Pembahasan ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
79
dikatakan, walaupun hal tersebut menyakitkan. Keluarga dalam budaya ini mengajarkan kepada anak-anaknya untuk belajar berpikir mengenai diri
mereka sendiri. Pada mahasiswa yang keluarganya berasal dari budaya berdimensi
femininity cenderung memegang nilai yang lebih lunak, dibandingkan pada
mahasiswa yang keluarganya berasal dari budaya berdimensi masculinity. Tolak ukur pada nilai yang lunak ini mengacu pada sifat keibuan yang
biasanya kurang tegas dalam menetapkan aturan-aturan di keluarga. Sebaliknya
pada dimensi
masculinity ,
ketegasan dalam
keluarga dimaksudkan agar anak serius dalam meraih tujuan hidupnya. Anak
memiliki ambisi yang kuat dalam meraih cita-citanya untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan besar.
Mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan dimensi uncertainty avoidance
yang kuat akan merasa terancam terhadap segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Mahasiswa yang berasal dari kultur ini
cenderung mempunyai tingkat kegelisahan yang relatif tinggi, misalnya dalam menghadapi ketidakpastian keuangan, atau saat ada anggota
keluarga yang sakit. Namun pada mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan dimensi uncertainty avoidance yang lemah cenderung untuk
bersikap dan berpikir positif dalam melihat segala sesuatu yang terjadi pada keluarganya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Hofstede 1992, yang mengungkapkan bahwa jiwa kewirausahaan mudah tumbuh dalam kultur
80
keluarga dengan tingkat individualism yang tinggi, tingkat uncertainty avoidance
dan power distance yang rendah, dan tingkat masculinity yang tinggi. Peneliti dari Belanda ini secara rinci menjelaskan bahwa pada
keluarga dengan tingkat power distance yang tinggi menyebabkan seseorang dalam pengambilan keputusan lambat, ketiadaan inisiatif, dan
kreativitas yang rendah. Hal-hal tersebut bertentangan dengan ciri-ciri yang seharusnya dimiliki seseorang dalam berwirausaha. Sementara
seseorang dari keluarga dengan tingkat individualism yang tinggi tidak akan senang bergantung pada orang lain. Hofstede 1992 juga
mengungkapkan bahwa para manajer perlu memiliki sifat yang tegas. Pada keluarga dengan tingkat masculinity yang tinggi cenderung memiliki sifat
tersebut, sedangkan pada keluarga feminin tidak. Jiwa berwirausaha selalu dikaitkan dengan keberanian mengambil resiko. Hal tersebut sejalan pada
keluarga dengan tingkat uncertainty avoidance rendah yang menganggap bahwa hal tersebut sebagai suatu konsekuensi yang harus dihadapi
http:goliath.ecnext.comcoms2summary_0199 -1825736-ITM. 2. Adanya perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program
studi Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh hasil
hitung 2
sebesar 16,42. Pada
taraf signifikansi
05 ,
dan df = 7-12-1 = 6, tampak bahwa
nilai
tabel 2
= 12,6. Nilai
hitung 2
= 16,42
tabel 2
= 12,6, artinya ada
perbedaan yang signifikan mengenai jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau
dari program
studi. Besarnya
tingkat perbedaan
jiwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi adalah 0,35 dan dikategorikan rendah.
Adanya perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari program studi diduga disebabkan oleh pengaruh fasilitas berupa izin
usaha, tenaga pengajar, dan tujuan yang dirumuskan berbeda-beda pada setiap prodi. Pada faktor fasilitas, prodi Manajemen dan Sastra Indonesia
kurang memberi perhatian bagi mahasiswanya dalam hal pemberian izin usaha, sedangkan prodi lainnya memperhatikan hal tersebut. Walaupun
kreativitas dari pihak mahasiswa paling menentukan tinggirendahnya jiwa kewirausahaan mereka, namun dukungan dari lingkungan tidak bisa
diabaikan sebagai faktor yang turut berpengaruh didalamnya. Pada faktor tenaga pengajar, prodi Sastra Indonesia, Ilmu Komputer, Teknik
Informatika, dan Apoteker mengambil dosen dari prodi lain. Pengambilan dosen dari prodi lain ini ditempuh untuk mendapatkan pengampu mata
kuliah yang berkompeten dibidangnya. Dosen dari semua prodi mencoba memadukan metode pengajarannya, baik melalui ceramahteori maupun
penerapan berwirausaha secara nyata. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dalam berwirausaha telah membekali mahasiswa untuk dapat belajar
bekerja sama dalam tim dan bersaing secara sehat antar kelompok. Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan oleh setiap prodi, ketujuh prodi
mencoba mengarahkan mahasiswanya belajar berwirausaha sesuai dengan disiplin ilmunya. Misalnya, mahasiswa dari prodi Teknik Informatika dan
Ilmu Komputer menerapkan wirausahanya dengan membuka rental PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
komputer. Dengan
memberikan jasa
rental, selain
mereka dapat
menerapkan ilmu tentang teknologi komputer, mereka juga belajar untuk aktif, kreatif, dan terampil dalam berhadapan dengan konsumen. Pada
mahasiswa dari prodi yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran, mencoba mengembangkan jiwa berwirausahanya melalui pemberian
bimbingan belajar kepada masyarakat. Namun hanya beberapa prodi saja yang mahasiswanya melakukan kegiatan berwirausaha sesuai dengan
disiplin ilmu. Mahasiswa prodi lainnya mencoba mengembangkan jiwa kewirausahaan dengan berjualan, sehingga kurang mengarah pada
pencapaian tujuan semula. Banyak orang beranggapan bahwa teori tanpa praktek adalah nol
www.smc-center.com. Teori tidak menghasilkan pengalaman ataupun pembentukan kebiasaan-kebiasaan efektif yang diperlukan oleh seorang
wirausaha. Mereka harus berlatih tekun dengan usaha nyata selama menempuh masa pendidikan. Tenaga pengajar, dalam hal ini dosen yang
mengampu mata kuliah kewirausahaan sangat berpengaruh terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa. Tujuan berlatih bisnis
secara nyata selama masa studi adalah untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan secara permanen. Bidang studi yang dijalani dapat menjadi
bidang usaha untuk berlatih. Efek yang didapat adalah mahasiswa akan menjadi terbiasa dengan pola pikir pada bidangnya. Dengan demikian,
jiwa wirausahanya akan tumbuh dan menetap karena pembiasaan tadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
http:www.smccenter.comsmcberitaBerita=062806031023Kategori= 3.
3. Adanya perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua
Berdasarkan uji hipotesis, diperoleh hasil
hitung 2
sebesar 6,57. Pada
taraf signifikansi
05 ,
dan df = 2-12-1 = 1, tampak bahwa
nilai
tabel 2
= 3,84. Nilai
hitung 2
= 6,57
tabel 2
= 3,84, artinya ada
perbedaan yang signifikan mengenai jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua. Besarnya tingkat perbedaan jiwa
kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua adalah 0,23 dan dikategorikan rendah.
Adanya perbedaan jiwa kewirausahaan mahasiswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua diduga disebabkan oleh pengaruh situasi dan kondisi
mahasiswa berbeda antara satu dengan yang lainnya. Status atau pekerjaan orang tua dapat menjadi peranan penting untuk membentuk jiwa
kewirausahaan seseorang. Mahasiswa yang orang tuanya berwirausaha akan membiasakan anaknya memiliki sikap-sikap seperti tidak takut gagal,
tidak cepat puas, percaya diri, kreatif, disiplin dalam mengelola waktu, dan selalu berusaha lebih baik daripada sebelumnya. Sikap-sikap sederhana
tersebut dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri anak. Hal berbeda terjadi pada mahasiswa yang orang tuanya tidak berwirausaha.
Mereka mudah menyerah, cepat puas, tidak percaya diri, dan tidak berani berpendapat. Sikap-sikap tersebut seringkali muncul karena tidak adanya
84
pembiasaan dari orang tua yang tidak berwirausaha. Hal ini sejalan dengan teori Levi, yaitu bahwa kuncinya adalah pembiasaan http:www.
republika.co.idkorandetail.asp?id=232090kat id=100. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85