MISI Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014

46 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014

C. PENDEKATAN

Implementasi Kebijakan Industri Nasional Perpres 28 Tahun 2008 dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah, dimana sinergi dengan daerah dilakukan dengan 2 dua pendekatan, yaitu : 1. Atas - bawah top-down Dalam pendekatan top down, pemerintah menetapkan Klaster Industri Prioritas dari hasil pemetaan yang terdiri dari 35 industri prioritas dari 563 industri, dengan total output 78 persen dan total ekspor 83 persen, yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional. Dari 35 klaster industri prioritas tersebut, difokuskan pada enam kelompok yakni: 1. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur, 2. Kelompok Klaster Industri Agro, 3. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut, 4. Kelompok Klaster Industri Elektronika Telematika, 5. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu, dan 6. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu. Kelompok Klaster Industri Agro diarahkan pada pemantapan dan pengembangan 12 cabang industri, yakni: Kelapa Sawit, Karet dan Barang Karet, Kakao, Pengolahan Kelapa, Pengolahan Kopi, Gula, Hasil Tembakau, Pengolahan Buah, Furnitur, Pengolahan Ikan, Kertas, serta Pengolahan Susu. Adapun Kelompok Klaster Industri Alat Angkut difokuskan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas Industri Kendaraan Bermotor, Perkapalan, Kedirgantaraan dan Perkeretaapian. Kelompok Klaster Industri Elektronika Telematika ditujukan untuk mendukung pengembangan Industri Elektronika, Telekomunikasi, serta Komputer Peralatannya. Beberapa tahun belakangan ini, Industri Kreatif yang umumnya Industri Kecil Menengah menunjukkan peningkatan inovasi karena meningkatnya koordinasi dari desainer, pengrajin, dan pemroses. Keunikan budaya dalam menghasilkan desain-desain unik bercirikan kedaerahan yang setelah dibina dengan bantuan teknologi pewarnaan dan kombinasi pemenuhan tren menghasilkan produk fashion yang berkarya tinggi. Kelompok ini terdiri dari Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, Fashion, dan Kerajinan Barang Seni. Sebagai contoh untuk produk fashion desain yang terpaku pada motif tradisional diperbarui tanpa menghilangkan pola baku yang dianut, walau kelemahan dalam pemasaran masih terjadi dengan dibantu melalui RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 47 keikutsertaan pada berbagai eksibisipameran oleh pemerintah. Selain itu, pengembangan juga ditujukan terhadap industri berbasis Manufaktur untuk memantapkan antara lain: Industri Baja, Semen, Petrokimia, Keramik, Industri Permesinan Mesin Listrik Peralatan Listrik, Mesin Peralatan Umum, serta Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja Tekstil Produk Tekstil, Alas Kaki. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu difokuskan pada 5 klaster yaitu 1. Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2. Klaster Industri Garam, 3. Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4. Klaster Industri Minyak Atsiri, 5. Klaster Industri Makanan Ringan. Pada tahun 2025 mendatang akan dikembangkan pula knowledge based industry yang merujuk kepada industri yang relatif intensif dalam memperlakukan teknologi danatau sumber daya manusia sebagai input dari keberlangsungan suatu industri, di antaranya industri bio-teknologi, nano- teknologi, perangkat lunak, perkapalan dan kedirgantaraan, elektronika dan peralatan listrik, teknologi informasi dan peralatan komunikasi, serta peralatan energi dan lingkungan. 2. Bawah - atas bottom-up Keberagaman daerah di Indonesia dengan kekayaan alam sebagai keunggulan komparatif menghadirkan potensi daerah yang layak dikembangkan. Pembangunan daerah harus berdasarkan keunikan daerah tersebut dan mendorong kemandirian daerah yang tidak dapat ditiru daerah lain atau dikenal dengan basis Kompetensi Inti Industri Daerah. Kompetensi Inti Industri Daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumber daya termasuk sumber daya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian Provinsi dan KabupatenKota menuju kemandirian. Karakteristiknya yakni merupakan produk unggulan di daerah atau yang memiliki potensi sebagai unggulan, memiliki keterkaitan yang kuat baik keterkaitan horizontal maupun keterkaitan vertikal, produk memiliki keunikan lokal, tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan yang memadai. Kompetensi Inti yang dipilih haruslah memenuhi kriteria, yaitu: bernilai tambah tinggi, memiliki keunikan daerah, keterkaitan kuat dengan sumber daya yang dimiliki daerah, serta berpeluang menembus pasar internasional.