kesejahteraan umum sesuai dengan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan pemerintah.
2.3.1.2. Fungsi Pajak
Pada dasarnya fungsi pajak antara lain Tony Marsyahrul, 2005: 2:
a. Fungsi Penerimaan Budgetair
Fungsi ini sebagai alat sumber untuk memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke dalam kas Negara dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. b.
Fungsi Mengatur Regulerend Fungsi Regulerend disebut juga sebagai fungsi mengatur, sebagai
alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan,
seperti : 1.
Mengadakan perubahan-perubahan tarif. 2.
Memberikan pengecualian-pengecualian, keringanan- keringanan, atau sebaliknya yang ditujukan kepada masalah
tertentu.
2.3.1.3. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Teori pemungutan pajak ini muncul untuk mencari dasar konseptual pemungutan pajak bagi negara, sehingga secara teoritis
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pemungutan pajak yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari segi yuridis maupun sisi ilmiah. Beberapa teori
tersebut menurut Waluyo dan Ilyas 2002: 14, yaitu: 1.
Teori Asuransi Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Pajak
diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh masyarakat tertanggung kepada negara penanggung. Premi
tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau
keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun
kenyataannya hal tersebut dengan premi tidaklah tepat. 2.
Teori Kepentingan Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus
dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk melindunginya dibebankan kepada masyarakat.
3. Teori Gaya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada
masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka masyarakat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
akan membayar pajak menurut daya pikul seseorang yang dapat diukur berdasar besarnya penghasilan dengan memperhitungkan
besarnya pengeluaran atau pembelanjaan seseorang. 4.
Teori Bakti Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori
ini berdasarkan pada pendapat bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat
menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara. Dengan
demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan negara.
5. Teori Asas Daya beli
Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau negara sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.
Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku “An Inquiri into the Nature and Cause of the
Wealth of Nations” menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya
didasarkan sebagai berikut Waluyo dan Ilyas, 2002: 12 :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Azas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima.
Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan
kepentingannya dan manfaat yang diterima. 2.
Azas Certainly Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh
karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu
pembayaran. 3.
Azas Convenience Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem
pemungutan ini disebut Pay as You Earn. 4.
Azas Economy Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.1.4. Klasifikasi Pajak