PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI (Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

DWI JANITA RILDASARI 0713010124/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN

PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN

YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK TERHADAP

PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI

(Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

DWI JANITA RILDASARI 0713010124/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2011


(3)

Disusun Oleh :

DWI JANITA RILDASARI 0713010124/ FE/ EA Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Hero Priono, MSi, Ak Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak Sekretaris

Drs. Ec. Sjafi’i, MM, Ak Anggota

Drs. Ec. Hero Priono, MSi, Ak

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama Gresik Utara) “.

Penyususunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini. Dengan rasa hormat yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

4. Ibu Rina Moestika Setyaningrum, SE, MM selaku Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan selama menuntut ilmu di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Hero Priono, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk serta pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Segenap Pimpinan dan Staf KPP Pratama Gresik Utara yang telah memberikan bimbingan dan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua Orang Tuaku, kakak dan adik yang sangat saya sayangi dan cintai yang telah memberikan semangat, dukungan dan dorongan moril serta keikhlasan doa yang tiada hentinya.

9. Thank’s to My Love Rendy Julian Trisna, SE yang telah memberikan banyak dukungan, semangat, motivasi, inspirasi, bantuan yang sangat besar serta doanya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(6)

iii

10. Thank’s to teman – teman kampusku “YuRieCheTha” dan teman – teman kostku “Padepokan Wakiti MA I E / 14” yang selama ini menemaniku baik suka maupun duka, terima kasih atas perhatiannya dan dukungan serta doanya.

Penulis juga mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Mei 2011

Penulis


(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu... . 18

2.3. Landasan Teori ... 19

2.3.1. Pajak ... 19

2.3.1.1. Definisi Pajak... .. 19


(8)

v

2.3.1.3. Teori yang Mendukung Pemungutan

Pajak ... 20

2.3.1.4. Klasifikasi Pajak ... 24

2.3.1.5. Sistem Pemungutan Pajak ... 25

2.3.2. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) ... . 27

2.3.2.1. Definisi PPh Badan………... 27

2.3.2.2. Subjek Pajak……… ... . 27

2.3.2.3. Objek Pajak………. ... 29

2.3.2.4. Penghasilan Bukan Objek Pajak.…………. 31

2.3.2.5. Tarif Pajak……….. ... 33

2.3.3. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-undang dan Peraturan Perpajakan (X1) Terhadap Penerimaan PPh OP (Y) ... 34

2.3.4. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) Terhadap Penerimaan PPh OP (Y) ... 36

2.3.5. Pengaruh Sistem Pemungutan (X3) Terhadap Penerimaan PPh OP (Y)……... ... 38

2.3.6. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2), dan Sistem pemungutan (X3) Terhadap Penerimaan PPh OP (Y)... 41

2.4. Kerangka Pikir ... 42

2.5. Perumusan Hipotesis ... 44


(9)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 45

3.1.1. Definisi Operasional ... 45

3.1.1.1. Variabel Bebas (X)……… 45

3.1.1.2. Variabel Terikat (Y)……….. 46

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 47

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 50

3.2.1. Objek Penelitian ... 50

3.2.2. Populasi ... 50

3.2.3. Sampel ... 50

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.3.1. Jenis Data ... 53

3.3.2. Pengumpulan Data ... 53

3.4. Uji Kualitas Data ... 54

3.4.1. Uji Validitas ... 54

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 55

3.4.3. Uji Normalitas ... 55

3.5. Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 56

3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 56

3.5.2. Teknik Analisis ... 60

3.5.3. Uji Hipotesis ... 61

3.5.3.1. Uji Kesesuaian Model ... 61


(10)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 63

4.1.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara ... 63

4.1.2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara ………. 65

4.1.3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara……….... 66

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

4.2.1. Deskripsi Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1) ... 70

4.2.2. Deskripsi Variabel Kesadaran Perpajakan (X2) ... 72

4.2.3. Deskripsi Variabel Sistem Pemungutan (X3) ... 73

4.2.4. Deskripsi Variabel Penerimaan PPh (Y) ... 75

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 76

4.3.1. Hasil Pengujian Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ... 76

4.3.1.1. Pengujian Validitas ... 76

4.3.1.2. Pengujian Reliabilitas ... 78

4.3.1.3. Pengujian Normalitas ... 80

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 81

4.4.1. Uji Multikolinieritas ... 81

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 82

4.5. Statistik Deskriptif ... 83


(11)

4.7. Uji Hipotesis dan Pembahasan ... 87

4.7.1. Uji Kesesuaian Model ... 87

4.7.2. Uji t ... 88

4.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

4.9. Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu .... 94

4.10. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1. Kesimpulan ... 96

5.2. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Gresik Utara tahun 2009 – 2010 ... 6 Tabel 1.2. Data Jumlah Penerimaan PPh di KPP Pratama Gresik Utara tahun

2009 – 2010 ... ... 7 Tabel 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel

Pemahaman Wajib Pajak (X1) ... 71 Tabel 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2) ... 72 Tabel 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel Sistem

Pemungutan (X3) ... 74 Tabel 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Penerimaan PPh

Orang Pribadi (Y) ... 75 Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Pemahaman

Wajib Pajak (X1) ... 76 Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2) ... 77 Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Sistem Pemungutan

(X3) ... 77 Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Instrumen kuesioner Variabel Sistem Pemungutan

(X3) ... 78 Tabel 4.9. Hasil Uji Reliabilitas Masing-masing Variabel ... 79


(13)

Tabel 4.11. Hasil Multikoliniearitas ... 82

Tabel 4.12. Hasil Heteroskedastisitas ... 83

Tabel 4.13. Statistik Deskriptif ... 84

Tabel 4.14.Persamaan Regresi ... 85

Tabel 4.15. Uji Kesesuaian Model ... 87

Tabel 4.16. Hasil Analisis Simultan ... 88


(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir... 43 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik

utara ... 67


(15)

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Data Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3.1 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Lampiran 3.2 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)

Lampiran 3.3 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sistem Pemungutan (X3)

Lampiran 4.1 Data Uji Normalitas

Lampiran 4.2 Data Uji Multikolonieritas dan Data Uji Heteroskedastisitas Lampiran 4.3 Persamaan Regresi


(16)

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG MELEKAT PADA

WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI (Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

Oleh :

DWI JANITA RILDASARI ABSTRAKSI

Selama ini berlaku anggapan bahwa keberadaan sesuatu Negara ditopang oleh tiga pilar utama, yakni adanya penduduk, wilayah teritorial yang jelas dan adanya pemerintahan yang mendapat pengakuan internasional, namun masih ada pilar yang keempat yang tak kalah penting, yakni topangan sistem perpajakan yang berjalan dengan baik, adil dan bersih. Usaha pemerintah dalam pengoptimalan penerimaan Negara dari sektor pajak ini harus dimulai dengan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat untuk mewujudkannya, dimana Wajib Pajak berkewajiban menghitung besarnya pajak yang terutang dengan benar dan dapat mengisi serta menyampaikan Surat Pemberitahuan secara benar dan tepat waktu guna meningkatkan pemasukan pajak kas Negara dan menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk membuktikan dan menguji secara empiris pengaruh pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi.

Populasi dalam penelitian ini adalah 50 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah (WP Orang Pribadi) di Kecamatan Gresik. Teknik penentuan ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling ditemukan sampel berjumlah 32 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah (WP Orang Pribadi). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan uji hipotesis uji kesesuaian model dan uji t.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini Pemahaman Wajib Pajak dan Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti kebenarannya. Sementara untuk Sistem Pemungutan Yang Melekat Pada Wajib Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis penelitian ini tidak terbukti kebenarannya.

Keyword : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan, Penerimaan PPh Orang Pribadi.


(17)

1.1. Latar Belakang Masalah

Selama ini berlaku anggapan bahwa keberadaan sesuatu Negara ditopang oleh tiga pilar utama, yakni adanya penduduk, wilayah teritorial yang jelas dan adanya pemerintahan yang mendapat pengakuan internasional, namun masih ada pilar yang keempat yang tak kalah penting, yakni topangan sistem perpajakan yang berjalan dengan baik, adil dan bersih.

Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan Negara, saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang paling asing bagi masyarakat Indonesia, sebagian kalangan telah menempatkan pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang ditangani oleh pemerintah. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak, demikian juga keikutsertaan masyarakat dari berbagai kalangan apabila ada penyelenggaraan kegiatan mengenai perpajakan.

Sejarah pemungutan pajak telah ada sejak jaman nenek moyang yang dikenal dengan upeti, yaitu pemberian hasil bumi kepada raja sebagai tanda bakti rakyat kepada raja, hal inilah yang kemudian melatarbelakangi adanya pemungutan pajak. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada


(18)

2

raja dalam memelihara kepentingan Negara, seperti menjaga keamanan Negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai, dan lain sebagainya (Gardina dan Haryanto, 2006: 10).

Usaha pemerintah dalam pengoptimalan penerimaan Negara dari sektor pajak ini harus dimulai dengan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat untuk mewujudkannya, dimana Wajib Pajak berkewajiban menghitung besarnya pajak yang terutang dengan benar dan dapat mengisi serta menyampaikan Surat Pemberitahuan secara benar dan tepat waktu yang tercemin pada pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Perpajakan No. 9 tahun 1994 tentang ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan, yang berbunyi sebagai berikut : ‘Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan”, tetapi mengapa para wajib pajak pada dasarnya tidak mempunyai kerelaan untuk membayar pajak apalagi setelah diketahui uang hasil pajak tidak bisa dirasakan secara langsung manfaatnya (Munari, 2005: 120).

Beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong Wajib Pajak untuk membayar pajak, terdapat tiga bentuk kesadaran utama terkait pembayaran pajak yaitu Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembagunan Negara, dengan menyadari hal ini Wajib Pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan Negara guna meningkatkan kesejahteraan warga


(19)

negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan Negara. Wajib Pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan Negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib Pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga negara (Tatiana dan Priyo, 2009: 8-9).

Pada masa sebelum Peraturan Perpajakan tahun 1983 diberlakukan, diterapkan Official Assessment System dimana dalam sistem pemungutan pajak ini memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang, dengan sistem ini wajib pajak bersifat pasif dan menunggu dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. Besarnya utang pajak seseorang baru diketahui setelah adanya surat ketetapan pajak, tetapi setelah tahun 1983 berdasarkan Undang-undang Perpajakan Tahun 1983 dan berlalu di Indonesia sejak tahun 1984 sampai sekarang diterapkan Self Assessment System, dimana wajib pajak diberi wewenang penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak. Dalam sistem ini wajib pajak aktif, sedangkan fiskus tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang


(20)

4

seseorang, kecuali wajib pajak melanggar ketentuan yang berlaku (Google, www.skripsi.blog.dada.net).

Namun dalam pelaksanaannya, sistem pemungutan pajak berdasarkan sistem Self Assessment ini mengandung banyak kelemahan. Sedangkan hal yang terpenting yang mempengaruhi keberhasilan sistem ini adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pelaksanaan sistem Self Assessment tersebut, dalam sistem ini Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan fungsinya sebagai fasilitator berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Jeanny Irenne, 2006).

Tujuan Pemerintah dalam melakukan perubahan kebijakan di bidang perpajakan tentunya guna meningkatkan pemasukan pajak kas Negara dan menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian. Kebijakan tersebut (peraturan perundang-undangan perpajakan) seharusnya mengatur sistem perpajakan secara menyeluruh yang sejalan dengan perkembangan perekonomian saat ini dan di masa yang akan datang. Pemerintah dalam menjalankan fungsi pajak (budgetair dan regulerend) salah satunya tentu saja membutuhkan sistem penetapan pajak yang efisien, fleksibel, dan terintegrasi dengan sistem subsistem secara internal dan sistem yang lain secara eksternal (dengan peradilan pajak) dalam menunjang kebijakan pendapatan Negara (fiscal policy) (Sofyan, 2003: 29).

Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi regulerend


(21)

(mengatur). Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, sedangkan fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, dari kedua fungsi ini, pada dasarnya pemerintah ingin kembali menegaskan peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan Negara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk melaksanakan berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Siti Resmi, 2009: 3).

Pajak penghasilan sebagai suatu pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Salah satu subyek pajak adalah badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun dan bentuk badan usaha lainnya. Dengan demikian, pajak penghasilan badan yang dikenalkan terhadap salah satu bentuk usaha tersebut, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak (Laode Syamri, 2010).

Fenomena yang terjadi sekarang yaitu perkembangan jumlah Wajib Pajak semakin meningkat. Padahal jika dilihat dari realita yang ada, kebanyakan dari masyarakat enggan untuk memenuhi kewajiban kenegaraannya yaitu kewajiban sebagai Wajib Pajak. Bahkan yang terjadi,


(22)

6

sebagian dari mereka berusaha untuk menghindar dari pajak, baik itu perlakuan yang pasif sampai dengan perlakuan yang aktif. Dari realita tersebut nampak berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Gresik dimana penulis menggunakan lokasi tersebut sebagai obyek penelitian. Di Kabupaten Gresik, jumlah WP yang terdaftar dan memenuhi kewajiban perpajakannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Terbukti sampai dengan tahun 2009 hingga sampai dengan tahun 2010, jumlah WP yang memenuhi kewajiban perpajakannya terus meningkat, tampak dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1. : Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Gresik Utara tahun 2009 – 2010

Periode Jumlah Wajib Pajak Kabupaten Gresik s/d tahun 2009 35.692 WP s/d tahun 2010 44.821 WP Sumber : KPP Pratama Gresik Utara


(23)

Tabel 1.2. : Data Jumlah Penerimaan PPh di KPP Pratama Gresik Utara tahun 2009 – 2010

Tahun Target Penerimaan Realisasi Penerimaan s/d tahun 2009 311.042.162.064 297.265.357.632 s/d tahun 2010 318.614.602.393 302.837.797.961 Sumber : KPP Pratama Gresik Utara

Dari tabel di atas terlihat bahwa perkembangan jumlah WP semakin meningkat setiap tahunnya. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa seberat apapun atau seterpaksa apapun pemenuhannya, masyarakat tetap berusaha memenuhi kewajiban perpajakannya, baik dengan cara yang melanggar hukum ataupun yang menaati hukum dan peraturan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Tetapi dalam pelunasan pajak terhutangnya, Wajib Pajak belum sepenuhnya sadar betul akan sanksi yang ditimbulkan atas keterlambatan pembayaran hutang pajaknya. Sehingga target yang dianggarkan oleh Kantor Pajak Gresik belum tercapai pada tahun 2009 - 2010.

Pemahaman Wajib Pajak atas ketentuan maupun peraturan perpajakan yang berlaku harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga Wajib Pajak akan lebih sadar dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak yaitu PPh Orang Pribadi, selain pemahaman dan kesadaran yang dimiliki wajib pajak mengenai perpajakan, sistem pemungutan juga harus


(24)

8

diperhatikan oleh segenap pihak instansi yaitu Kantor Pelayanan Pajak dalam proses pembayaran atau pelunasan pajak.

Sistem pemungutan dalam hal ini birokrasi pembayaran PPh Orang Pribadi yang telah diterapkan ternyata rumit bagi wajib pajak, maka wajib pajak lebih cenderung enggan dalam pembayaran pajak tersebut, dengan adanya kecenderungan ini, maka keberhasilan penerimaan PPh Orang Pribadi menjadi tidak maksimal dan rencana penerimaan pajak yang telah ditargetkan akan menjadi jauh dalam pencapaian (jauh tercapai) atau menurun dari harapan pemerintah.

Menurut Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005) dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa faktor yang melekat pada wajib pajak yang berupa kesadaran, pemahaman dan kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, selain itu tidak terlepas dari perilaku wajib pajak itu sendiri yang terbentuk oleh beberapa faktor seperti sikap (attitudes), motivasi (motivation), persepsi (perception), pembelajaran (learning), kepribadian (personality), yang juga dipengaruhi oleh lingkungan dan dasar biologis dari wajib pajak.

Menurut Suryadi (2006) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak yang diukur dengan persepsi Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak, penyuluhan perpajakan dan pelayanan perpajakan yang diukur dengan kualitas SDM, ketentuan perpajakan, sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak, hal ini merupakan cermin dari sikap


(25)

pajak bahwa kesadaran Wajib Pajak dan pelayanan perpajakan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak, sedangkan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak, hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan pajak.

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian terdahulu oleh Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005) jumlah responden 280 orang di 6 kecamatan yang terbagi dalam 56 kelurahan di Gresik, tentang perilaku wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan penerimaan PBB menyatakan bahwa dari hasil jawaban responden diketahui rata-rata dari variabel kesadaran perpajakan sebesar 3,57%, variabel pemahaman wajib pajak sebesar 3,42%, variabel kemampuan wajib pajak sebesar 3,22%, dan realisasi pembayaran PBB sebesar 39,62%.

Penelitian ini dilakukan kembali (replikasi) karena permasalahan yang akan diteliti belum terjawab/belum terpecahkan oleh peneliti-peneliti terdahulu (masih terjadi konflik), maka peneliti akan menguji kembali apakah terdapat pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak dan sistem pemungutan yang melekat pada wajib pajak terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak dan sistem pemungutan yang melekat pada wajib pajak terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi.


(26)

10

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan Yang Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama Gresik Utara)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan dan menguji secara empiris pengaruh pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian antara lain dapat memberikan masukan bagi beberapa pihak antara lain adalah sebagai berikut:


(27)

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan teori – teori perpajakan yang diperoleh selama kuliah, sehingga dapat diterapkan dalam praktek kehidupan di masyarakat.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan tentang indikator–indikator yang mempengaruhi penerimaan PPh Orang Pribadi. Khususnya adalah bagaimana pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan. 3. Bagi Pihak – pihak lain

Sebagai bahan pertimbangan atau wawasan terutama di bidang perpajakan untuk yang berminat pada pembahasan penelitian ini.

4. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak Universitas dan juga sebagai bahan referensi bagi penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.


(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian sekarang adalah sebagai berikut:

1. Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005) a. Judul

Perilaku Wajib Pajak terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik. b. Perumusan Masalah

Apakah tingkat kesadaran Wajib Pajak, tingkat pemahaman Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik ?

c. Kesimpulan

Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat kesadaran Wajib Pajak, tingkat pemahaman Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dapat terbukti kebenarannya.


(29)

2. Suryadi (2006) a. Judul

Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur.

b. Perumusan Masalah

Apakah Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur ?

c. Kesimpulan

1) Diduga bahwa kesadaran Wajib Pajak dan pelayanan Wajib Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.

2) Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan pajak.

3. Vitriana Budi Kurniawati (2006) a. Judul

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo)


(30)

14

b. Perumusan Masalah

1) Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan sistem pemungutan secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo ?

2) Apakah diantara pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan sistem pemungutan tersebut salah satu berpengaruh dominan terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan ?

c. Kesimpulan

Pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan sistem pemungutan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel sistem pemungutan (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap

keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan variabel pemahaman Wajib Pajak (X1) dan kesadaran

perpajakan (X2).

4. Retti Nor Alfi Syahra (2008) a. Judul

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan


(31)

Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Kabupaten Sumenep)

b. Perumusan Masalah

1) Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Sumenep ?

2) Apakah diantara pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak tersebut salah satu berpengaruh dominan terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan ?

c. Kesimpulan

1) Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran perpajakan Wajib Pajak, serta tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan dapat terbukti kebenarannya.

2) Variabel tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran perpajakan Wajib Pajak yang dapat terbukti berpengaruhnya secara nyata, sedangkan untuk kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan.


(32)

16

5. Imania Hestri Medhani (2009) a. Judul

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya)

b. Perumusan Masalah

Apakah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya ?

c. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil kesimpulan dari penelitian bahwa tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran perpajakan Wajib Pajak serta tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya.


(33)

Disini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai pendamping baik landasan teori maupun uji hipotesisnya. Penelitian terdahulu digunakan sebagai argumentasi yang kuat dan logis bahwa penelitian dengan permasalahan yang dimaksudkan dipandang perlu untuk dilaksanakan.

Penelitian yang dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Adapun perbedaannya antara lain : Objek, tempat dan lokasi penelitian serta waktu penelitian.


(34)

18

2.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

No.

NAMA PENELITI

JUDUL VARIABEL HASIL ANALISIS

1. Mu’minatus

Sholichah dan Istiqomah (2005)

Perilaku Wajib Pajak terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Greik

Kesadaran Perpajakan, Pemahaman Wajib Pajak, Kemampuan Wajib Pajak dan Keberhasilan

Penerimaan PBB

Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat kesadaran Wajib Pajak, tingkat pemahaman Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dapat terbukti kebenarannya.

2. Suryadi (2006) Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan perpajakan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Kinerja Penerimaan Pajak

Diduga bahwa kesadaran Wajib Pajak dan pelayanan Wajib Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.

3. Vitriana Budi Kurniawati (2006)

Pengaruh Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat Pada WP Terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel

Rejo Kecamatan Wonokromo) Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP, Sistem Pemungutan dan Keberhasilan Penerimaan PBB

Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan mempunyai pengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB, namun variabel sistem pemungutan (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan penerimaan PBB dibandingkan variabel pemahaman WP (X1) dan kesadaran perpajakan (X2)

4. Dian Pranesti (2010)

Pengaruh Pemahaman WP tentang PPh, Kepatuhan WP, Sistem Pemungutan terhadap Penerimaan PPh

Pemahaman WP tentang PPh, Kepatuhan WP, Sistem

Pemungutan dan Penerimaan PPh

Pemahaman WP tentang PPh, Kepatuhan WP, dan Sistem pemungutan PPh tidak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan baik secara simultan maupun parsial

5. Dwi Janita Rildasari (2011)

Pengaruh Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan WP dan Sistem Pemugutan yang melekat pada WP Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi

Pemahaman WP, Kesadaran Perpajakan

WP, Sistem Pemungutan dan Penerimaan PPh Orang Pribadi

Masih dilakukan penelitian


(35)

2.3. Landasan Teori 2.3.1. Pajak

2.3.1.1. Definisi Pajak

Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets (Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, 2002: 5), Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani (R. Santoso Brotodiharjo, 1981: 2), Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2009: 1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah iuran wajib yang harus dibayarkan kepada pemerintah (dapat dipaksakan) guna membiayai pembangunan demi kepentingan dan


(36)

20

kesejahteraan umum sesuai dengan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan pemerintah.

2.3.1.2. Fungsi Pajak

Pada dasarnya fungsi pajak antara lain (Tony Marsyahrul, 2005: 2):

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Fungsi ini sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas Negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. b. Fungsi Mengatur ( Regulerend)

Fungsi Regulerend disebut juga sebagai fungsi mengatur, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, misalnya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan, seperti :

1. Mengadakan perubahan-perubahan tarif.

2. Memberikan pengecualian-pengecualian, keringanan-keringanan, atau sebaliknya yang ditujukan kepada masalah tertentu.

2.3.1.3. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak ini muncul untuk mencari dasar konseptual pemungutan pajak bagi negara, sehingga secara teoritis


(37)

pemungutan pajak yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari segi yuridis maupun sisi ilmiah. Beberapa teori tersebut menurut Waluyo dan Ilyas (2002: 14), yaitu:

1. Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun kenyataannya hal tersebut dengan premi tidaklah tepat.

2. Teori Kepentingan

Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk melindunginya dibebankan kepada masyarakat. 3. Teori Gaya Pikul

Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka masyarakat


(38)

22

akan membayar pajak menurut daya pikul seseorang yang dapat diukur berdasar besarnya penghasilan dengan memperhitungkan besarnya pengeluaran atau pembelanjaan seseorang.

4. Teori Bakti

Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara. Dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan negara.

5. Teori Asas Daya beli

Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau negara sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam buku “An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth of Nations” menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan sebagai berikut (Waluyo dan Ilyas, 2002: 12) :


(39)

1. Azas Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diterima.

2. Azas Certainly

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Azas Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn.

4. Azas Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.


(40)

24

2.3.1.4. Klasifikasi Pajak

Pajak dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu (Tony Marsyahrul, 2005: 5):

1. Menurut golongannya :

a. Pajak langsung adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dipungut secara berkala (periodik).

Contoh : PPh, PBB.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut kalau ada peristiwa, perbuatan tertentu dan pembayar pajak dapat melimpahkan beban pajaknya kepada pihak lain.

Contoh : PPN dan PPnBM, Bea Materai. 2. Menurut sifatnya :

a. Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama memperhatikan pribadi wajib pajak (subjek), kemudian menetapkan objek pajaknya. Keadaan pribadi wajib pajak (gaya pikulnya) sangat mempengaruhi besarnya jumlah pajak yang terutang.

Contoh : PPh.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama memperhatikan kepada objeknya, yaitu berupa benda, keadaan perbuatan, peristiwa yang menyebabkan utang pajak, kemudian ditetapkan tinggal di Indonesia atau tidak.


(41)

Contoh : PPN dan PPnBM, PBB. 3. Menurut pemungut dan pengelolanya :

a. Pajak Pusat atau pajak negara adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pajak) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan pembangunan (APBN).

Contoh : PPh, PPN, PPnBM, PBB, Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah Tk.I, maupun pemerintah daerah Tk.II) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD).

Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, dll.

2.3.1.5. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak adalah sebagai berikut (Mardismo, 2009: 7):

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(42)

26

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.


(43)

2.3.2. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) 2.3.2.1. Definisi Pajak Penghasilan Badan

Menurut Mardiasmo (2009: 21) Pajak Penghasilan Badan adalah Pajak yang dikenakan pada sekumpulan orang/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha atau tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi masa, Organisasi sosial politik, atau Organisasi lainnya, Lembaga dan Bentuk Badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

2.3.2.2. Subjek Pajak

Yang menjadi Subjek Pajak menurut Undang-undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2009: 81):

a. Orang Pribadi. b. Badan.

c. Bentuk Usaha Tetap.

Sedangkan yang dikecualikan sebagai Subjek Pajak sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (2) adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2009: 85):


(44)

28

a. Badan perwakilan negara asing.

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat: 1)Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

2)Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.


(45)

2.3.2.3. Objek Pajak

Objek Pajak adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Berdasar Pasal 4 UU Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yng termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2009: 87): a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan


(46)

30

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan jasa atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan kepada Peraturan Pemerintah. l. Keutungan karena selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.


(47)

2.3.2.4. Penghasilan Bukan Objek Pajak

Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3) adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2009: 92):

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak. b. Warisan.

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh Subjek Pajak badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dan penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :


(48)

32

2)Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dan penyertaan modal pada badan usaha yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g. dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan. i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dan badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

1)Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2)Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.


(49)

k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya.

m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2.3.2.5. Tarif Pajak

Sesuai dengan pasal 17 UU PPh, besarnya tarif pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15% Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%

Di atas Rp 500.000.000,00 35%


(50)

34

2. Wajib Pajak Badan

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%. Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, diturunkan menjadi 25%.

2.3.3. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan (X1) terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak terhadap kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan (Tubagus Chairul Zandjani, 1992 dalam Bambang Suhardito hal : 5).

Pajak didasarkan pada Undang-Undang yang berarti bahwa pemungutan pajak tersebut sudah disepakati atau disetujui bersama antara pemerintah dengan rakyat, maka sudah sewajarnya kalau masyarakat sadar akan kewajibannya di bidang perpajakan.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya menangung pembiayaan negara, dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraannya. Terlepas dari kesadaran sebagai warga negara sebagian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak.


(51)

Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak mengakibatkan sikap masyarakat cenderung apatis terhadap pajak yang akhirnya berpengaruh terhadap perilaku atau praktek masyarakat dalam hal kedisplinan membayar pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak bisa diperoleh melalui pendidikan formal maupun penyuluhan dari aparat perpajakan yang terkait. Pendidikan formal dalam jangka panjang sangat diperlukan, karena beberapa jenis pajak memerlukan pemahaman tertentu agar formulir dapat diisi dengan baik. Paragdima pendidikan pajak yang baru dikenal dengan pendidikan pajak dua arah, dimana pendidikan pajak harus diberikan kepada wajib pajak (eksternal) dan petugas pajak (internal) secara bersama-sama.

Pemerintah telah melakukan sosialisasi perpajakan baik melalui spanduk-spanduk, seminar, penyuluhan, media massa dan elektronik. Tujuannya adalah agar Wajib Pajak lebih mudah mengerti mengenai perpajakan, lebih cepat mendapat informasi perpajakan (Gardina dan Haryanto, 2006: 19).

Pelaksanaan sosialisasi perpajakan juga dimaksudkan untuk lebih memberdayakan Wajib Pajak supaya lebih memahami Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan yang berlaku dan mudah dimengerti oleh Wajib Pajak akan mempengaruhi Penerimaan Pajak (PPh Orang Pribadi).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005) menunjukkan bahwa pemahaman Wajib Pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap keberhasilan penerimaan PBB,


(52)

36

sedangkan dari hasil penelitian Tatiana Vanessa R dan Priyo Hari A (2009) menunjukkan bahwa Sunset Policy berpengaruh positif terhadap pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan Wajib Pajak.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerimaan PBB dan Sunset Policy.

2.3.4. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai negara dan sikap sadar tehadap fungsi negara. Sikap yang demikian merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi negara atau siapapun yang merasa menjadi warga negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 2003: 218).

Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak agar mereka rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan dengan cara membayar kewajiban pajak secara tepat waktu dan tepat jumlah.


(53)

Menurut Azwar (2007: 24-27), komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen afektif menyangkut emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap, sedangkan komponen konatif menunjukkan perilaku, kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, terutama tergantung pada tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat, akan semakin mudah bagi pemerintah untuk menyadarkan mereka bahwa didunia ini tidak ada satupun yang dapat diperoleh tanpa membayar atau tanpa mengorbankan sesuatu. Oleh karena itu, pemerintah harus menyadarkan masyarakat mengenai hubungan antara manfaat dan biaya dari setiap aktivitas.

Guna menumbuhkan toleransi masyarakat dalam menggugah kesadaran tentang arti penting pajak bagi pemerintah untuk pembiayaan pembangunan, perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan pada masyarakat. Upaya ini dapat ditempuh antara lain dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan secara intensif sehingga dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Kesadaran untuk membayar pajak baru akan timbul apabila masyarakat dapat merasakan hubungan langsung antara pembayaran pajak dengan manfaat yang diterima, sehingga merekapun akan terdorong untuk patuh membayar pajak.


(54)

38

Menurut Suryadi (2006) dari hasil penelitiannya menunujukkan bahwa kesadaran Wajib Pajak yang diukur dengan: persepsi Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak dan penyuluhan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005) menunjukkan bahwa kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran Wajib Pajak adalah rasa yang timbul dari diri Wajib Pajak atas kewajibannya untuk membayar pajak.

2.3.5. Pengaruh Sistem Pemungutan (X3) Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Dalam abad 18 “Adam Smith” dalam bukunya “An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nation” terkenal dengan nama

“Wealth of Nation” melancarkan ajarannya sebagai azas pemungutan pajak yaitu azas Certainty, azas ini ditekankan pentingnya kepastian tentang pemungutan pajak, yaitu kepastian mengenai hukum yang mengaturnya, subyek pajak, objek pajak, dan tata cara pemungutannya. Kepastian ini menjamin setiap wajib pajak untuk tidak ragu-ragu membayar pajak karena segala sesuatunya sudah jelas (Brotodiharjo, 1981: 24).


(55)

Sejak disadari, bahwa tata cara pemungutan pajak yang lama itu dinilai sangat seret, timbullah gagasan untuk merubah cara pemungutan lama itu dengan cara “Self Assesment”, dalam tata cara Self Assesment kegiatan pemungutan pajak diletakkan pada aktivitas masyarakat sendiri, dimana wajib pajak diberi kesempatan untuk menghitung sendiri pendapatan dan menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar lalu menyetorkan sendiri ke Kantor Kas Negara. Tata cara ini hanya dapat berhasil dengan baik, bilamana masyarakat membayar pajak sendiri mengetahui pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi (tax consiciounsness).

Cara pemungutan pajak menurut Prof. Andriani (Brotodiharjo, 1981: 58), dapat dibagi menjadi 3 golongan:

1. Wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Cara pembayaran dapat dilakukan dengan materai dan pembayaran ke kantor kas negara. Fiskus membatasi diri pada pengawasan, kadang-kadang insidetil atau secara teratur.

2. Ada kerjasama antara wajib pajak dan fiskus (tetapi kata terakhir teletak pada fiskus) dalam bentuk pemberitahuan sederhana dari wajib pajak dan pemberitahuan yang lengkap dari wajib pajak.

3. Fiskus menentukan sendiri (diluar wajib pajak) jumlah pajak yang terutang.


(56)

40

Sistem pemungutan pajak suatu Negara yang baik adalah yang berdasarkan pada prinsip-prinsip adil, kepastian hukum, ekonomis, dan convenience (Luluk Uswatun Khasanah, 2008).

Keadilan ditujukan bagi Wajib Pajak, disertai dengan kepastian hukum yang menjadi dasar pelaksanaan pemungutan pajak baik bagi Wajib Pajak maupun bagi fiskus dengan tidak mengenyampingkan masalah biaya yang dikeluarkan oleh fiskus dalam rangka pengumpulan pajak. Convenience ditujukan untuk pembebanan pajak pada saat yang tepat kepada Wajib Pajak (Devano dan Rahayu, 2006: 116).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tatiana Vanessa R dan Priyo Hari A (2009) menunjukkan bahwa Sunset Policy berpengaruh positif terhadap persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan Wajib Pajak, sedangkan menurut Suryadi (2006) menunjukkan bahwa pelayanan perpajakan yang diukur dengan: kualitas SDM, ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pemungutan pajak apabila ketentuan perpajakannya dibuat secara sederhana dan mudah dipahami oleh Wajib Pajak, maka pelayanan perpajakan atas hak dan kewajiban Wajib Pajak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.


(57)

2.3.6. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2), dan Sistem pemungutan (X3) Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Penerimaan PPh Orang Pribadi adalah peningkatan sikap proaktif Wajib Pajak terhadap pajak (PPh Orang Pribadi). Sikap proaktif wajib pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap Wajib Pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. Komponen konatif (tindakan) dari sikap (Azwar, 2000: 24), merupakan aspek kecenderungan bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, penerimaan dalam hal ini diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh Wajib Pajak atau reaksi positif Wajib Pajak terhadap pajak (PPh Orang Pribadi) dengan cara-cara tertentu yang dimiliki Wajib Pajak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya menunjukkan secara empiris terbukti bahwa faktor yang melekat pada wajib pajak yang berupa kesadaran, pemahaman dan kemampuan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah, 2005), sedangkan menurut Suryadi (2006) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak yang diukur dengan persepsi Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak, penyuluhan perpajakan dan pelayanan perpajakan yang diukur dengan kualitas SDM,


(58)

42

ketentuan perpajakan, sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.

2.3.7. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat diambil premis-premis dan akan dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis. Adapun premis-premis tersebut adalah sebagai berikut:

Premis 1 : Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak terhadap kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan (Tubagus Chairul Zandjani, 1992 dalam Bambang Suhardito hal : 5).

Premis 2 : Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 1992: 218). Premis 3 : Sistem Pemungutan adalah bagaimana langkah-langkah

pemungutan pajak berdasarkan pada prinsip-prinsip adil, kepastian hukum, ekonomis, dan convenience (Luluk Uswatun Khasanah, 2008).


(59)

Premis 4 : Pemahaman Wajib Pajak atas PPh dan Sistem Pemungutan berpengaruh dengan Penerimaan PPh (Dian Pranesti, 2010).

Premis 5 : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Vitriana Budi Kurniawati, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang saling berkaitan maka kerangka pemikiran teoritis dapat dibangun dalam gambar di bawah ini:

Uji Regresi Linier Berganda

Gambar 2.1. : Kerangka Pikir Pemahaman WP

(X1)

Kesadaran Perpajakan WP (X2)

Sistem Pemungutan (X3)

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)


(60)

44

2.3.8. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

Pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi pada KPP Pratama Gresik Utara. (Premis 1, 2, 3, 4, 5).


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Menurut Nazir (2005: 126), definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan pada BAB I dan hipotesis pada BAB II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

Definisi operasional ini, hal-hal yang perlu didefinisikan dan diamati adalah penerimaan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Gresik Utara. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah : pemahaman WP atas PPh Orang Pribadi (X1), kesadaran perpajakan WP (X2), dan

sistem pemungutan (X3), sedangkan yang menjadi variabel terikatnya (Y)

adalah penerimaan PPh Orang Pribadi.

3.1.1.1. Variabel Bebas (X)

1. Pemahaman WP atas PPh Orang Pribadi (X1)

Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak terhadap kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi


(62)

46

perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan (Tubagus Chairul Zandjani, 1992 dalam Bambang Suhardito hal : 5).

2. Kesadaran Perpajakan WP (X2)

Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 1992: 218).

3. Sistem Pemungutan (X3)

Sistem Pemungutan adalah bagaimana langkah-langkah pemungutan pajak berdasarkan pada prinsip-prinsip adil, kepastian hukum, ekonomis, dan convenience (Luluk Uswatun Khasanah, 2008).

3.1.1.2. Variabel Terikat (Y)

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Adalah peningkatan sikap proaktif WP terhadap pajak (PPh Orang Pribadi). Sikap proaktif wajib pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap WP yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. Komponen konatif (tindakan) dari sikap (Azwar, 2000: 24), merupakan aspek kecenderungan bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, keberhasilan penerimaan dalam hal ini diasumsikan sebagai kecenderungan untuk bersikap positif oleh WP atau reaksi positif WP


(63)

terhadap pajak (PPh Orang Pribadi) dengan cara-cara tertentu yang dimiliki WP.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman Wajib Pajak atas PPh Orang Pribadi (X1)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval (Sugiono, 2006: 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian yang diadaptasi oleh Vitriana Budi Kurniawati (2006). Variabel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan tingkat pengetahuan wajib pajak yang rendah mengenai pemahaman tentang UU perpajakan dan peraturan pajak yang berlaku. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti wajib pajak mempunyai pemahaman yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan tingkat pemahaman wajib pajak yang tinggi.

Indikator untuk variabel ini adalah :

a. PPh Orang Pribadi merupakan sarana atau sumber pendapatan wilayah.


(64)

48

b. PPh Orang Pribadi adalah pajak yang dikenakan atas pengahasilan, oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya.

c. Subyek PPh Orang Pribadi adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai penghasilan.

d. PPh Orang Pribadi merupakan sumber pendapatan untuk pembiayaan pembangunan negara.

2. Kesadaran Perpajakan WP (X2)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval (Sugiono, 2006: 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian yang diadaptasi oleh Vitriana Budi Kurniawati (2006). Variabel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan tingkat kerelaan wajib pajak yang rendah diindikasikan dengan keengganan wajib pajak tentang peraturan PPh Orang Pribadi. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti wajib pajak mempunyai kesadaran yang cukup. Skala 5 (lima) menunjukkan kesadaran wajib pajak yang tinggi.

Indikator untuk variabel ini adalah :

a. PPh Orang Pribadi dipergunakan sebagai sumber pendapatan negara.


(65)

b. PPh Orang Pribadi dipergunakan sebagai sumber pendapatan daerah.

c. PPh Orang Pribadi dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan.

d. PPh Orang Pribadi harus dibayar sesuai ketetapan karena kewajiban negara.

3. Sistem Pemungutan (X3)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval (Sugiono, 2006: 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian yang diadaptasi oleh Vitriana Budi Kurniawati (2006). Variabel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan. Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan tingkat kesulitan wajib pajak dalam membayar PPh Orang Pribadi. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti wajib pajak mempunyai tingkat kemudahan dan kesulitan wajib pajak dalam membayar PPh Orang Pribadi. Skala 5 (lima) menunjukkan tingkat kemudahan wajib pajak dalam membayar PPh Orang Pribadi.

Indikator untuk variabel ini adalah : a. Kemudahan prosedur pembayaran.


(66)

50

b. Jangka waktu pembayaran. c. Sanksi keterlambatan. d. Antrian pembayaran.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Gresik Utara dan yang menjadi unit samplingnya adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik.

3.2.2. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau objek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini adalah 50 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah (Wajib Pajak Orang Pribadi) di Kecamatan Gresik.

3.2.3. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karateristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,


(67)

2004: 44). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representative dari populasi (Sumarsono, 2004: 52).

Dasar pertimbangan pemilihan kriteria yang diambil adalah:

1. Pengusaha kopyah yang mempunyai npwp dan menyetorkan SPT selama periode 2008 – 2009.

2. Yang masih aktif dalam mengelola usahanya. 3. Lokasi usahanya berada di Kecamatan Gresik.

Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 32 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah, berikut nama-nama pengusahanya: 1. Saifuddin

2. M.Suband 3. Ach. Rafi’i 4. H. Fanani 5. Yusuf Ali

6. Achmad Isfa’ Ali 7. Moch. Faishol 8. M. Zainuddin 9. UD. AL-Ustad 10. UD. Diplomat 11. H. Fatchul Fatah


(68)

52

12. Syamsul Chizam 13. H. Ghufron Ridwan 14. H. Jainul

15. Awing & Son 16. Agus Salim 17. Islachiyah 18. UD. Syafa’at 19. UD. Perdana 20. H. Moch. Yahya 21. UD. Muamallah 22. M. Ainun Hurry 23. H. Wahyudi

24. Moch. Habiburrahman 25. UD. Alif

26. UD. Hikmah 27. UD. Nusantara 28. Pendik Sutrisno 29. UD. Amanah 30. Achmad Sidiq 31. H. Ahmad Maksum 32. Hasan Bashri


(69)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik (Sekaran, 2006: 77). Data primer dalam penelitian ini adalah bersumber dari tanggapan responden atas daftar pertanyaan yang tertera dalam angket (kuesioner).

2. Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Data sekunder umumnya berupa catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs web, internet dan lain sebagainya (Sekaran, 2006: 77). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari KPP Pratama Gresik Utara periode 2009 - 2010.

3.3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005: 127).


(70)

54

1. Kuesioner

Menurut Ridwan (2004: 99), Kuesioner adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.

2. Wawancara

Menurut Ridwan (2004: 102), Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

3. Observasi

Menurut Ridwan (2004: 104), Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

4. Dokumentasi

Menurut Ridwan (2004: 105), Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari KPP Pratama Gresik Utara periode 2009 - 2010.

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid tidaknya


(71)

alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Dasar pengambilan keputusan yaitu apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut valid (Sumarsono, 2004: 31).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau kontruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006: 45).

Ukuran untuk menentukan reliabilitas adalah (Ghozali, 2006: 46): 1. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,6 maka pertanyaan reliabel

2. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka pertanyaan tidak reliabel.

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 40):


(72)

56

a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.5. Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan yang BLUE maka harus dipenuhi di antara tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, yaitu:

1. Tidak boleh ada Autokorelasi 2. Tidak boleh ada Multikolinieritas 3. Tidak boleh ada Heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.


(73)

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (Gujarati, 1995: 201). Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva Durbin dan Watson :

Ada Daerah Daerah Ada

auotkore- keragu- keragu- autokore-

lasi raguan raguan lasi

positif negatif

Tidak ada Autokorelasi d

0 dL du 2 4-du 4-dL 4

Sumber: Gujarati, 1995: 201

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data times series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional) (Gujarati, 1995: 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Penelitian ini data yang digunakan bukan data times series tetapi data cross sectional


(1)

95

4.10. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti sudah dilakukan secara optimal, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :

1. Sampel yang diambil cukup kecil yaitu 32 responden, sehingga tidak dapat mengukur penerimaan pajak penghasilan secara lebih tepat, serta lingkup penelitian hanya di satu area usaha, hal ini relatif kecil dibandingkan populasi yang ada, sehingga akan mempengaruhi tingkat generalisasi hasil penelitian.

2. Berbagai kendala yang dihadapi pada saat penelitian, seperti ketika pengisian kuesioner oleh para responden, adanya pertanyaan yang tidak dimengerti dan tidak jelas bagi para responden sehingga peneliti perlu menerangkan kembali kepada responden untuk memperoleh jawaban yang tepat.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian bahwa Pemahaman Wajib Pajak dan Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti kebenarannya. Sementara untuk Sistem Pemungutan Yang Melekat Pada Wajib Pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis penelitian ini tidak terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Dari pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, yang telah dilakukan pada bab terdahulu serta kesimpulan penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat menerapkan teori yang telah didapatkan selama di perguruan tinggi dan menambah wawasan serta pengetahuan, sehingga dapat membuat peneliti semakin memahami dan mengerti akan perpajakan.


(3)

97

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Diharapkan para aparatur pajak baik pimpinan juga anggota-anggota yang lain dapat mengerti tentang pemikiran masyarakat sebagai wajib pajak yang dimana para aparatur pajak ini dapat memperbaiki sistem perpajakan mulai dari penjelasan akan pajak itu sendiri kepada para wajib pajak dan bagaimana cara menghitung dan membayarkan pajak hingga menggunakan pajak itu sebagaimana mestinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankankan bagi peneliti selanjutnya agar mengembangkan hasil penelitian yang sekarang dengan menambah atau mengganti variabel-variabel yang ada agar pengertian dan pemahaman tentang pajak ini semakin jelas serta penambahan jumlah sampel pengamatan atau banyaknya objek yang diamati.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Azwar, Saifuddin, 2000, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya, Edisi ke Dua, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Brotodihardjo, Santoso, 1981, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Penerbit PT. Eresco, Jakarta.

Casavera, 2009, Undang-undang No.36 Tahun 2008 Tentang PPh : Perubahan dan Peraturan Terkini, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Devano, Sony, dan Rahayu, Siti Kurnia, 2006, Perpajakan : Konsep, Teori dan Isu, Penerbit Kencana, Surabaya.

Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Cetakan Ke Enam, Terjemahan Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Marsyahrul, Tony, 2005, Pengantar Perpajakan, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Nazir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Cetakan Ke Enam, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Resmi, Siti, 2009, Perpajakan : Teori dan Kasus, Edisi Ke Lima, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Riduwan, 2004, Metode dan Tenik Menyusun Tesis, Edisi Kedua, Penerbit Alfabeta, Bandung.


(5)

Schiffman and Kanuk, 1994, Consumer Behavior, Fifth Edition, Prentice-Hall Internasional, New York.

Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, dan Muttaqin, Zainal, 2001, Pajak Bumi dan Bangunan, Edisi Revisi, Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung. Suharyadi dan Purwanto, 2004, Statistika untuk Ekonomi & Keuangan

Modern, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Edisi Keempatbelas, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Interprestasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi.

Suparmoko, M, 1992, Keuangan Negara Dalam teori dan Praktek, Edisi Ke Empat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

___________ , 2003, Keuangan Negara Dalam teori dan Praktek, Edisi Ke Lima, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Syamri, Laode, 2010, Pengertian Pajak Penghasilan, From http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2060463-pengertian-pajak-penghasilan/, 8 Oktober 2010.

Umar, Husein, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan, Ghalia, Jakarta.

Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas, 2002, Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Zandjani, Tubagus Chairul Amachi, 1992, Perpajakan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Tama, Jakarta.

Jurnal :

Gardina, Trisia dan Haryanto, Dedi, 2006, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak”, Modus, Volume 18 (1), hal 10-28.

Munari, 2005, “Pengaruh Faktor Tax payer terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Penghasilan”, Jurnal Eksekutif, Volume 2, Nomor 2, Agustus.


(6)

Sholichah, Mu’minatus dan Istiqomah, 2005, “Perilaku Wajib Pajak Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik”, Jurnal Logos, Volume 3, No.1, Juli.

Suryadi, 2006, “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur”, Jurnal Keuangan Publik, Volume 4, No.1, hal 105-121, April.

Syofyan, Syofrin, 2003, “Sistem Penetapan Pajak (Dalam Kerangka Mencari Sistem yang Kondusif)”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 3, Nomor 4, hal 28-34, November.

Vanessa Rantung, Tatiana dan Hari Adi, Priyo, 2009, “Dampak Program Sunset Policy terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak”, Simposium Nasional Perpajakan II, Desember.

Skripsi :

Budi Kurniawati, Vitriana, 2006, Pengaruh Pemahaman WP, kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat Pada WP terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Irenne, Jeanny, 2006, Persepsi Wajib Pajak Badan terhadap Pemeriksaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak X, Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Pranesti, Dian, 2010, Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada

KPP Pratama Pare), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN

“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Uswatun Hasanah, Luluk, 2008, Pengaruh Pemahaman WP, kesadaran Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat Pada WP terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus di Desa Klenang Kidul Kecamatan

Banyuanyar), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran”


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas pelayanan Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Orang pribadi Di KPP Pratama Soreang)

4 31 49

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Bandung Karees)

6 52 48

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cibeunying

4 45 141

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Soreang)

0 14 36

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada WPOP Pribadi di KPP Pratama Surakar

0 2 18

Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Di KPP Pratama Cianjur).

0 11 26

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus KPP Pratama di Cirebon).

6 18 19

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN, DAN SISTEM PEMUNGUTAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPH ORANG PRIBADI (Studi Pada KPP PRATAMA SURABAYA GUBENG).

1 2 89

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI (Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

0 0 27

PENGARUH PENGETAHUAN TAX AMNESTY, KESADARAN WAJIB PAJAK, DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama Surabaya Genteng)

0 0 18