KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2020-2025
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 53
4. Struktur dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan
persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar;
5. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah sebagai basis industri nasional yang sehat,
sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar;
6. Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro lokal
yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui:
a. Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifi kasi produk pengembangan ke hilir, pendalaman struktur ke hulu, atau
pengembangan secara menyeluruh hulu-hilir; b. Penguatan hubungan antar industri yang terkait secara horizontal
termasuk industri pendukung dan industri komplemen, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan
hubungan dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya;
c. Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif, antara lain: sarana dan prasarana fi sik transportasi, komunikasi, energi,
sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi,
pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri.
Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh
di dunia, dan arah kebijakan 2005-2025 di atas, serta dengan asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan yang diharapkan,
maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan untuk kurun waktu tahun 2020-2025 sebagai berikut:
1. Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB Industri;
2. Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri Alat-Angkut telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional, khususnya dalam kontribusi
industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga bersama-sama
54 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
dengan industri lainnya yang telah tumbuh merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia;
3. Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik, sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah berkurang sampai di bawah
50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa; 4. Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga
kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri padat modal dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan teknologi dan
RD sebagai ujung tombak daya saing industri;
5. Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang dihitung dari harga konstan
berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB nasional. Angka PDB nasional pada tahun 2025 dihitung menurut harga berlaku adalah sebesar
Rp 16.269,84 triliun, atau menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6.309,5 triliun, sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB
nasional pada tahun 2025 menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 1.868,42 triliun;
6. Berbagai infrastruktur untuk peningkatan kapasitas kolektif, antara lain: sarana dan prasarana fi sik transportasi, komunikasi, energi, sarana dan
prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan
tenaga kerja industri telah tersedia secara memadai;
7. Regulasi yang meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar serta mendorong persaingan usaha yang sehat dan ditegakkannya
prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar telah tersedia dan ditegakkan secara memadai.