Penyerapan Tenaga POTENSI DAN PERMASALAHAN

36 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Tabel 1.15 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non-Migas Tahun 2004 - 2009 INDUSTRI 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.605.304 3.513.958 4.696.783 4.649.786 4.820.563 5.073.075 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2.182.795 2.212.119 2.241.723 2.337.045 2.350.885 2.404.431 Barang dari kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1.661.799 1.701.000 1.706.074 1.823.827 1.814.020 1.834.805 Kertas dan Barang Cetakan 251.228 254.641 305.651 324.868 345.017 371.033 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 611.545 603.804 750.104 756.908 791.638 839.805 Semen dan Barang galian bukan logam 946.584 966.480 995.671 1.061.571 1.077.890 1.112.437 Logam Dasar, Besi dan Baja 372.615 386.128 405.086 448.500 466.984 493.390 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 473.377 510.995 517.482 625.855 417.245 346.656 Barang Lainnya 767.587 822.505 978.640 1.195.776 1.340.100 1.512.027 J u m l a h 10.872.834 10.971.630 12.597.214 13.223.776 13.424.341 13.987.659 Sumber: BPS, diolah angka sementara prognosa Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004 - 2009 dapat dilihat pada Gambar 1.8. Gambar 1.8 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004 - 2009 Kesimpulan dari berbagai permasalahan tersebut, melahirkan beberapa isu-isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyusunan Rencana Strategis tahun 2010-2014 yang terbagi menjadi Isu Nasional dan Isu Global, dengan perincian sebagai berikut : RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 37 Isu Nasional 1. Peningkatan kesejahteraan rakyat 2. Perluasan pasar domestik 3. Perbaikan infrastruktur 4. Peningkatan kemampuan teknologi 5. Penyebaran industri di luar Pulau Jawa 6. Pemerataan kemampuan industri 7. Nilai tambah produk industri 8. Pemastian penerapan industri berwawasan lingkungan 9. Pemanfaatan energi terbarukan 10. Penciptaan Lapangan Kerja Isu Global 1. Pemulihan ekonomi negara-negara maju 2. Perluasan pasar non tradisional 3. Diversifi kasi produk ekspor 4. Perubahan Iklim 5. Free Trade Area Terkait dengan Pembangunan Nasional secara terencana, diharapkan mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi Negara Mandiri, Maju, Adil dan Makmur pada tahun 2025, dengan pengertian mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Kata maju mempunyai pemaknaan kualitas Sumber Daya Manusia, tingkat kemakmuran, kemantapan sistem dan kelembagaan politik serta hukum dalam situasi tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah dan tantangan di atas, Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun menggunakan pendekatan klaster guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Sesuai kriteria daya saing yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu jangka menengah 2010 - 2014, pemerintah telah menetapkan pengembangan 35 klaster industri prioritas. Pembangunan industri dengan pendekatan klaster merupakan upaya pengelompokkan industri inti yang saling 38 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 berhubungan dan mendukung baik, dengan industri terkait maupun dengan industri penunjang, infrastruktur ekonomi, dan berbagai lembaga yang relevan dalam rangka meningkatkan efi siensi, menciptakan aset kolektif, serta mendorong terjadinya inovasi. Dalam rangka mewujudkan sasaran jangka menengah seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 5Tahun 2010 tentang RPJM Nasional, serta dalam menjabarkan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, Kementerian Perindustrian melaksanakan langkah-langkah dan kegiatan-kegiatan berkoordinasi dengan berbagai lembagainstansi terkait. Untuk itu, Kementerian Perindustrian menyusun Rencana Strategis dalam mewujudkan visimisi serta mencapai tujuan kementerian. Rencana Strategis RENSTRA kemudian dijabarkan dalam bentuk program kerja serta indikator kinerja untuk kurun waktu 2010-2014. RENSTRA dimaksud, selanjutnya diterjemahkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan tahunan berupa Rencana Kerja RENJA Kementerian masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian.

C. MAKSUD DAN

TUJUAN Rencana Strategis RENSTRA disusun untuk memenuhi amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, yaitu: “Pimpinan Kementerian Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJMN”. Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Fokus Pembangunan Industri Nasional dengan memperhatikan pemerataan, persebaran dan pertumbuhan atau “pro job, pro poor dan pro growth”. Rencana Strategis Kementerian Perindustrian memberikan arah kebijakan dan strategi pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2010-2014, sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Kementerian RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 39 Perindustrian. Renstra merupakan acuan bagi seluruh unit kerja Eselon I di Kementerian Perindustrian dalam menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pengembangan industri sesuai tugas pokok dan fungsi masing- masing unit selama kurun waktu 2010-2014.

1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sesuai Peraturan Presiden RI No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka Kementerian Perindustrian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian; 2. Pengelolaan barang milikkekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian; 3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian; 4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah; 5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Kementerian Perindustrian dibagi menjadi Wakil Menteri Perindustrian, sembilan 9 unit Eselon I, dan 3 Staf Ahli Menteri yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Wakil Menteri Perindustrian mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian;