RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 45
6. Tersebarnya pembangunan
industri; 7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni
Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
B. MISI
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Menjadi wahana medium untuk memajukan kemampuan teknologi
nasional; 5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan
budaya masyarakat; 6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat; 7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4. Memfasilitasi
penguasaan teknologi
industri; 5. Memfasilitasi
penguatan struktur
industri; 6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
46 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
C. PENDEKATAN
Implementasi Kebijakan Industri Nasional Perpres 28 Tahun 2008 dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah, dimana sinergi
dengan daerah dilakukan dengan 2 dua pendekatan, yaitu : 1. Atas - bawah top-down
Dalam pendekatan top down, pemerintah menetapkan Klaster Industri Prioritas dari hasil pemetaan yang terdiri dari
35 industri prioritas dari 563
industri, dengan total output 78 persen dan total ekspor 83 persen, yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan
internasional. Dari 35 klaster industri prioritas tersebut, difokuskan pada enam kelompok yakni: 1. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur,
2. Kelompok Klaster Industri Agro, 3. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut, 4. Kelompok Klaster Industri Elektronika Telematika, 5. Kelompok
Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu, dan 6. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu.
Kelompok Klaster Industri Agro diarahkan pada pemantapan dan pengembangan 12 cabang industri, yakni: Kelapa Sawit, Karet dan Barang
Karet, Kakao, Pengolahan Kelapa, Pengolahan Kopi, Gula, Hasil Tembakau, Pengolahan Buah, Furnitur, Pengolahan Ikan, Kertas, serta Pengolahan
Susu. Adapun Kelompok Klaster Industri Alat Angkut difokuskan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas Industri Kendaraan Bermotor,
Perkapalan, Kedirgantaraan dan Perkeretaapian. Kelompok Klaster Industri Elektronika Telematika ditujukan untuk mendukung pengembangan
Industri Elektronika, Telekomunikasi, serta Komputer Peralatannya.
Beberapa tahun belakangan ini, Industri Kreatif yang umumnya Industri Kecil Menengah menunjukkan peningkatan inovasi karena meningkatnya
koordinasi dari desainer, pengrajin, dan pemroses. Keunikan budaya dalam menghasilkan desain-desain unik bercirikan kedaerahan yang setelah dibina
dengan bantuan teknologi pewarnaan dan kombinasi pemenuhan tren menghasilkan produk fashion yang berkarya tinggi. Kelompok ini terdiri dari
Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, Fashion, dan Kerajinan Barang Seni. Sebagai contoh untuk produk fashion desain yang terpaku pada
motif tradisional diperbarui tanpa menghilangkan pola baku yang dianut, walau kelemahan dalam pemasaran masih terjadi dengan dibantu melalui