Penilaian Otentik Kurikulum SD 2013

h. Guru mencatatat semua kemajuan peserta didik. 4. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan. Agar pelaksanaan kegiatan percobaan dapat berjalan dengan lancar maka, 1 Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, 2 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, 3 Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, 4 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, 5 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen, 6 Membagi kertas kerja kepada murid, 7 murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, 8 guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasikan. 5. Mengkomunikasikan Kemampuan mengkomunikasi adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif.

e. Penilaian Otentik

Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai Kompetensi Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Sementara itu, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian Kompetensi Dasar. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh sebab itu kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu di dukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana, dan berkesinambungan. Penilaian memiliki peran yang sangat penting dalam kualitas sistem pembelajaran. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan Kemendikbud 2013 . Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 delapan standar, salah satunya adalah Standar Penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 Tentang Standar Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dimana penilaian pendidikan salah satunya mencakup penilaian otentik. Menurut Permendikbud nomor 66 tentang standar penilaian 2013:2 Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan input, proses, dan keluaran output pembelajaran. Kemendikbud 2013:5 Penilaian otentik Authentic Assessment adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Abidin 2014:81 penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Guru perlu mengambil data agar mengindentifikasi kesulitan siswa dalam belajar, agar guru segera mengatasi kesulitan tersebut. Basuki 2014:168 mendefinisikan penilaian otentik sebagai suatu bentuk penilaian yang mengharuskan para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukan penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan. Dari beberapa pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang bukan hanya mengukur apa diketahui melainkan, lebih menitikberatkan pada apa yang dihasilkan oleh peserta didik. Dalam penilaian otentik, para siswa tidak hanya menyelesaikan dan dapat menunjukkan perilaku tertentu yang diinginkan sesuai rumusan tujuan pembelajaran, tetapi juga mampu mengerjakan sesuatu yang terkait dengan konteks kehidupan nyata. Penilaian otentik yang digunakan dalam mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mengacu pada penilaian PAK. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal KKM. Dalam penilaian hasil belajar peserta didik mencakup tiga hal yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Sejalan dengan ketiga cakupan tersebut maka teknik dan instrumen yang digunakan dalam mengukur kompetensi sikap, kompotensi pengetahuan, dan kompotensi keterampilan berdasarkan Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan sebagai berikut: a. Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, peni laian “teman sejawat”peer evaluation oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian rating scale yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 1 Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2 Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. 3 Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. 4 Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. 1 Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. 2 Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3 Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah danatau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian rating scale yang dilengkapi rubrik. 1 Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. 2 Projek adalah tugas-tugas belajar learning tasks yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. 3 Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, danatau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1 Substansi yang mempresentasikan kompetensi yang dinilai. 2 Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan 3 Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Penilain otentik memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Basuki 2014:175-176 keunggulan dan kelemahan penilaian otentik dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik No Keunggulan Kelemahan 1 Berfokus pada keterampilan analisis dan keterpaduan pengetahuan. Memerlukan waktu yang insiatif untuk mengelolah, memantau, dan melakukan koordinasi. 2 Meningkatkan kreativitas. Sulit untuk dikoordinasikan dengan standar pendidikan yang telah ditetapkan secara legal. 3 Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata. Menantang guru untuk memberikan skema pemberian nilai yang konsisten. 4 Mendorong kerja kolaboratif. Sifat subjek dalam pemberian nilai akan cenderung menjadi bias. 5 Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis Sifat penilaian yang unik mungkin tidak dikenali siswa. 6 Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran. Bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berisi banyak siswa. 7 Menekankan pada keterpaduan pembelajaran di sepanjang waktu. Hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dan berbagai kisaran tujuan pembelajaran.

2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran