46
tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal pada taraf
signifikansi 5. b. Uji homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan beberapa varians populasi yang berdistribusi normal. Dalam uji homogenitas ini, penulis
menggunakan uji Bartlett Sudjana, 1996:263:
2 2
log 1
10 ln
i i
S n
B X
dengan keterangan:
1
2 2
n X
x S
i i
1 1
2
2
i i
i
n S
n S
1 log
2
i
n S
B
ln10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari bilangan 10 Dengan taraf nyata
α 5, hipotesis Ho ditolak jika X
2 hitung
≥ X
2
1- αk-1, dimana X
2
1- αk-1 didapat dari daftar chi-kuadrat
dengan peluang 1- α dan dk=k-1.
3. Pengujian hipotesis Asumsi dasar yang harus terpenuhi dalam Anova adalah data
berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama Hartono, 2004:207. Setelah dilakukan
uji normalitas dengan menggunakan SPSS, ternyata variabel yang diteliti tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Pengujian hipotesis
pertama, kedua, dan ketiga yang semula akan menggunakan statistik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
parametrik yaitu Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti dengan statistik non parametrik, yaitu chi kuadrat. Langkah-langkah dalam uji chi
kuadrat sebagai berikut Sudjana, 1996:278: a. Untuk menjawab masalah pertama
1 Merumuskan hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau
dari kultur keluarga Ha : Ada perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari
kultur keluarga 2 Mencari nilai fh
total K
R fh
dengan keterangan:
R
jumlah baris
K
jumlah kolom 3 Mencari nilai chi kuadrat
2
fh fh
fo
2 2
dengan keterangan:
2
= chi kuadrat fo = frekuensi yang diperoleh dari diobservasi dalam sampel
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel
4 Menentukan derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan dk = R-1K-1
dengan keterangan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
R = baris K= kolom
Kemudian ditentukan tingkat kepercayaan sebesar 95 5 Menentukan kriteria keputusan
Ho diterima apabila
hitung 2
tabel 2
. Sebaliknya, jika
hitung 2
tabel 2
maka Ha diterima
6 Pengujian besarnya ketergantungan Setelah dihitung chi kuadrat
2
dan ditemukan ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung C koefisien kontingensi untuk dibandingkan dengan C
maks
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan variabel independen
berpengaruh terhadap
variabel dependen
besar kecilnya perbedaan. Caranya yaitu dengan nilai chi kuadrat diuji
dengan koefisian kontingensi sebagai berikut: C =
n
2 2
dengan keterangan: C = koefisian kontingensi
2
= hasil perhitungan chi square n = jumlah sampel
Agar nilai C yang diperoleh dapat dipakai untuk menilai derajat asosiasi hubungan antara faktor, maka nilai C perlu dibandingkan
49
dengan koefisien kontingensi maksimum yang bisa terjadi. Nilai C maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut:
C
maks
= m
m 1
dengan keterangan: C
maks
= koefisien kontingensi maksimum M
= harga minimum antara B dan K yakni minimum antara banyak baris dan banyak kolom
Semakin dekat nilai C dengan C
maks
, maka semakin besar derajat hubungan antara faktor. Dengan kata lain, faktor yang satu
makin berkaitan dengan faktor yang lain. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap derajat hubungan
yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai C
Nilai C Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 - 0,80 Tinggi
0,40 - 0,60 Cukup
0,20 - 0,40 Rendah
0,20 Sangat rendah
50
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Universitas
1. Latar belakang Rencana mendirikan suatu Perguruan Tinggi Keguruan lahir ketika
Prof. Moh. Yamin, S.H. menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sampai waktu itu, pendidikan khusus
guru-guru SMTPSMU dilaksanakan oleh kursus BIBII yang didirikan di berbagai kota di Indonesia. Tetapi sewajarnyalah pendidikan yang amat
penting itu diangkat ke taraf keguruan universiter dengan mempertahankan arah dan tujuannya sendiri, yaitu keguruan di sekolah menengah.
Selanjutnya kursus-kursus BI tersebut dianggap crash program, sehingga Superior Misionaris Societas Jesu, yaitu Pater Kester berusaha
mendirikan suatu perguruan tinggi. Kebetulan pada tahun 1954-1955, Prof. de Quelje, pejabat Kementerian PP dan K, berkunjung ke
Yogyakarta. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh Pater Kester, Pater Ruding, dan Pater H. Loeff untuk menggali informasi tentang
gagasan Prof. Moh. Yamin, S.H. untuk mendirikan PTPG. Kemudian tiga kursus BI milik Jesuit, yaitu BI Mendidik Yayasan de Britto, BI Sejarah,
dan BI Bahasa Inggris Yayasan Loyola digabung menjadi satu. Dengan demikian lahirlah PTPG Sanata Dharma yang dimulai pada tanggal 20
Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah tanggal 17 Desember 1955. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai empat jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Pembesar misi Societas
Jesus menunjuk Pater Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma, sedangkan Wakil Dekan dipercayakan kepada Pater
H. Loeff, S.J. Nama Sanata Dharma sendiri diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J., pejabat Departemen PP dan K di Kawali Kantor Wali
Gereja Indonesia. Aslinya, Sanata Dharma dibaca Sanyata Dharma. Nyata Dharma artinya ”kebaktian yang sebenarnya” atau ”pelayanan yang
nyata”. Kebaktian itu ditujukan kepada tanah air, bangsa, dan Gereja Pro Patria et Eclessia
. 2. Perkembangan Selanjutnya
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian P dan K tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka
PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia
cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini, Sanata Dharma berhasil memperoleh status DISAMAKAN dengan negeri berdasarkan SK Menteri
PTIP No.11961, pada tanggal 6 Mei 1961 jo No.771962 tanggal 11 Juli 1962. Tetapi secara de facto FKIP-FKIP yang dibentuk dari PTPG tetap
berdiri sendiri dan FKIP Sanata Dharma di Universitas Katolik Indonesia Cabang Yogyakarta hanyalah nama di atas kertas saja.
Untuk mengatasi
kerancuan ini
akhirnya pemerintah
kembali menetapkan agar FKIP berdiri sendiri menjadi IKIP. Karena itu FKIP
52
Sanata Dharma juga berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.237B-SwtU1965. Surat Keputusan ini berlaku
mulai tanggal 1 September 1965. Dalam masa IKIP tersebut, banyak hal berkembang di Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai
aspek, baik yang menyangkut pembangunan sarana fisik, administrasi, pengajaran dan penelitian maupun pengabdian pada masyarakat. IKIP
Sanata Dharma dilengkapi dengan lembaga-lembaga pendukung, yaitu Pusat Penelitian Sanata Dharma, Pusat Pengabdian pada masyarakat, dan
Pusat Komputer. Di samping itu, IKIP Sanata Dharma didukung pula oleh dua biro administrasi , yaitu Biro Administrasi Umum BAU dan Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan BAAK. Pada bulan Juli 1979, IKIP Sanata Dharma melaksanakan program S1
sebelumnya IKIP Sanata Dharma melaksanakan program Sarjana Muda dan Sarjana. Pada saat yang sama Depdikbud juga mempercayakan
kepada IKIP Sanata Dharma untuk mengelola program Diploma I, II, dan III pada berbagai jurusan seperti Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990, dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD.
Untuk menyesuaikan diri dengan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman, maka pada tanggal 20 April 1993
sesuai dengan SK Mendikbud No.46DO1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata Dharma. Dengan berkembang
menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk memperluas muatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI