Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

a. Jika nilai signifikan nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5, maka distribusi adalah tidak normal. b. Jika nilai signifikan nilai probabilitasnya lebih besar dari 5, maka distribusi adalah normal.

3.5. Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator, artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan yang BLUE maka harus dipenuhi di antara tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, yaitu: 1. Tidak boleh ada Autokorelasi 2. Tidak boleh ada Multikolinieritas 3. Tidak boleh ada Heteroskedastisitas Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE Best Linear Unbiased Estimator, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu Gujarati, 1995: 201. Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva Durbin dan Watson : Ada Daerah Daerah Ada auotkore- keragu- keragu- autokore- lasi raguan raguan lasi positif negatif Tidak ada Autokorelasi d 0 dL du 2 4-d u 4-d L 4 Sumber: Gujarati, 1995: 201 Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data times series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross sectional Gujarati, 1995: 201. Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Penelitian ini data yang digunakan bukan data times series tetapi data cross sectional Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang diambil berdasarkan kuesioner, sehingga untuk uji autokorelasi tidak dilakukan.

2. Multikolonieritas

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen Ghozali, 2006: 95. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF Varians Inflation Factor. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF =1tolerance dan dapat menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10 Ghozali, 2006: 96.

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regesi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2006: 125. Heteroskedastisitas dapat diidentifikasikan dengan cara melakukan uji Park. Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Lakukan regresi tingkat penerimaan PPh Orang Pribadi = f pemahaman wajib pajak atas PPh Orang Pribadi, kesadaran perpajakan wajib pajak, sistem pemungutan. b. Dapatkan variabel residual Ui. c. Kuadratkan nilai residual U 2 i. d. Hitung logaritma dari kuadrat residual LnU 2 i . e. Regresikan variabel kuadrat residual LnU 2 i sebagai variabel terikat dan variabel pemahaman wajib pajak atas PPh Orang Pribadi, kesadaran perpajakan wajib pajak, sistem pemungutan sebagai variabel bebas Ghozali, 2006: 128. Apabila tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat AbsUt yang ditandai dengan tingkat signifikan sig di atas 5, maka model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas Ghozali, 2006: 129. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5.2. Teknik Analisis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas pelayanan Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Orang pribadi Di KPP Pratama Soreang)

4 31 49

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees)

6 52 48

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cibeunying

4 45 141

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Soreang)

0 14 36

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada WPOP Pribadi di KPP Pratama Surakar

0 2 18

Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Di KPP Pratama Cianjur).

0 11 26

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama di Cirebon).

6 18 19

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN, DAN SISTEM PEMUNGUTAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPH ORANG PRIBADI (Studi Pada KPP PRATAMA SURABAYA GUBENG).

1 2 89

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI (Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

0 0 27

PENGARUH PENGETAHUAN TAX AMNESTY, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama Surabaya Genteng)

0 0 18