Definisi pernikahan Dewasa Awal

memelihara komitmen dan keputusan seksual bersama. Keterampilan tersebut sangat berpengaruh bagi dewasa awal dalam membuat keputusan untuk menikah dan untuk memiliki anak atau tidak. Selain itu, keterbukaan diri atau self-disclosure dan berbagi mengenai hal-hal personal yang merupakan tanda keintiman Santrock, 2011. Papalia, Old dan Feldman 2014 hubungan intim pada masa dewasa awal adalah persahab atan dan cinta. Menurut Erikson dalam Mar’at, 2007, keintiman mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Hubungan seksusal dan keintiman pada dewasa awal diperoleh melalui hubungan pernikahan. Brehm dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012 menyatakan bahwa pernikahan merupakan ekspresi puncak hubungan intim dan janji untuk hidup selamanya. Pernikahan dapat memberikan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi, pemuasan seksual dan kesempatan pertumbuhan emosional serta sebagai sumber identitas dan harga diri Gardiner, Kosmitzky dan Myers dalam Papalia, 2009. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tugas utama pada dewasa awal adalah menjalin hubungan intim dengan lawan jenis. Hubungan intim tersebut dapat dibangun melalui ikatan pernikahan. D. Pernikahan

1. Definisi pernikahan

Undang-undang No. 1 tahun 1974, pasal 1 menyebutkan perkawinan atau pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai pasangan suami istri untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Dalam suatu perkawinan, masing- masing pasangan akan memperoleh dukungan emosional, rasa nyaman, pemenuhan kebutuhan seksual serta memiliki teman untuk bertukar pikiran Ginanjar, 2009. Selain itu, pernikahan dapat memberikan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi, pemuasan seksual dan kesempatan pertumbuhan emosional serta sebagai sumber identitas dan harga diri Gardiner, Kosmitzky dan Myers dalam Papalia, 2009. Pernikahan merupakan suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang keduanya bertanggung jawab atas hubungan tersebut Kertamuda, 2009. Menurut Duvall Miller dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012 menyatakan bahwa pernikahan merupakan hubungan pria dan wanita yang secara sosial diakui dan ditunjukkan untuk melegalkan hubungan seksual, membesarkan anak dan membangun pembagian peran antar suami istri. Pernikahan adalah komitmen yang serius antar pasangan dan adanya pesta pernikahan menandakan bahwa pasangan tersebut sudah diakui secara sosial Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012. Brehm dalam Wisnuwardhani dan Mashoedi, 2012 menyatakan bahwa pernikahan merupakan ekspresi puncak hubungan intim dan janji untuk hidup selamanya. Pernikahan merupakan salah satu hubungan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Secara psikologis, pernikahan dapat memberikan kepuasan batin yang tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata namun dapat dirasakan yaitu, rasa aman dan sukacita. Perasaan-perasaan positif akan muncul dalam kehidupan pernikahan apabila prosesnya berjalan dengan baik. Secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI fisiologis, jika ditinjau dari fisiknya, pasangan yang akan menikah adalah pasangan yang sudah matang, sehingga ada kebutuhan biologis yang disalurkan yaitu kebutuhan seks. DeGenova menyebutkan bahwa biasanya dimasyarakat, pasangan menikah karena keinginan seksual dalam Kertamuda, 2009. Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami- istri yang secara sosial diakui untuk me legalkan hubungan seksual, membesarkan anak dan membangun pembagian peran antar suami istri dan masing-masing pasangan akan mendapatkan dukungan emosional, rasa nyaman, keintiman, sumber identitas, harga diri dan pemenuhan kebutuhan seksual.

2. Definisi pernikahan jarak jauh