasti selalu berusaha untuk memasak dengan rasa yang enak dan bisa diterima oleh seluruh pekerja.
Meskipun sudah berusaha, terkadang mereka juga mendapat kritikan dari beberapa
Universitas Sumatera Utara
pekerja karena rasa masakannya kurang enak dan lebih memilih membeli makanan dari luar.
4.3.5 Satpam