11
i. Kemampuan untuk berdiri sendiri
Tidak semata-mata
mengandalkan bawahan
atau orang
lain mencerminkan jiwa kewirausahaan yang mandiri.
j. Bersikap antusias
Sikap ini meliputi senyuman, keyakinan, dan konsisten yang dapat meneguhkan tujuan yang telah ditetapkan.
k. Ulet, disiplin, dan percaya diri Sikap ini merupakan faktor utama untuk meraih kesuksesan.
l. Bersikap optimis
Dengan bersikap optimis, seseorang dapat memandang bahwa kegagalan dan keberhasilan merupakan peristiwa wajar yang sering
dialami dalam berwirausaha. Dari penjelasan tersebut, akhirnya dapat disimpulkan bahwa jiwa
kewirausahaan adalah rasa percaya diri, ulet, disiplin, memiliki jiwa kepemimpinan, mandiri, antusias, optimis, dan berpikir positif, serta
berani mengambil resiko dalam menjalankan dan mengelola suatu usaha. 2. Dimensi jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan kemajuan dan tantangan. Menurut Suryana 2003:14, untuk dapat menjadi
seorang wirausaha yang berhasil maka seseorang harus memiliki ciri-ciri dan watak sebagai berikut :
12
Ciri-ciri : Watak :
a. Percaya diri Keyakinan,
ketidaktergantungan, individualitas, dan optimis
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk
berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad
kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif
c. Pengambilan risiko dan suka tantangan
Kemampuan untuk
mengambil risiko yang wajar
d. Kepemimpinan Perilaku
sebagai pemimpin,
bergaul dengan orang lain, dan menanggapi saran-saran dan kritik
e. Keorisinilan Inovatif, kreatif, dan fleksibel
f. Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif
Selain ciri-ciri tersebut, juga menurut Suryana dalam bukunya yang berjudul Kewirausahaan 2003 yang diringkas dari M. Scarborough,
Thomas W. Zimmerer, Vernon A. Musselman, Geoffey Meredith, Timmons, McClelland, Steinhoff, John F. Burgess, dan Wasty Sumanto,
mengungkapkan karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan agar berhasil sebagai berikut:
13
a. Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
b. Lebih menghargai prestasi daripada uang c. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman
d. Memotivasi diri sendiri e. Semangat untuk bersaing
f. Tegas
g. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam
h. Berdaya cipta dan luwes i.
Selalu menghendaki umpan balik dengan segera j.
Selalu belajar dari kegagalan k. Menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan
l. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang
m. Rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukan n. Disiplin
o. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas p. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan
yang lainnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
B. Kultur Keluarga
1. Pengertian kultur keluarga Istilah kulturbudaya berasal dari ilmu antropologi. Definisi ini
pertama kali dikemukakan oleh ahli antropologi Inggris bernama Sir Edward
B.Taylor Ensiklopedi
Umum untuk
Pelajar, 2005:107.
Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta
kebiasaan yang
diperoleh seseorang
sebagai anggota
masyarakat. Sementara itu, Haviland 1988:338 dalam Ralph Linton menyebut
kebudayaan sebagai warisan sosial umat manusia. Budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan
membangun kehidupan bersama. Hofstede 1994:5 mengartikan kultur sebagai:
…a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is where it
was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of one group or category of people from
another
Kultur merupakan bentuk pemrograman mental secara kolektif. Kultur membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam
pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit
berubah. Jikalau berubah, maka perubahan berlangsung secara evolutif perlahan-lahan. Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur
15
tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam komunitas yang mereka bangun.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dipahami bahwa culture atau kebudayaan
adalah pola
pikir, perasaan,
tindakan, pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang merupakan warisan sosial suatu kelompok atau komunitas yang telah
terbentuk. Kultur dari suatu kelompok atau komunitas dapat ditemui dalam
sebuah keluarga yang merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia Gerungan, 1987:180. Dalam sebuah keluarga, pola
pikir, tindakan ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya memungkinkan diserap anak. Hal ini selanjutnya
akan berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku anak dalam melakukan suatu tindakan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kultur keluarga adalah segala macam pola pikir, perasaan, tindakan, pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, kemampuan, serta kebiasaan yang ada pada suatu kelompok atau komunitas yang memungkinkan dapat diserap oleh
generasi berikutnya. 2. Dimensi kultur keluarga
Kultur dapat diklasifikasikan ke dalam empat tingkatan Hofstede, 1994:14,
yaitu: power
distance, individualismcollectivism,
masculinityfemininity, dan uncertainty avoidance.
16
Dalam dimensi power distance terdapat ketidaksamaan penerimaan atas kekuasaan yang didistribusikan. Hal ini dapat ditemui dalam sebuah
keluarga. Semua orang memulai pembentukan mental setelah mereka lahir dari orang yang lebih tua dan secara terus-menerus akan membentuk
pribadi seperti pendahulunya tersebut. Indikator dimensi power distance mencakup: kepatuhan terhadap orang tua atau anggota keluarga lain yang
lebih tua, dan ketergantungan pada orang tua. Dimensi individualism berbeda dengan collectivism. Individualitas digambarkan sebagai orang
tinggal dalam masyarakat dimana kepentingan individu berada di atas kepentingan kelompok. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga belajar
untuk berpikir mengenai diri mereka sendiri atau “aku”. Kolektivitas digambarkan sebagai orang hidup dalam masyarakat dimana kepentingan
kelompok berada di atas kepentingan pribadi. Hal utama yang dipegang dalam dimensi kolektivitas adalah loyalitas pada kelompoknya. Hal ini
berarti diharapkan adanya pembagian sumber daya diantara anggota. Dimensi individualitas versus kolektivitas mencakup indikator: kebebasan
menyatakan pendapat, loyalitas pada anggota keluarga lain, keleluasaan untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, kebutuhan
untuk komunikasi,
dan perasaan
yang muncul
atas pelanggaran
aturannorma tertentu. Keluarga adalah tempat dimana kebanyakan orang menerima program
budaya pertama mereka. Keluarga mempunyai dua bagian ketidaksamaan tetapi saling melengkapi, yaitu: orang tua-anak dan suami-istri. Pengaruh