Penguatan Pendidikan Karakter Kurikulum SD 2013

Penilaian Hasil Belajar - Penilaian berbasis kompetensi - Pergeseran dari penilaian melalui Tes mengukur kompetensi berdasarkan hasil saja menuju Penilaian otentik mengukur ketiga kompetensi berdasarkan proses dan hasil - Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL - Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian dan penilaian mandiri oleh siswa Ekstrakurikuler - Pramuka wajib - UKS - PMR - Bahasa Inggris Berdasarkan elemen perubahan kurikulum 2013 di atas, penataan terhadap SNP diharapkan dapat menyempurnakan SNP sebelumnya menjadi lebih baik bagi pendidikan Nasional.

b. Penguatan Pendidikan Karakter

Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi dan sekaligus berbasis karakter competency and character based curriculum. Hal tersebut penting, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan melalui pendidikan karakter. Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat dintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum 2013. Materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dihubungkan konteks kehidupan sehari-hari. Berbicara mengenai Pendidikan Karakter, pengertiannya terdiri atas dua kata dasar yaitu Pedidikan dan Karakter. Menurut Agustinus 2014:4, pendidikan adalah suatu proses terus menerus yang menghantarkan manusia mudah ke arah kedewasaan, yaitu dalam arti kemampuan untuk memperoleh pengetahuan knowledge acquisition, mengembangkan kemampuan atau keterampilan skills developments, mengubah sikap attitude of change serta kemampuan mengarahkan diri sendiri, baik di bidang pengetahuan, keterampilan, serta dalam memaknai proses pendewasaan itu sendiri dan kemampuan menilai. Kemendiknas 2010:36, menyatakan bahwa Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi berabad. Dari kedua pengertian pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan diri menjadi diri sendiri yang mempunyai kemampuan dan kepribadian yang unggul. Banyak pandangan berpendapat bahwa pendidikan merupakan sarana untuk mentransfer ilmu saja, akan tetapi pendidikan juga merupakan sarana pembudayaan dan penyalur nilai-nilai. Karakter merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena dari pendidikanlah karakter anak bangsa terbentuk, sehingga mencerminkan karakter bangsa. Pengertian karakter menurut Sutarjo 2012:78, karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur, sederhana dan lain-lain. Heri 2012:3 juga menjelaskan bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dan orang lain. Berbeda dengan Hariyanto 2013:43 menjelaskan bahwa karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Karakter merupakan sifat alami seseorang yang terdapat dalam diri sehingga menjadi kebiasaan dalam merespon situasi secara bermoral. Dengan karakter itulah orang mampu mengukur kepribadian atau watak orang lain. Keterpaduan dua kata tersebut menjadi Pedidikan Karakter. Menurut Zubaeda 2011:25 Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang intinya merupakan program pengejaran disekolah yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif perasaansikap tanpa meninggalkan ranah kognitif berpikir rasional, dan ranah skill keterampilan, terampil mengolah data, menggemukakan pendapat dan kerja sama. Menurut Kemendiknas 2010:37 Pendidikan Karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian, akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter terbentuk dan menjadi ciri khas peserta didik tersebut. Hariyanto 2013:45 menjelaskan juga bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Dari uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter peserta didik. Melihat kondisi krisis dan dekadensi moral, seperti maraknya perkelahian antar pelajar, korupsi, budaya menyontek, narkoba, plagiarisme dan lain-lain. Maka pemerintah Indonesia, mensosialisasikan pendidikan karakter bahkan, kementerian pendidikan nasional juga mencanangkan implementasi pendidikan karakter untuk semua tingkat pedidikan, mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Heri 2012:30 pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. c. Pendekatan Tematik Integratif Pembelajaran kurikulum 2013 memiliki ciri khas yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya dimana pembelajaran kurikulum sebelum, mata pelajarannya dilakukan secara terpisah sedangkan pembelajaran dengan kurikulum 2013 dilakukan dengan pendekatan tematik integrtif, yang kemudian dikenal dengan istilah Tematik. Arti kata “Tematik” itu sendiri adalah bersangkutan dengan tema. Pembelajaran tematik ini dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan anak, cara belajar anak, dan konsep belajar. Konsep pembelajaran tematik dikemukan oleh dua tokoh pendidikan Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dimana dalam pembelajaran segaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran Majid 2014. Berikut pengertian pendekatan tematik integratif menurut para ahli: Menurut Majid 2014:86 pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Majid juga menegaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pangalaman yang bermakna kepada peserta didik. Daryanto 2014:31 juga menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar KD dan indikator dari kurikulum atau Standar Isi SI dari beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Daryanto juga menjelaskan bahwa dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik. Daryanto 2014:11 belajar bermakna meaningful learning merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dari uraian pengertian diatas maka, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sekaligus menjadi satu materi yang memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran tematik memiliki beberapa prinsip dan karakteristik. Prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif antara lain: 1 Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, 2 Terintegrasi dengan lingkungan, 3 Bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, 4 Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan, 5 Materi pembelajaran dapat dipadukan dalam satu tema dengan mempertimbangkan minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Sebagai suatu pendekatan di sekolah dasar, pembelajaran tematik integratif memiliki karakteristik-karakteristik antara lain: 1 Berpusat pada siswa, 2 Memberikan pengalaman langsung, 3 Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4 Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5 Bersifat fleksibel, 6 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Dalam kurikulum 2013, pembelajaran di sekolah menggunakan pendekatan tematik integratif dengan memiliki karakteristik dan prinsip yang dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan anak, karakteristik cara belajar anak. d. Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran tematik integratif, yang mana pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah pendekatan saintifik. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dimaksudkan melibatkan keterampilan proses meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengkomunikasikan. 1. Mengamati Kegiatan mengamati dalam pembelajaran lebih menitikberatkan pada kebermaknaan proses pembelajaran meaningfull learning. Keunggulan dari metode ini, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan betantang, dan mudah pelaksanaanya. Abidin 2014:133- 134 Dalam melakukan kegiatan mengamati perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi. b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi. c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi. e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. f. Menetukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan dan alat elektronik lainnya. 2. Menanya Dalam proses pembelajaran guru yang efektif mampu menginspirasikan peserta didik untuk mengembangkan tiga ranah utama yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula guru tersebut mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Menurut Abidin 2014:136-137 aktivitas bertanya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. b. Mendorong dan menginspirasikan siswa untuk aktif belajar. c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas subtansi pembelajarn yang diberikan. e. Membangkitkan keterampilan berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat. 3. Menalar Istilah “menalar” dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut Abidin 2014:139-140 untuk meningkatkan daya menalar peserta didikdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Guru menyusun bahan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah akan tetapi guru memberikan instruksi singkat tapi jelas. c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis. d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman. g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. h. Guru mencatatat semua kemajuan peserta didik. 4. Mencoba Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan. Agar pelaksanaan kegiatan percobaan dapat berjalan dengan lancar maka, 1 Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, 2 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan, 3 Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, 4 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, 5 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen, 6 Membagi kertas kerja kepada murid, 7 murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, 8 guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasikan. 5. Mengkomunikasikan Kemampuan mengkomunikasi adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif.

e. Penilaian Otentik